Liturgia Verbi 2025-06-01 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Paskah VII

Minggu, 1 Juni 2025

Ujud Gereja Universal: Agar dunia dapat bertumbuh dalam belas kasih.
Semoga setiap pribadi menemukan penghiburan dalam relasi pribadi dengan Yesus, dan belajar menumbuhkan belas kasih dari hati-Nya bagi dunia.

Ujud Gereja Indonesia: Mereka yang sudah pensiun.
Semoga para lansia berbahagia, mampu mensyukuri, dan menikmati masa tuanya serta bersemangat untuk membagikan pengalaman hidupnya kepada generasi yang lebih muda.

Hari Minggu Komunikasi Sedunia



Bacaan Pertama
Kis 7:55-60

"Aku melihat Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Di hadapan Mahkamah Agama Yahudi
Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit;
ia melihat kemuliaan Allah,
dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
Maka katanya, "Sungguh, aku melihat langit terbuka,
dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."

Maka berteriak-teriaklah para anggota mahkamah,
dan sambil menutup telinga serentak menyerbu Stefanus.
Mereka menyeret dia ke luar kota,
lalu melemparinya dengan batu.
Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka
di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.
Sementara dilempari batu, Stefanus berdoa,
"Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku!"
Dan sambil berlutut Stefanus berseru dengan suara nyaring,
"Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!"
Dan dengan perkataan itu meninggallah Stefanus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 97:1.2b.6.7c.9,R:1a.9a

Refren: Tuhan adalah Raja.
Ia mahatinggi di atas seluruh bumi.

*Tuhan adalah Raja.
Biarlah bumi bersorak-sorai,
biarlah banyak pulau bersukacita!
Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.

*Langit memberitakan keadilan-Nya,
dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
Segala dewata sujud menyembah Allah.

*Sebab, ya Tuhan,
Engkaulah Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi,
Engkau sangat dimuliakan di atas segala dewata.



Bacaan Kedua
Why 22:12-14.16-17.20

"Datanglah Tuhan Yesus!"

Pembacaan dari Kitab Wahyu:

Aku, Yohanes,
mendengar suara yang berkata kepadaku,
"Sesungguhnya Aku datang segera,
dan Aku membawa upah untuk membalas setiap orang
menurut perbuatannya.
Aku adalah Alfa dan Omega,
Yang Pertama dan Yang Terkemudian,
Yang Awal dan Yang Akhir."

Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya.
Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan
dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota
yang turun dari surga, dari Allah.
"Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku
untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu
bagi jemaat-jemaat.
Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud,
bintang timur yang gilang-gemilang."

Roh dan pengantin perempuan itu berkata, "Marilah!"
Dan barangsiapa mendengarnya,
hendaklah ia berkata, "Marilah!"
Barangsiapa haus, hendaklah ia datang,
dan barangsiapa mau,
hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!
Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman,
"Ya, Aku datang segera!"
Amin, datanglah, Tuhan Yesus!

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 14:18

Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu.
Aku datang kembali kepadamu, dan hatimu akan bersukacita.



Bacaan Injil
Yoh 17:20-26

"Supaya mereka sempurna menjadi satu."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Dalam perjamuan malam terakhir,
Yesus menengadah ke langit dan berdoa bagi para pengikut-Nya,
"Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa,
tetapi juga untuk orang-orang,
yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
supaya mereka semua menjadi satu,
sama seperti Engkau, ya Bapa, ada di dalam Aku,
dan Aku di dalam Engkau,
agar mereka juga di dalam Kita,
supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Aku telah memberikan kepada mereka
kemuliaan yang Engkau berikan kepada-Ku,
supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:
Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku,
supaya mereka sempurna menjadi satu,
agar dunia tahu bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku,
dan bahwa Engkau mengasihi mereka,
sama seperti Engkau mengasihi Aku.

Ya Bapa,
Aku mau supaya di mana pun Aku berada,
mereka juga berada bersama-sama dengan Aku,
yakni mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
agar mereka memandang kemuliaan-Ku
yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

Ya Bapa yang adil,
memang dunia tidak mengenal Engkau,
tetapi Aku mengenal Engkau,
dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;
dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka,
dan Aku akan memberitahukannya,
supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka
dan Aku di dalam mereka."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita merayakan Minggu Paskah Ketujuh, hari Minggu terakhir dalam Masa Paskah sebelum kita masuk ke Hari Raya Pentakosta. Dalam perayaan ini, Gereja mengajak kita untuk merenungkan tema *persatuan*, sebuah hal yang sangat penting dalam kehidupan beriman dan hidup bersama.

Yesus, dalam Bacaan Injil hari ini [Yoh 17:20-26], menaikkan doa-Nya kepada Bapa. Doa ini bukan hanya untuk para murid-Nya saat itu, tetapi juga untuk semua orang yang percaya kepada-Nya lewat pewartaan para murid — termasuk kita semua pada masa kini. Permohonan utama Yesus adalah agar mereka semua menjadi satu: "supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu."

Doa Yesus ini sungguh menyentuh hati, karena Yesus tahu betapa rentannya kita terhadap perpecahan. Ia tidak hanya berdoa agar kita bersatu dengan sesama, tetapi terlebih dahulu agar kita bersatu dengan Allah sendiri — dengan Bapa, dengan Putra, dan dengan Roh Kudus. Itulah inti hidup sebagai warga Kerajaan Surga: hidup dalam persekutuan ilahi yang abadi.

Persatuan ini juga sangat penting di antara sesama pengikut Kristus. Dalam kehidupan menggereja, kita diajak untuk menjaga kesatuan umat, bukan memperkuat sekat-sekat yang memisahkan. Perbedaan suku, bangsa, profesi, status sosial, bahkan perbedaan cara berpikir sekalipun — bukanlah alasan untuk berpecah-belah. Justru sebaliknya, perbedaan adalah anugerah yang memperkaya kesatuan kita, bila kita menghidupinya dalam kasih Kristus.

Umat paroki hendaknya tidak membentuk kelompok-kelompok eksklusif yang menghambat semangat kebersamaan. Jangan lihat warna kulit, asal-usul, atau latar belakang seseorang. Pandanglah semua sebagai saudara-saudari seiman yang berjalan bersama menuju keselamatan yang sama.

