Liturgia Verbi 2023-03-12 Minggu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Minggu Prapaskah III

Minggu, 12 Maret 2023



Bacaan Pertama
Kel 17:3-7

"Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Sekali peristiwa,
setelah bangsa Insrael melewati padang gurun Sin,
dan berkemah di Rafidim,
kehausanlah mereka di sana.
Maka bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata,
"Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir,
untuk membunuh kami, anak-anak dan ternak kami dengan kehausan?"

Lalu berseru-serulah Musa kepada Tuhan, katanya,
"Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini?
Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!"
Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa,
"Berjalanlah di depan bangsa itu,
dan bawalah serta beberapa orang
dari antara para tua-tua Israel;
bawalah juga tongkatmu
yang kaupakai memukul sungai Nil, dan pergilah.
Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu
di atas gunung batu di Horeb;
pukulah gunung batu itu,
dan dari dalamnya akan keluar air,
sehingga bangsa itu dapat minum."

Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel.
Maka dinamailah tempat itu Masa dan Meriba,
oleh karena orang Israel telah bertengkar,
dan oleh karena mereka telah mencobai Tuhan dengan mengatakan,
"Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?"

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 95:1-2.6-7.8-9,R:8

Refren: Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan,
janganlah bertegar hati.

*Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan,
bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita.
Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan lagu syukur,
bersorak-sorai bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.

*Masuklah, mari kita sujud menyembah,
berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita.
Sebab Dialah Allah kita,
kita ini umat gembalaan-Nya dan kawanan domba-Nya.

*Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya,
Janganlah bertegar hati seperti di Meriba,
seperti waktu berada di Masa di padang gurun,
ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku,
padahal mereka melihat perbuatan-Ku.



Bacaan Kedua
Rom 5:1-2.5-8

"Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita
oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
kita yang dibenarkan karena iman,
kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah
oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk
ke dalam kasih karunia Allah.
Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan bermegah
dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.

Dan pengharapan tidak mengecewakan,
karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita
oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Karena waktu kita masih lemah,
Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka
pada waktu yang ditentukan oleh Allah.
Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar
tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati.
Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita,
oleh karena Kristus telah mati untuk kita,
ketika kita masih berdosa.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 4:42.15

Tuhan, Engkaulah juruselamat dunia.
Berilah aku air kehidupan, supaya aku tidak haus lagi.



Bacaan Injil
Yoh 4:5-42

"Mata air yang memancar sampai ke hidup yang kekal."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Sekali peristiwa
sampailah Yesus ke sebuah kota di Samaria,
yang bernama Sikhar,
dekat tanah yang dahulu diberikan Yakub kepada anaknya, Yusuf.
Di situ terdapat sumur Yakub.
Yesus sangat letih oleh perjalanan,
karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu.
Hari kira-kira pukul dua belas.
Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air.
Kata Yesus kepadanya, "Berilah Aku minum!"
Sebab murid-murid Yesus telah pergi membeli makanan.
Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya,
"Masakan Engkau, seorang Yahudi,
minta minum kepadaku, seorang Samaria?"
Maklum orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.
Jawab Yesus kepadanya,
"Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah
dan siapa Dia yang berkata kepadamu 'Berilah Aku minum'
niscaya engkau telah meminta kepada-Nya,
dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

Kata perempuan itu kepada-Nya,
"Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam;
dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub,
yang memberikan sumur ini kepada kami
dan ia sendiri telah minum dari dalamnya,
ia beserta anak-anak dan ternaknya?"
Jawab Yesus kepadanya,
"Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi!
Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya,
ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.
Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya,
akan menjadi mata air di dalam dirinya,
yang terus-menerus memancar sampai ke hidup yang kekal."
Kata perempuan itu kepada-Nya,
"Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus,
dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba."

Kata Yesus kepadanya,
"Pergilah, panggillah suamimu dan datanglah ke sini."
Kata perempuan itu, "Aku tidak mempunyai suami."
Kata Yesus kepadanya,
"Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,
sebab engkau sudah mempunyai lima suami,
dan yang sekarang ada padamu pun bukanlah suamimu.
Dalam hal ini engkau berkata benar."
Kata perempuan itu kepada Yesus,
"Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.
Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini,
tetapi kamu katakan,
bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."
Kata Yesus kepadanya,
"Percayalah kepada-Ku, hai perempuan,
saatnya akan tiba bahwa kamu akan menyembah Bapa
bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal,
tetapi kami menyembah yang kami kenal,
sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.

