Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVII
Kamis, 9 Oktober 2025
PF S. Yohanes Leonardus, Imam
PF S. Dionisius, Uskup dkk. Martir
Bacaan Pertama
Mal 3:13-4:2a
"Hari Tuhan akan datang, menyala seperti api."
Pembacaan dari Nubuat Maleakhi:
Tuhan bersabda kepada orang-orang fasik,
"Bicaramu tentang Aku kurang ajar.
Meskipun demikian kalian bertanya,
'Apakah yang kami bicarakan di antara kami tentang Engkau?'
Kalian berkata, 'Sia-sialah beribadah kepada Allah!
Apakah untungnya
kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap Allah
dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan Tuhan semesta alam?
Itulah sebabnya kita memuji bahagia orang-orang yang gegabah.
Sebab mujurlah orang-orang yang berbuat jahat itu!
Mereka mencobai Allah, namun luput juga.'
Sebaliknya orang-orang yang takwa berbicara demikian,
'Tuhan memperhatikan dan mendengarkan kita;
sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya
bagi orang-orang yang takwa kepada Tuhan
dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya.'
"Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, "
sabda Tuhan semesta alam,
'pada hari yang Kusiapkan.
Aku akan mengasihani mereka
sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia.
Maka kalian akan melihat kembali
perbedaan antara orang benar dan orang jahat,
antara orang yang beribadah kepada Allah
dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya.
Sesungguhnya hari itu akan datang, menyala seperti api.
Maka semua orang gegabah dan orang fasik
akan menjadi seperti jerami
dan akan terbakar oleh hari yang akan datang itu,"
sabda Tuhan semesta alam.
"Mereka akan habis sampai ke akar dan cabangnya.
Tetapi kalian yang takwa,
bagi kalian akan terbit surya kebenaran
yang sayapnya membawa kesembuhan."
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 1:1-2.3.4.6,R:40:5a
Refren: Berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan.
*Berbahagialah orang
yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh;
tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan,
dan siang malam merenungkannya.
*Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buah pada musimnya,
dan daunnya tak pernah layu;
apa saja yang diperbuatnya berhasil.
*Bukan demikianlah orang-orang fasik:
mereka seperti sekam yang ditiup angin.
Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar,
tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Bait Pengantar Injil
Kis 16:14b
Tuhan, bukalah hati kami,
supaya kami memperhatikan sabda Anak-Mu.
Bacaan Injil
Luk 11:5-13
"Mintalah, maka kalian akan diberi."
Inilah Injil Suci menurut Lukas:
Pada waktu itu, sesudah mengajar para murid berdoa,
Yesus bersabda kepada mereka,
"Jika di antara kalian
ada yang tengah malam pergi ke rumah seorang sahabat
dan berkata kepadanya, 'Saudara, pinjamkanlah aku tiga buah roti,
sebab seorang sahabatku dalam perjalanan singgah di rumahku,
dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya;'
masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab,
'Jangan mengganggu aku;
pintu sudah tertutup, dan aku serta anak-anakku sudah tidur.
Aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepadamu.'
Aku berkata kepadamu:
Sekalipun dia tidak mau bangun
dan tidak mau memberikan sesuatu meskipun ia itu sahabatnya,
namun karena sikap sahabatnya yang tidak malu-malu itu,
pasti ia akan bangun dan memberikan apa yang dia diperlukan.
Oleh karena itu Aku berkata kepadamu,
mintalah, maka kamu akan diberi;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, akan menerima;
dan setiap orang yang mencari, akan mendapat,
dan setiap orang yang mengetuk, akan dibukakan pintu.
Bapa manakah di antara kalian,
yang memberi anaknya sebuah batu, kalau anak itu minta roti?
Atau seekor ular, kalau anaknya minta ikan?
Atau kalajengking, kalau yang diminta telur?
Jika kalian yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu,
betapa pula Bapamu yang di surga!
Ia akan memberikan Roh Kudus
kepada siapa pun yang meminta kepada-Nya."
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Hari ini kita renungkan relasi kita dengan Allah Bapa kita yang di Surga.
Relasi yang terjalin adalah relasi antara Ayah dan anak,
dan semestinya relasi tersebut merupakan relasi yang intim/akrab
dimana keduanya saling mengasihi satu sama lainnya.
Saya katakan 'semestinya' karena bisa saja relasi yang buruk terjadi antara ayah dan anaknya.
Penyebab relasi buruk bisa jadi sang ayah atau anak atau kedua-duanya sama-sama buruk.
Bagaimana relasi kita dengan Allah Bapa kita yang di Surga?
Sama, semesti relasi yang intim/akrab juga terjadi.
Jika tidak terjadi, maka dapat dipastikan penyebabnya adalah sang anak, sama sekali bukan sang ayah.