Persatuan ini semestinya dimulai dari keluarga. Bagaimana mungkin kita bisa membangun kesatuan dalam masyarakat, dalam Gereja, bahkan dalam bangsa, jika dalam keluarga sendiri tidak ada persatuan? Suami dan isteri yang sering bertengkar, orangtua dan anak yang tidak saling memahami, kakak dan adik yang saling menjauh — semua ini menjadi batu sandungan untuk membangun komunitas yang lebih besar.

Lebih dari itu, persatuan yang paling mendasar adalah persatuan dengan diri sendiri. Seringkali konflik terbesar justru terjadi di dalam hati kita sendiri. Kita tidak berdamai dengan diri, tidak menerima diri, bahkan memupuk hawa nafsu dan keinginan duniawi yang justru menjauhkan kita dari damai sejati. Maka Yesus meminta kita untuk menyangkal diri — bukan untuk menyiksa diri, tetapi agar kita bebas dari belenggu keakuan yang merusak.

Mengapa kita perlu bersatu? Karena hanya dengan hidup dalam persatuanlah kita dapat mengalami gambaran Kerajaan Allah yang sejati. Dalam Bacaan Kedua [Why 22:12-14.16-17.20], kita mendengar janji Tuhan Yesus yang akan datang kembali. Mereka yang membasuh jubahnya — mereka yang hidup dalam kekudusan, dalam kasih, dan dalam kesatuan — akan berhak atas pohon kehidupan dan akan masuk ke dalam kota kudus.

Stefanus, martir pertama yang kisahnya kita dengar dalam Bacaan Pertama [Kis 7:55-60], menjadi teladan tentang kesatuan sejati. Bahkan ketika dirajam batu, ia tetap melihat surga terbuka, dan ia menyerahkan nyawanya sambil mendoakan penganiayanya. Itulah buah dari hidup yang bersatu erat dengan Kristus — kasih yang tidak mengenal batas.

Dan apa modal kita untuk meraih persatuan itu? Rasul Paulus sudah merumuskannya: iman, pengharapan, dan kasih — dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. Maka, marilah kita hidup sebagai anak-anak terang, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Hanya dengan itu kita akan sungguh layak menyambut Yesus yang berkata, "Ya, Aku datang segera."



Peringatan Orang Kudus
Santo Yustinus, Martir
Yustinus lahir dari sebuah keluarga kafir di Nablus, Samaria, Asia Kecil pada permulaan abad kedua kira-kira pada kurun waktu meninggalnya Santo Yohanes Rasul.
Yustinus mendapat pendidikan yang baik semenjak kecilnya. Kemudian ia tertarik pada pelajaran filsafat untuk memperoleh kepastian tentang makna hidup ini dan tentang Allah. Suatu ketika ia berjalan­jalan di tepi pantai sarnbil merenungkan berbagai soal. la bertemu dengan seorang orang-tua. Kepada orang-tua itu, Yustinus menanyakan berbagai soal yang sedang direnungkannya. Orang-tua itu menerangkan kepadanya segala hal tentang para nabi Israel yang diutus Allah, tentang Yesus Kristus yang diramalkan para nabi serta tentang agama Kristen. Ia dinasihati agar berdoa kepada Allah memohon terang surgawi.
Di samping filsafat, ia juga belajar Kitab Suci. Ia kemudian dipermandikan dan menjadi pembela kekristenan yang tersohor. Sesuai kebiasaan di zaman iru, Yustinus pun mengajar di tempat-tempat umum, seperti alun-alun kota, dengan mengenakan pakaian seorang filsuf. Ia juga menulis tentang berbagai masalah, terutama yang menyangkut pembelaan ajaran iman yang benar. Di sekolahnya di Roma, banyak kali diadakan perdebatan umum guna membuka hati banyak orang bagi kebenaran iman kristen.
Yustinus bangga bahwa ia menjadi seorang kristen yang saleh, dan ia bertekad meluhurkan kekristenannya dengan hidupnya. Dalam bukunya, "Percakapan dengan Tryphon Yahudi", Yustinus menulis: "Meski kami orang Kristen dibunuh dengan pedang, disalibkan, atau dibuang ke moncong-moncong binatang buas, ataupun disiksa dengan belenggu dan api, kami tidak akan murtad dari iman kami. Sebaliknya, semakin hebat penyiksaan, semakin banyak orang demi nama Yesus, bertobat dan menjadi orang saleh".
Di Roma, Yustinus ditangkap dan bersama para martir lainnya dihadapkan ke depan penguasa Roma. Setelah banyak disesah, kepala mereka dipenggal. Perisitiwa itu terjadi pada tahun 165. Yustinus dikenal sebagai seorang pembela iman terbesar pada zaman Gereja Purba.


Santo Simeon, Pengaku Iman
Simeon menempuh pendidikan di Konstantinopel dan hidup bertapa di tepi sungai Yordan. Pria berdarah Yunani ini kemudian menjadi rahib di biara Betlehem dan Gunung Sinai. Ia lebih suka hidup menyendiri dan menetap di seputar pantai Laut Merah dan di puncak gunung. Namun kemudian pemimpin biara mengutusnya ke Prancis. Setelah menjelajahi berbagai daerah, ia secara sukarela hidup terkunci di dalam sebuah bilik di suatu biara di Trier, Jerman sampai saat kematiannya.


Santo Johannes Storey, Martir
Yohannes Storey hidup antara tahun 1510-1571. Anggota parlemen Inggris ini sama sekali menolak mengakui Ratu Elisabeth I sebagai kepala Gereja. Akibatnya ia dipenjarakan. Namun sempat lolos dan melarikan diri ke Belgia. Dengan tipu muslihat, ia dibawa kembali ke Inggris dan digantung hingga menghembuskan nafasnya di London.