Tetapi saatnya akan datang, dan sudah tiba sekarang,
bahwa para penyembah yang benar akan menyembah Bapa
dalam roh dan kebenaran,
sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah yang demikian.
Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Jawab perempuan itu,
"Aku tahu, bahwa Mesias, yang disebut juga Kristus, akan datang;
apabila datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."
Kata Yesus kepadanya,
"Akulah Dia, yang sedang bercakap-cakap dengan engkau!"

Pada waktu itu datanglah murid-murid Yesus,
dan mereka heran
bahwa Yesus sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan.
Tetapi tak seorang pun berkata,
"Apa yang Engkau kehendaki?
Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?"

Sementara itu perempuan tadi meninggalkan tempayannya di situ,
lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ,
"Mari, lihat!
Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku
segala sesuatu yang telah kuperbuat.
Mungkinkah Dia itu Kristus?"
Maka mereka pun meninggalkan kota
lalu datang kepada Yesus.

Sementara itu murid-murid mengajak Yesus, katanya,
"Rabi, makanlah!"
Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka,
"Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal."
Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain,
"Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?"
Kata Yesus kepada mereka,
"Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku
dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Bukankah kamu mengatakan
'Empat bulan lagi tibalah musim menuai'?
Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu,
dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning
dan matang untuk dituai.
Sekarang juga penuai telah menerima upahnya,
dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal,
sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.
Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa
'Yang seorang menabur dan yang lain menuai'.
Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan.
Orang-orang lain berusaha,
dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."

Banyak orang Samaria dari kota itu
telah menjadi percaya kepada Yesus
karena perkataan perempuan itu,
yang bersaksi,
"Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat."

Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus,
mereka meminta kepada-Nya,
supaya Yesus tinggal pada mereka, 
dan Yesus pun tinggal di situ dua hari lamanya.
Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya
karena perkataan Yesus,
dan mereka berkata kepada perempuan itu,
"Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan,
sebab kami sendiri telah mendengar Dia
dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

Demikianlah sabda Tuhan.


ATAU BACAAN SINGKAT
Yoh 4:5-15.19b-26.39a.40-42

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Sekali peristiwa
sampailah Yesus ke sebuah kota di Samaria,
yang bernama Sikhar,
dekat tanah yang dahulu diberikan Yakub kepada anaknya, Yusuf.
Di situ terdapat sumur Yakub.
Yesus sangat letih oleh perjalanan,
karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu.
Hari kira-kira pukul dua belas.
Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air.
Kata Yesus kepadanya, "Berilah Aku minum!"
Sebab murid-murid Yesus telah pergi membeli makanan.
Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya,
"Masakan Engkau, seorang Yahudi,
minta minum kepadaku, seorang Samaria?"
Maklum orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.

Jawab Yesus kepadanya,
"Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah
dan siapa Dia yang berkata kepadamu 'Berilah Aku minum'
niscaya engkau telah meminta kepada-Nya,
dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

Kata perempuan itu kepada-Nya,
"Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam;
dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub,
yang memberikan sumur ini kepada kami
dan ia sendiri telah minum dari dalamnya,
ia beserta anak-anak dan ternaknya?"

Jawab Yesus kepadanya,
"Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi!
Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya,
ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.
Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya,
akan menjadi mata air di dalam dirinya,
yang terus-menerus memancar sampai ke hidup yang kekal."
Kata perempuan itu kepada-Nya,
"Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus,
dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba."

[Setelah Yesus menyinggung masalah pribadi perempuan itu]
perempuan itu berkata kepada Yesus,
"Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.
Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini,
tetapi kamu katakan,
bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."
Kata Yesus kepadanya,
"Percayalah kepada-Ku, hai perempuan,
saatnya akan tiba bahwa kamu akan menyembah Bapa
bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal,
tetapi kami menyembah yang kami kenal,
sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.

Tetapi saatnya akan datang, dan sudah tiba sekarang,
bahwa para penyembah yang benar akan menyembah Bapa
dalam roh dan kebenaran,
sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah yang demikian.
Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Jawab perempuan itu,
"Aku tahu, bahwa Mesias, yang disebut juga Kristus, akan datang;
apabila datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."
Kata Yesus kepadanya,
"Akulah Dia, yang sedang bercakap-cakap dengan engkau!"