Dalam situasi yang wajar atau normal, semestinya yang seperti ini yang terjadi, "Bapa manakah di antara kalian, yang memberi anaknya sebuah batu, kalau anak itu minta roti? Atau seekor ular, kalau anaknya minta ikan? Atau kalajengking, kalau yang diminta telur? "
Saya juga seorang ayah dari empat anak.
Sebagai seorang ayah, saya berusaha memenuhi segala keinginan anak saya.
Sampai-sampai orang menasehati saya, "Jangan memanjakan anak, bisa buruk dampaknya, bisa fatal."
Macam-macam yang disampaikan sebagai dampaknya: anak tidak mandiri, anak menjadi semakin banyak maunya, anak menjadi egois dan keras kepala dan bahkan pemarah, anak menjadi kurang bertanggung-jawab, dan sebagainya.
Sesungguhnya saya memang memanjakan anak-anak saya.
Menurut kamus, memanjakan itu artinya "memperlakukan dengan kasih sayang", resikonya memang, anak menjadi manja.
Tetapi kalau kita dapat memilah mana yang merupakan kebutuhan anak dan mana yang termasuk keinginan anak, resiko itu dapat dihindarkan.
Yang merupakan kebutuhan, yang tak dapat diperoleh atas usahanya sendiri, mesti dibantu.
Misalnya kasih sayang itu, iya jelas itu merupakan kebutuhan anak, makanya wajib diberikan oleh orangtuanya.
Sedangkan keinginan, bersifat opsional, dan tetap baik jika dipenuhi.
Anak ingin pandai bermain gitar misalnya, tidaklah salah kalau orangtuanya membelikan sebuah gitar.
Ketika anak saya baru se batas ingin bisa main gitar, saya pun membelikannya gitar murahan sambil berkata, "Nanti, kalau kamu sudah pandai bermain gitar, Papa akan belikan gitar yang bagus supaya kamu naik panggung lebih pede dan orang-orang menikmati permainan gitarmu dengan lebih baik."
Bagaimana dengan Bapa kita yang di Surga, yang notabene kita ini adalah anak-anaknya?
Adakah Allah Bapa memanjakan kita?
Yesus jelas mengatakan,
"Oleh karena itu Aku berkata kepadamu,
mintalah, maka kamu akan diberi;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, akan menerima;
dan setiap orang yang mencari, akan mendapat,
dan setiap orang yang mengetuk, akan dibukakan pintu. "
Ini namanya memanjakan secara luarbiasa!
Memanjakan dalam arti memberi kasih-sayang.
Allah Bapa adalah sosok yang sempurna dalam memberikan kasih-sayang.
Lalu, apakah kita akan menjadi manja karena dimanjakan oleh-Nya?
Jika Bapa memanjakan kita lalu berdampak buruk bagi kita, tentulah tidak akan dilakukan oleh-Nya, betul?
Ini persis seperti yang dikatakan oleh Yesus,
"Adakah seorang ayah memberi batu ketika anaknya meminta roti?"
Ah, sayalah saksinya.
Ketika saya meminta roti, Allah Bapa tidak memberi batu, malah memberi hamburger yang lebih dari sekedar roti.
Adakah saya menjadi manja oleh karenanya?
Peringatan Orang Kudus
Abraham, Bapa Bangsa
Abraham, leluhur bangsa Yahudi, diakui dalam iman Kristiani sebagai Bapa Bangsa, Bapa para beriman dan tokoh teladan iman kepercayaan kepada Allah. Di kalangan bangsa Arab beliau dikenal sebagai "Sahabat Allah". Gelaran itu terdapat di dalam Kitab II Paralipomenon 20:7.
Abraham adalah putera Terah dan lahir di Ur Kasdim. Menurut Kitab Kejadian 25:7, ia meninggal dunia pada umur 175 tahun dan dimakamkan oleh anaknya Ishak dan Ismael. Mulanya ia bernama 'Abram' yang berarti "Bapa yang Agung", diubah Tuhan menjadi 'Abraham' yang berarti "Bapa banyak orang" atau "Bapa sejumlah besar bangsa" (Kej 17:4,5). Dalam surat Roma bab 4, Paulus menunjukkan bahwa Abraham adalah bapa semua orang beriman, "bukan hanya mereka yang bersunat, tetapi juga yang mengikuti jejak iman Abraham." (Rom 4:12).
Sekitar tahun 1850 seb. masehi, Abraham dipanggil Tuhan untuk meninggalkan negerinya sendiri dan pergi ke suatu negeri baru yang akan ditunjukkan Tuhan kepadanya. Tuhan berjanji kepadanya bahwa ia akan menjadi bapa bagi suatu bangsa yang besar dan dalam namanya banyak bangsa akan diberkati. Sara, istri Abraham mandul dan tidak mungkin mempunyai anak lagi. Kanaan, tanah terjanji itu, telah dihuni oleh banyak suku bangsa yang menyembah dewa-dewi kafir. Meskipun demikian, Abraham melakukan apa yang Tuhan katakan kepadanya dengan penuh iman sehingga Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Karena imannya itu, Tuhan membuatnya kudus dan layak bagiNya.