Santo Pamphilus dari Sesarea, Martir
Pamphilus lahir di Berytus, Phoenicia (sekarang: Beirut, Lebanon) pada tahun 240 dari sebuah keluarga terkemuka dan kaya. Pamphilus mempunyai minat dan bakat besar dalam masalah-masalah sekular di Berytus sambil meneruskan studi teologi di Sekolah Kateketik Aleksandria yang tersohor namanya di bawah bimbingan Pierius, pengganti Origenes. Dari Aleksandria ia pergi ke Sesarea, ibukota Palestina. Tak lama setelah ia tiba di Sesarea, ia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Agapius. Ia menetap di sana dan teguh membela iman Kristen selama masa penganiayaan orang-orang Kristen sampai hari kematiannya sebagai martir sekitar tahun 309/310.
Pamphilus seorang imam, dosen, ekseget, dan pengumpul buku-buku yang bernilai tinggi. Dengan buku-buku yang berhasil dikumpulkannya, ia mengorganisir dan mengembangkan perpustakaan besar yang telah dirintis oleh Origenes. Perpustakaan ini berguna sekali bagi berbagai studi tentang Gereja. Dengan keahliannya di bidang teologi dan kitab suci, ia membimbing sekelompok pelajar dalam studi Kitab Suci. Eusebius, salah seorang muridnya - yang kemudian dijuluki 'Bapa Sejarah Gereja' - sangat akrab dengannya. Bersama dia, Phamphilus menulis sebuah biografi tentang gurunya (buku biografi ini telah hilang) sambil terus mengembangkan perpustakaan Sesarea di atas. Ia memusatkan perhatian pada pengumpulan teks-teks Alkitab beserta komentar-komentarnya sehingga koleksinya menjadi sumber informasi penting bagi penerbitan suatu versi penulisan Kitab Suci yang secara tekstual lebih tinggi daripada versi-versi lainnya pada masa itu. Koleksi teks-teks Kitab Suci dan buku-buku lainnya di dalam perpustakaan ini merupakan sumbangannya yang utama bagi Gereja, karena memberikan data yang lengkap dan terpercaya tentang literatur-literatur Kristen perdana. Karya Santo Hieronimus dan Eusebius di bidang Sejarah Gereja dan Kitab Suci didasarkan pada informasi yang disediakan di dalam perpustakaan Pamphilus ini. Sayang sekali bahwa perpustakaan ini dan semua buku yang ada di dalamnya dirusakkan oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh.
Kira-kira antara tahun 307 dan 308, Pamphilus ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa karena imannya. Sementara berada di penjara, ia bersama Eusebius - yang juga dipenjarakan - menulis sebuah apologi untuk rnembela Origenes; sebagian fragmen dari tulisan ini kini masih ada. Karena ia menolak untuk membawa korban kepada dewa-dewa kafir selama aksi penganiayaan oleh Maximinus Daza, ia dipenggal kepalanya antara tahun 309 atau 310.


Santo Ahmed, Martir
Ahmed adalah saudara Almansur, kepala negeri Lerida di Spanyol. Bersama dengan kedua adiknya Zaida dan Zoraida, Ahmed bertobat mengikuti Kristus dan dipermandikan menjadi Kristen, masing-masing dengan nama permandian: Bernard, Maria dan Gracia. Setelah menjadi Kristen ketiga kakak-beradik ini berusaha mengkristenkan Almansur, kakak mereka, tetapi tindakan mereka ini justru mengakibatkan kematian mereka sebagai martir. Mereka ditangkap dan diserahkan ke tangan algojo untuk dibunuh.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-05-31 Sabtu.

Liturgia Verbi (C-I)
Pesta S.P. Maria Mengunjungi Elisabet

Sabtu, 31 Mei 2025



Bacaan Pertama
Zef 3:14-18a

"Tuhan, Raja Israel, ada di tengah-tengah kamu."

Pembacaan dari Nubuat Zefanya:

Bersorak-sorailah, hai puteri Sion,
bergembiralah hai Israel!
Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati,
hai puteri Yerusalem!
Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang dijatuhkan atasmu,
Ia telah menebas binasa musuhmu.
Raja Israel, yakni Tuhan, ada di tengah-tengahmu;
Engkau tidak akan takut lagi kepada malapetaka.

Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem,
"Janganlah takut, hai Sion!
Janganlah tanganmu menjadi lunglai!
Tuhan Allahmu ada di tengah-tengahmu
sebagai pahlawan yang memberi kemenangan.
Ia bersukaria karena engkau,
Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya,
dan Ia bersorak gembira karena engkau
seperti pada hari pertemuan raya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Yes 12:2-3.4bcd.5-6,R:6b

Refren: Agunglah di tengah-tengahmu: Yang Kudus, Allah Israel.

*Sungguh, Allah itu keselamatanku;
aku percaya dengan tidak gementar;
sebab Tuhan Allah itu kekuatanku dan mazmurku,
Ia telah menjadi keselamatanku.

*Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan
dari mata air keselamatan.

*Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah nama-Nya,
beritahukanlah karya-Nya di antara bangsa-bangsa,
masyhurkanlah bahwa nama-Nya tinggi luhur!

*Bermazmurlah bagi Tuhan, sebab mulialah karya-Nya;
baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!
Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion,
sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu!



Bait Pengantar Injil
Luk 1:45

Berbahagialah dia yang telah percaya,
sebab firman Tuhan yang telah dikatakan kepadanya
akan terlaksana.



Bacaan Injil
Luk 1:39-56

"Siapakah aku ini
sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Beberapa waktu sesudah kedatangan Malaikat Gabriel,
bergegaslah Maria ke pegunungan
menuju sebuah kota di wilayah Yehuda.
Ia masuk ke rumah Zakharia
dan memberi salam kepada Elisabet.

Ketika Elisabet mendengar salam Maria,
melonjaklah anak yang di dalam rahimnya
dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus,
lalu berseru dengan suara nyaring,
"Diberkatilah engkau di antara semua wanita,
dan diberkatilah buah rahimmu.
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
Sebab sesungguhnya,
ketika salammu sampai kepada telingaku,
anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
Sungguh, berbahagialah dia yang telah percaya,
sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana."

Lalu kata Maria,
"Jiwaku memuliakan Tuhan,
dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.
Sesungguhnya,
mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
karena Yang Mahakuasa
telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku,
dan nama-Nya adalah kudus.
Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya
dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya,
dan meninggikan orang-orang yang rendah;
Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar,
dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
Ia menolong Israel, hamba-Nya,
karena Ia mengingat rahmat-Nya,
seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita,
kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya."

Kira-kira tiga bulan lamanya
Maria tinggal bersama dengan Elisabet,
lalu pulang kembali ke rumahnya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini Gereja mengajak kita untuk *bersukacita* dalam merayakan Pesta *Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet* — sebuah peristiwa yang penuh makna, dan kita kenang secara khusus saat mendaraskan *Doa Rosario*, terutama pada peristiwa gembira yang kedua.