Banyak orang Samaria dari kota itu
telah menjadi percaya kepada Yesus
karena perkataan perempuan itu.
Dan ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus,
mereka meminta kepada-Nya supaya Yesus tinggal pada mereka, 
dan Yesus pun tinggal di situ dua hari lamanya.
Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya
karena perkataan Yesus,
dan mereka berkata kepada perempuan itu,
"Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan,
sebab kami sendiri telah mendengar Dia
dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Sekarang kita berbincang-bincang tentang "Kerendahan Hati", yang dipertontonkan oleh Yesus di sumur Yakub.
Orang Yahudi umumnya memandang rendah orang Samaria, enggan bergaul dengan mereka, tetapi Yesus malah menyapa seorang perempuan Samaria sambil meminta, "Berilah Aku minum!"
Jelas saja perempuan Samaria itu bingung, "Masakan Engkau, seorang Yahudi,
minta minum kepadaku, seorang Samaria?"
Nah, yang dipertontonkan oleh Yesus adalah tentang kerendahan hati, memandang semua orang sama tinggi dan sama rendah dengan kita sendiri, setiap orang dipandang sama oleh Allah Bapa kita.
Maka rendah hati merupakan hal yang sangat penting untuk kita jadikan tabiat di sepanjang hidup kita.

Heran juga kenapa disebut "hati"? apa iya cukup hati saja yang direndahkan, bukannya badan yang perlu direndahkan misalnya membungkuk tanda menghormat?
Rendah hati itu lawan kata dari tinggi hati.
Tinggi hati itu padanannya banyak: sombong, arogan, pongah, angkuh, congkak, jumawa, dan sebagainya, tetapi padanan rendah hati itu nampaknya minim sekali.

Se tahu saya, hati adalah organ dalam tubuh kita, yang kerjanya "hanya makan saja", mengambil sari-sari makanan.
Kalau toh ada yang dihasilkan, cuma empedu saja, zat untuk membantu mencerna makanan.
Rupanya saya salah.
Hati merupakan organ penting bagi tubuh kita.
Ternyata hati itu ada banyak faedahnya, antara lain: sebagai penawar racun dan sebagai antibodi sebagai pertahanan tubuh, menyimpan gula darah sebagai sumber energi, memproduksi sel darah merah, dan sebagainya.
Bahkan hati itu ibarat "bank" untuk menabung Vitamin dan Mineral.

Tetapi hati yang kita bahas di sini bukanlah hati sebagai organ tubuh, melainkan sebagai "sesuatu" tempat berhimpunnya segala perasaan kita, bersifat batiniah, tak ada fisiknya.
Perasaan itu tidak mengenal benar-salah, lebih bersifat positif atau negatif.
Yang positif misalnya perasaan gembira, lega, nyaman, dan sebagainya.
Yang negatif misalnya perasaan sedih, jengkel, marah, dan sebagainya.

Tidak ada yang salah dengan perasaan, tetapi tindak-lanjut dari perasaan itulah yang bisa salah, misalnya, karena marah lalu menganiaya orang lain.
Agar terhindar dari tindak-lanjut yang keliru, maka hati perlu direndahkan atau dikecilkan.
Seringkali kita dengar, "Sebetulnya hati kecilnya berkata…", atau sering disebut "hati nurani", yang berada di tempat yang rendah.
Di tempat inilah Surga dapat bersemayam, dapat tinggal, dapat menjadi "mata air", seperti yang dikatakan oleh Yesus pada Bacaan Injil hari ini, "Air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai ke hidup yang kekal."
Dan dari sinilah timbulnya niat baik.

Sebaliknya, sebagai lawan dari "hati kecil" atau nurani, adalah "hati besar" karena kandungannya memang lebih banyak.
Di tempat inilah segala kesombongan, egoisme dan hal-hal buruk berkumpul.
Kita tidak dapat menggunakannya untuk menjadi rendah hati, melainkan akan membuat kita menjadi tinggi hati.
Orang yang tinggi hati gampang sekali menyalahkan orang lain, merasa diri benar.
Lihatlah bangsa Israel pada Bacaan Pertama hari ini.
Mereka diselamatkan dari perbudakan di Mesir, tetapi karena kehausan di padang gurun, mereka begitu saja menyalahkan Tuhan, menyalahkan Musa, "Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak dan ternak kami dengan kehausan?"
Sebaliknya, wanita Samaria dari Bacaan Injil hari ini, bangsa yang dianggap sebagai bangsa rendah oleh orang Yahudi, justru malah menjadi pewarta sehingga banyak orang Samaria menjadi percaya kepada Yesus.