Janji Tuhan mulai dipenuhi dalam kelahiran Ishak pada masa tua Sara. Tetapi Tuhan sekali lagi mau mencobai Abraham dengan meminta Abraham mempersembahkan Ishak, puteranya yang tunggal. Demi imannya, Abraham melakukan apa yang diminta Tuhan dari padanya. Ia membawa Ishak untuk dikorbankan di gunung Moria, tetapi Tuhan akhirnya membatalkan hal itu. Cerita ini mau menunjukkan secara tegas bahwa Tuhan tidak menghendaki lagi korban manusia, sebagaimana dipraktekkan oleh suku-suku bangsa di sekitar. Iman Abraham yang kokoh itu dipuji di dalam Kitab Sirakh 44:19-21; Rom 4; Gal 3:7, dan Hibr 11:8-12.
Kedermawanan dan keramah-tamahan Abraham ditunjukkan secara jelas di dalam hubungan pribadinya dengan keponakannya, Lot. Ketika ternak gembalaan mereka semakin banyak sehingga tidak memungkinkan mereka hidup bersama di suatu daerah, maka Abraham membiarkan Lot memilih tanah yang disukainya (kej 13:5-9). Kejadian 18:115 menguraikan keramah-tamahan Abraham kepada 3 orang asing yang datang ke perkemahannya.
Pertemuan dengan Melkisedek yang diceritakan di dalam Kej 14: 18-20 menunjukkan hubungan pertama bangsa Hibrani dengan Yerusalem, yang kemudian menjadi Kota Suci. Dalam Kej 23 Abraham memperoleh tuntutannya atas tanah Palestina dengan membeli tanah pekuburan di Machphela. Pembelian tanah itu sesungguhnya menjadi bukti yang paling kuat dari realitas sejarah Abraham, yang kemudian dipersoalkan beberapa ahli.
Santo Yohanes Leonardi, Pengaku Iman
Semenjak kecilnya ia sudah menentukan imamat sebagai pilihan hidupnya. Tetapi cita-cita luhur ini tidak bisa terwujudkan karena orangtuanya tidak mampu membiayai sekolahnya. Pada umur 26 tahun, sepeninggal ayahnya, ia memutuskan untuk masuk Seminari meskipun biaya studi tetap menjadi masalah baginya. Untuk membiayai studinya, terpaksa ia belajar sambil bekerja sebagai asisten dokter di sebuah apotek di Lucca, Italia. Ia memang tekun belajar sehingga dapat menyelesaikan studinya dalam waktu singkat lalu ditahbiskan menjadi imam. Ia lalu menjadi anggota komunitas religius yang didirikan oleh Beato Yohanes Colombini.
Dari sana ia ditugaskan sebagai pastor penjara dan rumah sakit dengan sebuah rumah pusat di Lucca. Segera nyata bahwa Yohanes, seorang imam yang aktif dan sangat bertanggungjawab terhadap semua pekerjaannya. Teladan hidupnya yang luhur itu menarik simpatik banyak orang awam. Ada yang dengan rela membantu dia dalam melaksanakan tugas-tugas itu. Beberapa pemuda yang mengikutinya dididiknya secara khusus hingga ada yang menjadi imam. Bersama pemuda-pemuda itu, Yohanes merencanakan pendirian sebuah kongregasi untuk imamimam projo. Tetapi ia mendapat tentangan politis yang hebat dari pihak penganut aliran sesat di Lucca. Yohanes kemudian dibuang dari Lucca selama masa-masa akhir hidupnya.
Dari tempat pembuangan itu, ia terus mendorong para pengikutnya agar tetap setia pada rencana pendirian kongregasi itu. Ia sendiri pergi ke Roma untuk menyampaikan rencana pendirian kongregasinya itu kepada Paus. Di sana ia mendapat bantuan istimewa dari Santo Philipus Neri. Dalam pada itu keprihatinannya yang besar pada bangsa-bangsa kafir yang belum mengenal Injil Kristus, mendorong dia untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan bagi imam-imam misionaris yang mau bekerja di luar negeri bagi penyebarluasan iman Kristiani. Lembaga ini kemudian terkenal dengan nama 'Kongregasi Penyebaran Iman' (Propaganda Fide). Untuk maksud itu, ia menyusun sebuah 'Kompendium' yang memuat ajaran-ajaran dasar Gereja. Dengan lembaga ini Yohanes Leonardi dan para imam pendukungnya menjadi sarana Tuhan untuk mempertahankan harta kekayaan iman Gereja. Kongregasinya disahkan oleh Paus Klemens VIII (1592-1605) pada tahun 1595. Yohanes wafat dalam usia 68 tahun pada tanggal 9 Oktober 1069, dan dinyatakan sebagai 'santo' oleh Paus Pius XI (1922-1939) pada tahun 1938.