Dalam kunjungan Maria ini, Elisabet menerima setidaknya tiga bentuk sukacita besar.
Pertama, ia telah menerima anugerah seorang anak di usia lanjut, bahkan setelah diyakini sebagai seorang perempuan mandul.
Kedua, ia dipenuhi oleh Roh Kudus, sebuah pengalaman rohani yang menguatkan dan membawa kegembiraan mendalam.
Dan ketiga, ia dikunjungi oleh Maria — bukan sekadar sepupunya, tetapi juga *ibu Tuhan*-nya. Ia berkata dengan takjub: *"Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"* [Luk 1:43].

Tak kalah penting, Elisabet pun mengungkapkan kebahagiaannya karena Maria telah *percaya* kepada firman Tuhan:
*"Berbahagialah dia yang telah percaya, sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana."* \[Luk 1:45].

Namun, hidup Elisabet bukan semata diisi dengan sukacita. Ia dan suaminya, Zakharia — seorang imam yang hidup saleh dan tak bercacat di hadapan Tuhan — harus menanggung beban batin karena lama tak dikaruniai anak. Itu bukan penderitaan kecil, terlebih dalam budaya Yahudi saat itu.
Dan di masa tuanya, ia pun menyaksikan anaknya, Yohanes Pembaptis, kehilangan nyawanya secara tragis — dipenggal hanya sebagai hadiah pesta.

Mari kita refleksikan pengalaman Elisabet dalam terang hidup kita sendiri.
Apakah kita mudah bersungut-sungut ketika penderitaan menghampiri?
Apakah kita cepat mengeluh dan merasa Tuhan tidak adil, padahal mungkin kita sedang dalam masa penantian akan penggenapan janji-Nya?

Kita diajak untuk menyadari bahwa sukacita ilahi bukanlah absennya penderitaan, melainkan *kehadiran Roh Kudus* yang memenuhi hati kita dan memberi kekuatan di tengah kesulitan.
Bersyukurlah bukan karena masalahnya, tapi karena Tuhan hadir menyertai kita di dalamnya.

Dan mari kita meneladani Maria yang *tidak menyimpan sukacitanya untuk diri sendiri*, melainkan segera bangkit dan pergi mengunjungi saudaranya.
Tindakan sederhana seperti itu menjadi sarana berkat — bukan hanya bagi Elisabet, tapi juga bagi kita yang merenungkannya hari ini.

Di zaman sekarang, kunjungan tidak harus dilakukan secara fisik. Sebuah sapaan tulus lewat telepon, pesan singkat, atau bahkan doa yang diam-diam kita panjatkan bisa menjadi wujud kehadiran yang penuh kasih.
Namun tentu saja, sesekali bertemu langsung, bertatap muka, berbagi pelukan atau sekadar duduk bersama — tetap sangat berarti.
Mari kita menjadi pembawa sukacita, bukan pembawa kerepotan.
Mari kita bezuk dengan bijak, tidak seenaknya menerobos aturan demi kepuasan pribadi, apalagi sampai menyogok hanya untuk bisa masuk.

Seperti nubuat nabi Zefanya dalam [Zef 3:17], *"Tuhan Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorai karena engkau dengan sorak-sorai."*

Inilah sukacita sejati: ketika Tuhan hadir, menghibur, membaharui, dan bersukacita atas hidup kita.
Maka mari kita hidup sebagai pribadi-pribadi yang peka terhadap kebutuhan sesama, siap menjadi *Maria* bagi Elisabet di sekitar kita.
Datanglah membawa damai, harapan, dan kabar gembira — karena kita tahu, Tuhan sendiri berjalan bersama kita.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabeth
Ketika malaekat Gabriel membawa khabar gembira kepada Maria, ia menyampaikan juga kepada Maria peristiwa ilahi perkandungan Elisabeth. Malaekat Gabriel mengatakan bahwa Elisabeth sedang mengandung seorang anak laki-laki pada usia tuanya. Bayi laki-laki itu adalah Yohanes Pemandi, yang akan menjadi perintis jalan bagi Yesus, Juru Selamat yang dijanjikan Allah.
Maria segera bergegas ke pegunungan Yudea, ke kota Karem, tempat tinggal Elisabeth dan Zakarias. Maria berangkat ke sana untuk melayani Elisabeth. Sebagaimana kata Injil, pertemuan itu merupakan suatu peristiwa kegembiraan baik bagi Elisabeth maupun anak yang dikandungnya. Dari mulut Elisabeth keluarlah kata-kata pujian ini: "Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? . . . "Elisabeth juga menyebut Maria sebagai Yang Berbahagia karena Maria percaya akan Sabda Tuhan yang disampaikan malaekat kepadanya.
Maria tidak membantah kata-kata pujian Elisabeth. Sebaliknya, dalam terang ilahi dilihatnya bahwa Tuhan mau menyelamatkan bangsa-bangsa melalui rahimnya yang kudus. Bahwa dengan perantaraannya Tuhan mau datang ke tengah-tengah umatNya untuk menyelamatkan mereka. Bahwa Tuhan hendak menyerahkan bangsa-bangsa di bawah perlindungannya yang rahim.
Oleh karena itu, Maria segera menjawab kata-kata pujian Elisabeth dengan Magnifikatnya: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia . . . ". Kira-kira Maria tinggal tiga bulan lamanya di rumah Elisabeth saudaranya dan menolongnya dalam urusan rumah tangga menyongsong kelahiran anak yang dikandung Elisabeth. Setelah itu, Maria kembali ke Nazareth.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-05-30 Jumat.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa Pekan Paskah VI

Jumat, 30 Mei 2025



Bacaan Pertama
Kis 18:9-18

"Banyak umat-Ku di kota ini!"

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Ketika Paulus ada di kota Korintus,
Tuhan berfirman kepadanya pada suatu malam
di dalam suatu penglihatan,
"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!
Sebab Aku menyertai engkau
dan tidak ada seorang pun
yang akan menjamah dan menganiaya engkau,
sebab banyak umat-Ku di kota ini."
Maka tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan,
dan ia mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka.

Akan tetapi setelah Galio menjadi gubernur di Akhaya,
bangkitlah orang-orang Yahudi bersama-sama melawan Paulus.
Mereka membawa dia ke depan pengadilan.
Kata mereka,
"Ia ini berusaha meyakinkan orang untuk beribadah kepada Allah
dengan jalan yang bertentangan dengan hukum."