Maka, marilah kita belajar menjadi sosok yang rendah hati, agar hati kita menjadi sumber mata air yang menghidupkan.



Peringatan Orang Kudus
Santo Theofanus, Biarawan dan Sejarawan
Theofanus lahir di Konstantinopel (sekarang: Istambul, Turki) kira-kira pada tahun 758. Namanya dikenal luas karena perlawanannya yang gigih terhadap bidaah Ikonoklasme dan karena bukunya "Chronographia" yang menguraikan secara singkat sejarah dunia dari tahun 284 sampai tahun 813.
Setelah kematian ayahnya, Theofanus dikirirn ke Konstantinopel. Di sana ia dipaksa menikahi seorang gadis. Ketika itu ia baru berusia 12 tahun. Perkawinan ini tidak berlangsung lama. la bercerai dengan isterinya pada tahun 780, karena ia bercita-cita menjadi seorang biarawan. Dalam hidupnya sebagai seorang biarawan, Theofanus dikenal sebagai seorang yang rajin berdoa, berpuasa dan bertapa. la kemudian mendirikan sebuah biara pertapaan di gunung Sigrino, dekat Cyzicus, Asia Kecil dan sekaligus menjadi pemimpin biara itu.
Pada tahun 787, ia menghadiri Konsili Nicea kedua yang menegaskan kebenaran penghormatan kepada gambar-gambar kudus. Penegasan Konsili Nicea ini ditentang oleh Leo V, Kaisar Byzantium. Leo melancarkan kampanye perlawanan terhadap ajaran konsili yang membenarkan penghormatan kepada gambar-gambar kudus dan patung-patung. Untuk maksud itu ia berusaha memperoleh dukungan dari Theofanus. Tetapi Theofanus dengan tegas menolaknya. Akibatnya, Theofanus ditangkap dan dipenjarakan selama dua tahun lamanya; lalu dibuang ke Samothrase. Di sana Theofanus meninggal dunia pada tahun 817.