Santo Louis Bertrand, Pengaku Iman
Louis lahir di Valencia, Spanyol pada tanggal 1 Januari 1526. Dari garis keturunan ayahnya, ia masih berhubungan darah dengan Santo Vinsensius Ferrer, biarawan Dominikan yang terkenal itu. Barangkali karena terdorong niat untuk menjadi biarawan seperti Vinsensius Ferrer, Louis masuk Ordo Dominikan di Valencia pada tanggal 26 Agustus 1544. Tiga tahun kemudian (1547), ia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Agung Valencia, Santo Thomas dari Villanova. Lima tahun setelah pentahbisannya, Louis ditugaskan sebagai pembimbing para novis. Tugas ini diembannya selama 30 tahun. Pengalamannya dalam membimbing para novis membuatnya kemudian diangkat menjadi santo pelindung bagi para pembimbing novis.
Keunggulan cintanya kepada umat mulai tampak menonjol tatkala pada tahun 1557 wabah penyakit merajarela di seluruh kota Valencia. Baginya wabah ini memberinya kesempatan emas untuk mencurahkan cinta dan perhatian pada umat yang tertimpa musibah itu. Sambil tidak memperhatikan keselamatan dirinya sendiri, Louis merawat semua orang sakit dan menguburkan mereka yang mati karena serangan penyakit ganas itu. Setelah serangan wabah itu berlalu, cintanya ditunjukkan dalam bentuk lain. Ia mulai giat berkotbah. Memang ia sendiri tidak memiliki sifat-sifat dasar seorang pengkotbah namun dengan usaha yang tekun ia akhirnya menjadi seorang pengkotbah yang disenangi umat. Kotbahnya sangat menarik dan menyentuh hati umat. Bila ia berkotbah umat membludak datang untuk mendengarkan kotbahnya sampai gereja penuh sesak. Sebagai gantinya ia berkotbah di lapangan umum kota Valencia agar dapat dihadiri dan didengar oleh banyak orang.
Pada tahun 1562 Louis berlayar ke Amerika Selatan untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Indian di benua baru itu. Mula-mula ia bekerja di Kartegena, sebuah kota di New Granada, Kolumbia. Dari sana ia menjelajahi seluruh daerah Isthmus Panama, Kepulauan Leeward, Kepulauan Virginia, dan kepulauan Windward, untuk mewartakan Injil. Di sana ia berhasil mempermandikan banyak orang. Orang-orang Negro dan Indian yang telah menjadi Kristen sangat mencintai dia karena dia sendiri sudah lebih dahulu mencintai dan memperhatikan mereka.
Pada tahun 1569 ia dipanggil kembali ke Spanyol. Di sana ia diangkat menjadi pemimpim biara di San Onofre, lalu menjadi pembimbing jenderal. Kemudian ia kembali lagi ke Valencia untuk mengemban lagi tugasnya yang dahulu sebagai pembimbing para novis Dominikan. Dua tahun terakhir hidupnya, ia jatuh sakit berat. Pada tahun 1580 tatkala sedang berkotbah di Katedral Valencia, ia jatuh tak sadarkan diri dari mimbar. Sejak itu ia tidak bisa bangun lagi dari tempat tidurnya sampai wafat 18 bulan kemudian. Louis Bertrand meninggal dunia pada tanggal 9 Oktober 1581 dalam usia 58 tahun dan dinyatakan 'kudus' oleh Paus Klemens X (1670-1676) pada tahun 1671. Ia diangkat sebagai Santo Pelindung Gereja Katolik Kolumbia.
Louis, seorang santo yang dikaruniai kemampuan meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi pada masa mendatang dan terkenal karena mujizat-mujizat yang menyertai kotbah-kotbahnya.
Santo Denis, Rustikus dan Eleutrius, Martir
Denis atau Dionisius adalah Uskup Prancis yang pertama. Bersama Rustikus dan Eleutrius - dua orang imam sebagai kawan perjalanan - beliau diutus Sri Paus untuk mewartakan Injil di negeri Gallia (sekarang: Prancis). Mereka berhasil mentobatkan sejumlah besar orang kafir. Keberhasilan mereka ini menimbulkan kemarahan besar di kalangan pemimpin setempat. Mereka kemudian ditangkap dan dipenggal kepalanya di atas bukit yang sekarang dinamakan Montmare (=bukit martir). Peristiwa ini terjadi pada abad ke-3.