Ketika Paulus hendak mulai berbicara,
berkatalah Galio kepada orang-orang Yahudi itu,
"Hai orang-orang Yahudi,
sekiranya dakwaanmu mengenai suatu pelanggaran atau kejahatan,
sudahlah sepatutnya aku menerima perkaramu.
Tetapi kalau hal ini adalah perselisihan tentang perkataan,
nama, atau hukum yang berlaku di antara kamu,
maka hendaklah kamu sendiri mengurusnya;
aku tidak rela menjadi hakim atas perkara yang demikian."

Lalu Galio mengusir mereka dari ruang pengadilan.
Maka semua orang menyerbu Sostenes, kepala rumah ibadat,
lalu memukulinya di depan pengadilan itu;
tetapi Galio sama sekali tidak menghiraukan hal itu.

Paulus tinggal beberapa hari lagi di Korintus.
Lalu ia minta diri kepada saudara-saudara di situ,
dan berlayar ke Siria,
sesudah ia mencukur rambutnya di Kengkrea,
karena ia telah bernazar.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 47:2-3.4-5.6-7,R:8a

Refren: Allah adalah Raja seluruh bumi.

*Hai segala bangsa, bertepuktanganlah,
elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!
Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat,
Raja agung atas seluruh bumi.

*Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa kita,
Ia menundukkan suku-suku bangsa ke bawah telapak kaki kita;
Ia memilih bagi kita tanah pusaka kita,
kebanggaan Yakub yang dikasihi-Nya.

*Allah telah naik diiringi sorak-sorai,
Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala.
Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah,
Kidungkanlah mazmur bagi Raja kita, kidungkanlah mazmur!



Bait Pengantar Injil
Luk 24:46.26

Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya.



Bacaan Injil
Yoh 16:20-23a

"Tidak ada seorang pun
yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Dalam amanat perpisahan-Nya
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap,
tetapi dunia akan bergembira;
kamu akan berdukacita,
tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.

Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan,
tetapi sesudah ia melahirkan anaknya,
ia tidak ingat lagi akan penderitaannya,
karena kegembiraan bahwa
seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.
Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita,
tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira,
dan tidak ada seorang pun
yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.
Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita masih merenungkan perihal kehadiran Roh Kudus.
Sebelumnya telah kita renungkan bahwa Roh Kudus itu tidak kasat mata, tidak bisa kita lihat dengan mata jasmani.
Roh Kudus seperti angin—tidak kita ketahui dari mana asalnya dan ke mana ia pergi, tetapi kita dapat merasakan kehadirannya.
Dengan iman, kita dapat menyadari kehadiran Roh Kudus meskipun tidak melihat-Nya secara fisik. Bahkan kita bisa mendengar "bisikan"-Nya yang lembut di dalam hati kita.

Yang disebut sebagai *mata hati*, atau sering juga disebut *mata batin*, memang berbeda dari mata jasmani.
Mata jasmani dapat kita buka hanya dengan kehendak. Cukup kita berkata dalam hati, "Saya akan membuka mata," maka mata pun terbuka.
Kita mungkin tidak paham bagaimana kehendak bisa menggerakkan kelopak mata, tetapi itu terjadi secara otomatis.
Namun, saat kita mengantuk berat, kelopak mata tak lagi mudah diatur. Kita harus mengucek-nguceknya agar tetap terbuka.

Lalu, bagaimana dengan mata hati kita? Bagaimana agar mata hati kita juga dapat terbuka sesuai kehendak kita?
Berdoa sambil memejamkan mata bisa menjadi awal yang baik. Dengan menutup mata jasmani, kita memberi ruang bagi mata hati untuk bekerja. Namun, itu belum cukup.
Kita perlu membuka diri dengan iman yang dalam—bukan iman setipis kulit ari.
Kita juga perlu memberi tempat bagi kasih Kristus untuk tinggal dalam diri kita. *Tinggal* berarti menetap, bukan datang dan pergi sesekali.

Kasih Kristus akan tinggal dalam diri kita bila kita sungguh bertobat, menerima pengampunan, dan bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa.
Namun, itu saja belum cukup. Seperti yang disampaikan Yesus dalam Bacaan Injil hari ini, kasih itu tumbuh melalui pengorbanan:
"Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira. Kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita" [Yoh 16:20].
Yesus memberikan gambaran yang sangat mengena: seperti seorang ibu yang mengalami kesakitan saat melahirkan, tetapi setelah anaknya lahir, ia melupakan penderitaannya karena gembira telah melahirkan manusia ke dunia.

Demikian pula dalam kehidupan kita. Setiap kali kita menghadapi kesulitan atau penderitaan karena kesetiaan kepada Tuhan, kasih Kristus makin bertambah dalam diri kita.
Kesedihan yang kita alami bukanlah akhir, tetapi jalan menuju sukacita yang sejati.
Sampai pada akhirnya, kasih itu akan menjadi penuh, dan saat itulah kehadiran Roh Kudus menjadi nyata dalam hidup kita.
Bukan hanya sebagai penghibur dalam kesusahan, tetapi sebagai terang yang membimbing langkah kita dan memberi kekuatan dalam kesaksian.

Bacaan dari Kisah Para Rasul hari ini pun menyatakan bahwa dalam situasi sulit, Tuhan tidak tinggal diam.
Tuhan berkata kepada Paulus dalam penglihatan: "Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam, sebab Aku menyertai engkau" [Kis 18:9-10].
Itulah janji penyertaan Roh Kudus—yang tidak kasat mata, tetapi nyata dalam penghiburan, keberanian, dan kekuatan untuk tetap setia.

Maka, marilah kita membuka mata hati kita, membiarkan kasih Kristus tinggal dalam diri kita, dan merasakan kehadiran Roh Kudus yang terus menyertai dan mengubah dukacita kita menjadi sukacita.



Peringatan Orang Kudus
Santo Feliks I, Paus & Pengaku Iman
Feliks dikenal sebagai putra kaisar Konstantinus. la lahir di Roma kira-kira pada awal abad ketiga. Kehidupan masa mudanya dan usahanya menghayati lman Kristen tidak banyak diketahui.  Ada banyak cerita beredar di kalangan orang-orang Kristen tentang dirinya, namun kebenaran cerita itu diragukan. Oleh karena itu, para ahli mengadakan penelitian cermat tentang kehidupan Feliks.
Feliks menduduki Takhta Santo Petrus sebagai Paus pada tahun 269 dan memimpin Gereja Kristus sampai tahun 274. la dibunuh pada masa pemerintahan kaisar Aurelianus ketika ada penganiayaan terhadap orang-orang Kristen.  Ia dikuburkan di pemakaman para Paus di kuburan Santo Kallistus di Jalan Apia, Roma.