Santo Gregorius I, Paus dan Pujanga Gereja
Gregorius I dikenal sebagai paus pertama yang memaklumkan dirinya kepada dunia sebagai Kepala Gereja Katolik di seluruh dunia. la memimpin Gereja Sejagat selama 14 tahun, dan dikenal sebagai seorang Paus yang mashyur pada awal Abad Pertengahan, serta Bapa Gereja Latin yang terakhir.  la memelihara kaum miskin dan dengan gigih meilindungi mereka dari para penjahat. la juga memprakarsai pengiriman misionaris ke Inggris dan Eropa dan menulis banyak buku yang bernilai tinggi.
Gregorius lahir di Roma pada tahun 540. Ibunya Silvia dan dua orang tantenya, Tarsilla dan Aemiliana, dihormati pula sebagai Orang-orang Kudus di dalam Gereja. Ayahnya, Gordianus, tergolong orang kaya raya: memiliki banyak tanah di Sicilia, dan sebuah rumah indah di lembah bukit Coelian di Roma. Selama masa kanak-kanaknya, ia mengalami suasana pendudukan suku bangsa Goth, Jerman atas kota Roma; mengalami berkurangnya penduduk kota Roma dan kacaunya kehidupan kota. Meskipun demikian, Gregorius menerima suatu pendidikan yang memadai. la pandai sekali dalam pelajaran tatabahasa, retorik dan dialektika.
Karena posisinya di antara keluarga-keluarga aristokrat (bangsawan) sangat menonjol, Gregorius dengan mudah terlibat dalam kehidupan umum kemasyarakatan, dan memimpin sejumlah kecil kantor. Pada usia 33 tahun, ia menjadi Prefek kota Roma, suatu kedudukan tinggi dan terhormat dalam dunia politik Roma saat itu.
Dua tahun kemudian ia meletakkan jabatan itu, dan mengumumkan niatnya untuk menjalani kehidupan membiara. Untuk itu ia mendirikan sebuah biara kecil di rumahnya sendiri di lembah bukit Coelian. Selain biara di rumahnya itu, biara Santo Andreas, ia mendirikan enam buah biara lainnya di atas tanah milik ayahnya di Sicilia.
Meski ia menjadi seorang biarawan, seluruh waktunya tidak ia gunakan saja untuk berdoa. la juga aktif terlibat dalam banyak urusan lainnya. Pada tahun 578, ia ditahbiskan sebagai diakon di Roma. Setahun kemudian, Sri Paus Pelagius II (579-590) menunjuk dia sebagai Duta Besar untuk Kekaisaran Konstantinopel. Pengalaman kerjanya selama enam tahun di Konstantinopel meyakinkan dirinya bahwa Kekaisaran Timur itu tidak dapat disandarkan sepenuhnya pada bantuan Roma dan Kekaisaran Barat.
Sekembalinya ke Roma pada tahun 586, ia dipilih menjadi Abbas biara Santo Andreas yang didirikannya. Pertemuannya dengan beberapa pemuda Inggris yang bekerja di pasar Roma menggerakkan hatinya untuk menjadi seorang misionaris di Inggris. Untuk itu ia mengajukan permohonan kepada Sri Paus untuk berkarya di sana. Tetapi permohonannya ini ditolak oleh orang-orang Roma. Ketika Sri Paus Pelagius II meninggal dunia pada 7 Februari 590, para imam dan seluruh umat di Roma memilih dia menjadi Paus menggantikan Pelagius II. la memimpin Gereja selama 14 tahun dari tahun 590 sampai 604.
Berbagai masalah yang melanda Gereja selama masa kepemimpinannya ditanganinya dengan bijaksana. la mempekerjakan petani-petani di bawah pengawasan orang-orang yang trampil guna mengolah tanah-tanah yang diwariskan kepada Gereja. Uang iuran wajib yang diberikan petani-petani itu digunakannya untuk membantu para fakir miskin dan para pengungsi yang membanjiri kota Roma.
Sejalan dengan pelayanannya terhadap orang-orang miskin itu, ia dengan semangat melaksanakan karya pewartaan Injil dan pengajaran agama, sambil tetap melanjutkan pekerjaan menulis karya-karya yang besar .Tulisan-tulisannya inilah yang membuat dia digelari sebagai 'Pujangga Gereja'.
Perhatian Gregorius terhadap pelbagai urusan tidak hanya terbatas di Roma dan Italia, tetapi juga menjangkau wilayah-wilayah di mana Gereja telah didirikan. la menaruh perhatian besar kepada Uskup-uskup Prancis dan perkembangan iman umat di sana. Dengan cermat dan tegas ia mengawasi semua aspek kegiatan Gereja. Terhadap penyimpangan-penyimpangan dalam perayaan liturgi menurut kebiasaan Romawi, ia bersikap toleran. Namun ia bersikap tegas terhadap setiap pelanggaran hak-hak Paus. Pemilihan seorang Uskup baru untuk wilayah-wilayah keuskupan yang kosong harus dilakukan seturut peraturan Gereja yang berlaku. la mewajibkan para imam untuk mempelajari dan mentaati peraturan-peraturan Gereja yang melarang mereka menikah. Pengaruhnya yang besar dalam negara dimanfaatkannya untuk membebaskan imam-imam dari yurisdiksi negara.
Dengan tangkas, lembut dan bijaksana, ia menangani berbagai masalah Gereja yang rumit. Pengaruhnya yang besar dimanfaatkannya untuk membereskan berbagai kesulitan di semua keuskupan yang jauh dari Roma. Tanpa takut ia menegaskan hak-hak Takhta Suci di hadapan Patriark Konstantinopel. Keputusan-keputusan para uskup di seluruh wilayah Gerejawi, termasuk wilayah-wilayah yang ada di Patriarkat Konstantinopel, harus disetujui dan disahkan oleh Takhta Suci.