Santo Baptista Varani OSC Cap, Abbas
Baptista lahir pada tahun 1458. Ia seorang biarawan yang pandai dan dikaruniai banyak rahmat mistik. Pengalaman-pengalaman rohaninya yang dalam diabadikannya dalam beberapa buku yang sangat penting bagi peningkatan iman, terutama bagi peningkatan kebaktian terhadap Hati Kudus Yesus. Pemimpin biara Suster-suster Klaris di Chiara, Italia ini meninggal dunia pada tahun 1524.


Santo Ferdinandus dari Kastilia, Pengaku Iman
Ferdinandus adalah putra raja Alfonso dari kerajaan Leon, dan ratu Berengaria dari Kastilia. Ia lahir di sebuah kota dekat Salamanca, Spanyol pada tahun 1199. Ketika berumur 18 tahun, ia diangkat menjadi raja Kastilia. Kemudian ketika ayahnya Alfonso meninggal dunia pada tahun 1230, Ferdinandus diangkat lagi menjadi raja Leon. Dengan demikian ia menjadi raja baik di kerajaan Kastilia maupun di kerajaan Leon. Dia memerintah dua kerajaan ini sampai hari kematiannya pada tanggal 30 Mei 1252.
Sebagai raja, Ferdinandus membuktikan dirinya sebagai seorang penguasa yang adil dan bijaksana. Di masa kepemimpinannya, dua kerajaan yang diwariskan kepadanya oleh kedua orangtuanya digabungkan menjadi satu kerajaan. Masa pemerintahannya mempunyai arti yang sangat penting bagi sejarah Spanyol. la berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan agama Kristen di seluruh kerajaannya. Ia berhasil mengusir pergi orang-orang Moor dari seluruh wilayah Spanyol, termasuk kota-kota penting seperti Kordova (1236) dan Seville,(1248). Sampai saat kematiannya, hanyalah Granada dan Alicante masih berada di bawah pendudukan orang-orang Moor.
Selain usaha-usaha di atas, ia terus berjuang mempertahankan tegaknya ajaran iman yang benar terhadap rongrongan bidaah Albigensia.  Ferdinandus tergolong seorang raja yang beriman teguh. Ia berusaha memajukan perkembangan agama Kristen. la mendirikan banyak biara, merobah mesjid-mesjid menjadi katedral-katedral dan membantu rumah-rumah sakit dengan berbagai pemberian. Pada tahun 1242 ia mendirikan Universitas Salamanca sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Ketika ia meninggal dunia, ia dikuburkan di Katedral Seville dalam pakaian biara Ordo Ketiga Santo Fransiskus. Pada kuburnya terjadi banyak mujizat. Banyak orang menganggap dia sebagai Orang Kudus. Kekudusannya baru diakui Gereja 419 tahun setelah kematiannya oleh Sri Paus Klemens X (1670-1676) pada tahun 1671.


Santa Jeanne d'Arc, Pengaku Iman
Jean - nama panggilan Jeanne d'Arc - lahir pada tahun 1412 di Domreni, Prancis. Ayahnya Yakobus Arc dan ibunya Elisabeth mendidik dan membesarkannya menjadi seorang wanita petani yang rajin, peramah dan periang. Tetapi sebagaimana keadaan wanita desa lainnya, Jean tidak tahu membaca dan menulis.
Ketika berusia 13 tahun, Jean merasakan adanya suatu dorongan batin yang kuat untuk melibatkan diri dalam perjuangan menyelamatkan negerinya Prancis dari pendudukan tentara-tentara Inggris. Setahun kemudian tatkala ia sedang menjaga domba-domba di padang, Jean mengalami suatu penglihatan ajaib. Ia melihat suatu cahaya ajaib yang terang benderang. Dari dalam cahaya itu terdengar olehnya suara orang berkata: "Jean, anakku! Jadilah anak yang baik-baik! Tuhan akan melindungi dan menaungi engkau dengan kekuatan Roh Kudus. Ingatlah, pada suatu saat, engkau akan menolong raja untuk menyelamatkan Prancis dari bahaya peperangan dan dari pendudukan tentara Inggris". Dengan gentar Jean berlutut dan berkata: "Ah Tuhan, aku hanya seorang wanita petani yang miskin dan tak berdaya. Bagaimana mungkin aku dapat menolong raja. Aku tak tahu bagaimana harus berperang". Suara itu menjawab: "Jangan takut, Jean! Tuhan akan menolong engkau asal engkau percaya kepadaNya".
Waktu terus beredar. Ketika Jean berusia 16 tahun, suara ajaib itu didengarnya lagi. Kali, ini lebih tegas dan mendesak: "Waktunya sudah tiba. Dauphin, putra mahkota itu membutuhkan engkau. Pergilah ke istana dan mohonlah kepada panglima Robert agar mengizinkan engkau pergi menemui Dauphin".
Situasi Prancis saat itu kacau oleh amukan perang dan pendudukan tentara Inggris. Sementara itu, putra mahkota belum dinobatkan menjadi raja.  Jean, dengan iman yang kuat kepada Tuhan segera melaksanakan perintah ajaib itu. Ia pergi ke istana untuk menemui Robert.  "Aku membawa berita kepada Dauphin dari Tuhanku" katanya kepada Robert.
"Siapakah Tuhanmu itu?" tanya Robert. "Raja alam semesta" jawab Jean tegas. Mendengar jawaban itu, para serdadu menertawai dia. Tetapi Jean dengan tegas berkata: "Bawalah segera aku kepada Dauphin karena aku akan membantunya meraih kemenangan atas tentara Inggris".
Panglima Robert rnengabulkan permohonannya. la memberikan sepucuk surat pengantar kepada Jean agar bisa bertemu dengan Dauphin. Dengan kawalan enam orang serdadu, Jean berangkat ke Chinon, tempat Dauphin berada. Perjalanan mereka ke Chinon harus melewati suatu daerah yang dikuasai musuh. Namun Jean tidak gentar karena dia yakin bahwa Tuhan akan melindungi dia.
Ketika bertemu Dauphin, Jean berkata: "Aku, Jeanne d'Arc. Raja semesta alam mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan pesan ini: "bahwa dalam waktu singkat tuan akan dinobatkan menjadi raja Prancis di Rheims". Aku diutusnya untuk membantumu dalam peperangan melawan tentara Inggris". Dauphin bersama para pengawalnya percaya. Lalu mereka mulai merencanakan siasat peperangan.
Jean diperlengkapi dengan pakaian perang dan seekor kuda putih. Jean sendiri memendekkan rambutnya agar telihat seperti seorang pria. Ia maju berperang dengan menunggangi seekor kuda putih sambil memegang bendera yang bertuliskan semboyan: Yesus-Maria. Bersama para serdadu Prancis, Jean berhasil memporakporandakan pasukan Inggris di Orleans.
Kemenangan ini memberi peluang emas untuk menyelenggarakan pesta penobatan Dauphin menjadi raja. Di Katedral Rheims, Dauphin dinobatkan menjadi raja Prancis dengan gelar Charles VII. Setelah penobatan itu, Jean memimpin lagi sepasukan tentara Prancis untuk merebut Paris dari tangan tentara Inggris. Tetapi mereka dipukul mundur dan menderita kekalahan besar. Jean sendiri ditangkap dan dibawa ke Inggris. Di sana ia dipenjarakan di istana Rouen selama sembilan bulan. Kemudian dia dihadapkan ke pengadilan Uskup Beauvais dengan tuduhan malakukan praktek sihir dan takhyul. Dalam persidangan yang berlangsnng sebanyak 15 kali, Jean dengan gigih membela diri dan dengan cemerlang membantah tuduhan palsu yang dikatakari tentang dirinya. la menolak tuntutan untuk mengungkapkan "suara-suara ajaib dari surga" yang didengarnya dahulu. Kepada para hakim, ia dengan tegas berkata: "Aku bukan tukang sihir. Panggilanku sungguh berasal dari Tuhan. Dalam semua tindakanku, aku selalu mengikuti perintah Tuhan dan petunjuk-petunjukNya. Aku bersedia mati demi nama Tuhanku". Mendengar kata-kata itu, para hakim semakin marah dan memerinta­kan para serdadu untuk menjalankan hukuman bakar hidup-hidup atas diri Jean dihadapan umum.
Jean menemui ajalnya karena keputusan tidak adil dari pengadilan pada tahun 1413 di Rouen. Ia digelari 'kudus' oleh Gereja bukan karena patriotismenya atau keberaniannya berperang, melainkan karena kesalehan hidupnya dan kesetiaannya dalam memenuhi kehendak Tuhan atas dirinya. Ia dihormati sebagai pelindung negeri Prancis.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-05-29 Kamis.

Liturgia Verbi (C-I)
HR Kenaikan Tuhan

Kamis, 29 Mei 2025



Bacaan Pertama
Kis 1:1-11

"Mereka melihat Dia terangkat ke surga."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Hai Teofilus,
dalam bukuku yang pertama
aku menulis tentang segala sesuatu
yang dikerjakan dan diajarkan Yesus,
sampai pada hari Ia terangkat.
Sebelum itu, berkat kuasa Roh Kudus,
Ia telah memberi perintah kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya.
Setelah penderitaan-Nya selesai,
Ia Menampakkan diri-Nya kepada mereka,
dan dengan banyak tanda Ia membuktikan bahwa Ia hidup.
Sebab selama empat puluh hari
Ia berulang-ulang menampakkan diri
dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.

Pada suatu hari,
ketika makan bersama-sama dengan mereka,
Yesus melarang mereka meninggalkan Yerusalem,
dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa
yang "telah kamu dengar dari pada-Ku.
Sebab" --- beginilah kata-Nya ---
"Yohanes membaptis dengan air,
tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."

Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ,
"Tuhan,
pada masa inikah Engkau mau memulihkan Kerajaan bagi Israel?"
Jawab-Nya,
"Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu,
yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.
Tetapi kamu akan menerima kuasa,
dan kamu akan menjadi saksi-Ku
di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria,
bahkan sampai ke ujung bumi."

Sesudah mengatakan demikian,
terangkatlah Yesus disaksikan oleh murid-murid-Nya,
sampai awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Yesus naik,
tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,
dan berkata kepada mereka,
"Hai orang-orang Galilea,
mengapakah kamu berdiri melihat ke langit?
Yesus yang terangkat ke surga meninggalkan kamu ini
akan datang kembali
dengan cara yang sama seperti kamu lihat Dia naik ke surga."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 47:2-3.6-7.8-9,R:6

Refren: Allah telah naik  diiringi sorak-sorai,
Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala.

*Hai segala bangsa, bertepuktanganlah,
elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!
Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat,
Raja agung atas seluruh bumi.

*Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai,
Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala.
Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah!
Kidungkanlah mazmur bagi Raja kita, kidungkan mazmur!

Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi,
bermazmurlah dengan lagu yang paling indah!
Allah merajai segala bangsa,
di atas takhta-Nya yang kudus Ia bersemayam.



Bacaan Kedua
Ef 1:17-23

"Allah mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya dalam surga."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus:

Saudara-saudara,
kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus,
yaitu Bapa yang mahamulia,
aku memohon supaya Ia memberikan kamu Roh hikmat dan wahyu
untuk mengenal Dia dengan benar;
supaya Ia menjadikan mata hatimu terang,
agar kamu mengerti
pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya;
yaitu betapa kaya kemuliaan yang dijanjikan-Nya
untuk diwarisi oleh orang-orang kudus,
dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya.
Kekuatan itu sesuai dengan daya kuasa Allah,
yang bekerja dalam Kristus,
yakni kuasa yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati
dan mendudukkan Dia di sebelah kanan Allah dalam surga.
Di situ
Kristus jauh lebih tinggi dari segala pemerintahan dan penguasa,
kekuasaan dan kerajaan
serta tiap-tiap nama yang dapat disebut,
bukan hanya di dunia ini
melainkan juga di dunia yang akan datang.
Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus
dan Dia telah diberikan Allah kepada jemaat
sebagai Kepala dari segala yang ada.
Jemaat itulah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Diri-Nya,
yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

Demikianlah sabda Tuhan.