Kepemimpinan Gregorius I ditandai oleh suatu kesuksesan besar yakni terciptanya hubungan baik antara Negara dan Gereja. la melihat Negara dan Gereja sebagai lembaga yang sama-sama didirikan oleh Allah. Oleh karena itu, keduanya harus bekerja sama dan saling mendukung dalam semangat kesatuan, meskipun harus tetap mengenal batas-batas wewenang masing-masing. Paus dan Kaisar sama-sama diangkat untuk melayani masyarakat Kristen yang sama. Pergolakan-pergolakan besar yang terjadi pada abad keenam membuat Gregorius berkeyakinan bahwa negara harus bertindak sebagai kekuatan duniawi dari Gereja dalam menghadapi tantangan-tantangan bidaah dan penyembahan berhala. la tidak memberi suatu kesempatan pun kepada penguasa Timur dalam hal-hal yurisdiksi spiritual, walaupun ia sendiri selalu menerima kuasa sipil dari kaisar.  Dalam urusan-urusan negara, Paus Gregorius menghargai Kaisar Konstantinopel sebagai wakil Allah. Dia sendiri di Italia selalu tampil dalam pakaian kebesaran semi raja. Kewibawaan kaisar-kaisar pada masa itu, baik di Roma maupun di Konstantinopel sangat menurun. Hal ini mendorong Gregorius untuk menjalin hubungan dengan Raja-raja Lombardia-Jerman, yang menguasai seluruh ltalia Utara.
la mengadakan perjanjian-perjanjian dengan Ariulf, Raja Lombardia dari Spoleto, dan menyatakan diri sebagai pemimpin pertahanan kota. Hal ini diketahui oleh Romanus, wakil kaisar di Italia. Segera Romanus mengumpulkan sejumlah besar serdadu untuk membebaskan beberapa kota dari penguasaan orang-orang Lombardia, tanpa mengindahkan kuasa paus dan perjanjian perdamaian yang telah diadakannya dengan Ariulf. Tindakan Romanus ini menimbulkan amarah Ariulf, karena melanggar perjanjian yang telah diadakannya dengan paus. la berangkat ke Roma untuk membereskan persoalan itu. Paus berhasil menenangkan hatinya, dan memberinya sejumlah besar uang dari kekayaan Gereja bagi kepentingan pelayanan terhadap orang-orang miskin.
Setelah itu, paus berusaha menciptakan suatu perdamaian yang langgeng dengan orang-orang Lombardia. Untuk itu ia melibatkan wakil dari Kekaisaran Konstantinopel, Romawi dan Lombardia. Dalam tindakannya paus benar-benar menampilkan diri sebagai seorang pangeran duniawi, yang mempunyai pengaruh besar di antara kaisar-kaisar. la berkuasa menunjuk gubemur-gubemur kota.
Sebagai seorang bekas pertapa yang menjadi paus, Gregorius mempunyai perhatian besar terhadap perkembangan komunitas-komunitas monastik. la mendorong orang-orang kaya untuk mendirikan rumah-rumah biara yang baru. la pun membatasi pengawasan Gereja terhadap komunitas-komunitas itu, hanya dalam hal-hal hidup rohani. Dengan berbagai cara, Gregorius mendorong pertumbuhan iman umat dan perkembangan kehidupan beragama di seluruh Gereja.
Salah satu prestasi terindah Gregorius ialah menggalakkan kegiatan-kegiatan misioner demi pertobatan orang-orang yang masih kafir. la memprakarsai dan mengarahkan misi kepada pertobatan orang-orang Inggris. Untuk itu, ia mengangkat Agustinus, pemimpin biara Santo Andreas yang didirikannya untuk memimpin misionaris-misionaris ke Inggris. Kemudian, Agustinus ditahbiskannya menjadi Uskup Canterbury, Inggris. Karena para misionaris ini sangat berhasil di Inggris, mereka selanjutnya melayangkan pandangannya ke daerah Jerman dan Skandinavia.
Gregorius berusaha sekuat tenaga untuk menumbangkan kekafiran di Prancis dan Jerman, memberantas Arianisme di antara orang-orang Lombardia dan Visigoth. Di Afrika Utara, usaha-usaha misioner diarahkan kepada melawan heresi Donatisme yang mengajarkan bahwa Sakramen-sakramen yang dilayani oleh imam-imam yang tidak pantas adalah tidak sah.
Di bidang liturgi, Gregorius mengadakan pembaharuan besar .Lagu-lagu Gereja - yang lazim dinamakan 'Lagu Gregorian' - tercipta pada masa kepausannya. Buku Perayaan Sakramen 'Gregorian' sebagai salah satu buku liturgi Romawi purba dianggap sebagai karyanya. Penjelasan terhadap isi buku ini dikirimkan oleh Paus Adrianus I (772-795) kepada kaisar dan dijadikan buku pegangan perayaan liturgi di seluruh kekaisaran.
Pada tahun-tahun awal kepausannya, Gregorius menulis sebuah buku yang menguraikan tentang tugas seorang uskup dalam menggembalai umatnya. Buku ini diterbitkan oleh Raja Alfred dalam bahasa Inggris pada abad kesembilan. Empat buku lainnya dari Gregorius yang berjudul "Dialog" berisi percakapannya dengan seorang muridnya. Pandangan moralnya, tentang Kitab Yob terdiri dari suatu seri komentar yang menerangkan buku itu secara harafiah, mistik dan moral. Buku ini secara luas dipakai sebagai buku pegangan Moral Katolik selama Abad Pertengahan.
Gregorius adalah seorang penulis rohani dan mistikus kenamaan. Meskipun dia bukan seorang pengarang yang indah gaya bahasanya, namun tulisan-tulisannya sungguh bernilai tinggi dan mengandung ajaran yang mulia. Dia juga adalah Bapa Gereja Latin yang terakhir dan tokoh penting pertama dari Abad Pertengahan.
Salah satu kehebatannya ialah sikap toleransinya yang tinggi kepada para penganut agama Yahudi. la memperjuangkan hak-hak mereka akan kebebasan bertindak dalam masalah-masalah sosial-kenegaraan dan untuk melaksanakan ritus-ritus keagamaannya di dalam sinagoga-sinagoga. Semua usaha untuk membaptis mereka ditentang dengan keras. la benar-benar bertindak sebagai pelindung mereka ketika terjadi penganiayaan terhadap mereka di mana-mana.
Karena gangguan kesehatannya, Gregorius meninggal dunia pada tahun 604. la dikuburkan di samping beberapa orang Paus Pendahulunya dekat Sakristi Basilik Santo Petrus di Roma.

Santo Maximilianus, Martir
Anak tentara veteran Romawi ini tidak mau menjadi tentara, karena taat pada agama dan mempunyai anggapan yang negatif tentang personil angkatan perang. Bagi dia, tentara-tentara umumnya banyak melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat dosa dan berwatak bejat. Kepada hakim yang mengadilinya, ia mengatakan: "Angkatan perang saya ialah angkatan perang Tuhan. Saya tidak dapat berperang untuk kepentingan duniawi". Ayahnya menolak desakan hakim supaya mengubah pandangan puteranya itu. Waktu Max diancam hukuman mati, ia berkata lantang: "Saya tidak akan mati. Apabila saya meninggalkan dunia ini, saya akan bersatu dengan Kristus Tuhanku". la mati dipenggal lehernya di pinggir kota Kartago, Tunisia pada tahun 295.

Beata Yustina dari Arezzo, Pengaku Iman
Yustina dari Arezzo yang biasa dipanggil 'Francuccia Bizzoli' lahir di Arezzo, ltalia. Pada usia 13 tahun ia masuk biara Benediktin Santo Markus di kota Arezzo. Ketika para suster pindah ke biara 'Para Kudus', Yustina juga turut serta ke sana. Tetapi ia kemudian meninggalkan biara itu dengan izin dari superiornya, dan hidup menyepi bersama Lucia di gua Civitelle. Sel di dalam gua itu sangat sempit dan rendah sehingga ia tidak dapat berdiri tegak. Ketika Lusia jatuh sakit, maka Yustina dengan setia mendampinginya siang-malam. Meskipun ia sibuk merawati Lucia namun ia tidak lupa berdoa dan tidak mengurangi kebaktian dan matiraganya. Sesudah Lusia mati, Yustina tetap tinggal di situ sendirian.
Karena menjadi buta Yustina kemudian kembali ke pertapaan Arezzo. Di sini ia semakin berkembang dalam kehidupan rohaninya dan menjadi seorang pertapa yang saleh. Dengan doa-doanya ia menyembuhkan banyak orang sakit. Penyembuhan ini masih juga terjadi atas diri orang-orang sakit yang berdoa dengan perantaraannya setelah ia wafat. Yustina wafat pada tahun 1319.



https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/