Atau BACAAN LAIN:
[Ibr 9:24-28; 10:19-23]

"Kristus masuk ke dalam Surga sendiri"

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudara,
Kristus telah masuk ke dalam tempat kudus
bukan yang buatan tangan manusia,
yang hanya merupakan gambaran dari tempat kudus yang sejati,
tetapi ke dalam surga sendiri
untuk menghadap hadirat Allah demi kepentingan kita.
Ia pun tidak berulang-ulang masuk
untuk mempersembahkan diri-Nya sendiri,
sebagaimana Imam Agung setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus
mempersembahkan darah yang bukan darahnya sendiri.
Sebab kalau demikian,
Kristus harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan.
Tetapi sekarang ternyata, pada zaman akhir ini,
Ia hanya satu kali saja menyatakan diri
untuk menghapuskan dosa lewat kurban-Nya.

Seperti manusia ditetapkan Allah untuk mati hanya satu kali saja,
dan sesudah itu dihakimi,
demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengurbankan diri-Nya
untuk menanggung dosa banyak orang.
Sesudah itu
Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa
untuk menganugerahkan keselamatan
kepada mereka yang menantikan Dia.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 28:19a.20b

Pergilah, dan ajarlah semua bangsa, sabda Tuhan.
Aku menyertai kamu sampai akhir zaman.



Bacaan Injil
Luk 24:46-53

"Ketika sedang memberkati mereka,
Yesus terangkat ke Surga."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sesudah bangkit dari antara orang mati,
Yesus menampakkan diri kepada para murid.
Kata-Nya kepada mereka,
"Ada tertulis demikian:
Mesias harus menderita
dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga.
Dan lagi:
Dalam nama-Nya
berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa
harus disampaikan kepada segala bangsa,
mulai dari Yerusalem.
Kamu adalah saksi dari semuanya ini.
Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku.
Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini
sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari atas."

Lalu Yesus membawa murid-murid itu ke luar kota
sampai dekat Betania.
Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka.
Dan ketika sedang memberkati mereka,
Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga.

Para murid menyembah kepada-Nya,
lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.
Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah
dan memuliakan Allah.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Hari ini kita merayakan salah satu peristiwa paling agung dalam sejarah keselamatan: *Hari Raya Kenaikan Tuhan kita Yesus Kristus ke Surga*.
Sebuah peristiwa yang bukan sekadar "perpisahan", tetapi lebih tepat dipahami sebagai *transisi misi*—dari karya keselamatan yang dikerjakan secara langsung oleh Kristus di dunia, menjadi karya keselamatan yang kini dilanjutkan oleh para murid dan oleh kita semua, dengan pendampingan Roh Kudus.

Yesus yang bangkit tidak sekadar kembali ke surga sebagai pemenang atas maut, tetapi juga untuk mempersiapkan kedatangan Roh Allah, yakni *Roh Kudus yang dijanjikan-Nya*.
Seperti disampaikan dalam [Luk 24:49], "Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."

Kita diajak untuk menyadari bahwa peristiwa Kenaikan bukanlah akhir dari kehadiran Yesus, melainkan awal dari cara kehadiran-Nya yang baru, yaitu melalui Roh Kudus. Inilah makna mendalam dari sabda-Nya: "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi," [Yoh 16:7]—karena dengan kepergian-Nya, Roh Kudus akan dicurahkan.

*Roh Allah akan datang dan memainkan dua peran utama:*
1. *Untuk kepentingan hidup pribadi kita:*
Roh Kudus adalah Pendamping dan Penghibur.
Dialah yang *menginsafkan kita akan dosa, kebenaran, dan penghakiman* [Yoh 16:8].
Ia menjaga kita agar tetap berada di jalan Allah, memberikan ketenangan dalam badai hidup, dan kekuatan untuk terus setia, sekalipun dalam penderitaan.
Kehadiran Roh Kudus dalam batin kita adalah pengingat yang lembut, tetapi juga kuat, agar kita tidak menyerah pada dunia.

2. *Untuk kepentingan karya keselamatan Allah:*
Roh Kudus mencurahkan kuasa dari tempat tinggi—kuasa Allah sendiri—agar kita sanggup *menjadi saksi Kristus sampai ke ujung bumi* [Kis 1:8].
Ini bukan kuasa untuk pamer atau membangun nama, tetapi kuasa untuk melayani, untuk memberitakan Injil, untuk menjadi terang dalam dunia yang gelap.

Sejak lebih dari satu dekade yang lalu, saya menjawab panggilan itu.
Setiap hari saya membuka hati untuk sabda Tuhan, merenungkannya, lalu membagikannya dalam bentuk tulisan.
Tidak ada hari yang terlewat.
Tidak ada "cuti rohani".
Saya yakin, bukan karena kekuatan saya sendiri saya bisa melakukannya, melainkan karena ada *kuasa ilahi* yang menopang dan menyanggupkan saya untuk setia.

Saya percaya, Roh Kuduslah yang menerangi pikiran saya.
Bukan karena saya ahli, bukan karena saya sarjana teologi—saya bukan siapa-siapa dalam urusan studi Kitab Suci. Tetapi *karena Allah memilih yang lemah untuk mempermalukan yang kuat* [1Kor 1:27], dan karena Roh-Nya sendiri yang bekerja dalam kelemahan saya.

Dengan bekal keterampilan komputer, laptop seadanya, dan hati yang mau mendengarkan, saya percaya sabda Tuhan menjadi hidup di hadapan saya.
Ajaran Yesus menjadi jelas, bahkan seolah-olah Tuhan sendiri yang mengajarkan saya setiap pagi.

Saya tidak tahu sampai kapan saya akan diberi rahmat ini, dan saya tidak perlu tahu.
Itu adalah misteri Allah. Tugas saya hanya satu: setia, selama Roh-Nya masih menghendaki saya berkarya.

Maka, pada Hari Raya Kenaikan ini, saya bersukacita karena Yesus yang naik ke surga bukan pergi meninggalkan kita, tetapi mengangkat kita bersama-Nya untuk menjadi bagian dari misi keselamatan.
Dan karena kuasa-Nya tak pernah berhenti bekerja dalam hati mereka yang mau mendengarkan dan melayani.

*Mari kita rayakan Kenaikan Tuhan dengan semangat baru, karena Dia tidak benar-benar pergi, tetapi kini hadir dalam diri kita, melalui Roh-Nya yang kudus dan penuh kuasa.*
Kita semua dipanggil untuk menjadi saksi-Nya di dunia ini.



Peringatan Orang Kudus
Santa Teodosia dari Konstantinopel, Martir
Sebagai martir dari Konstantinopel, Teodosia adalah salah seorang martir dari Gereja Katolik Timur. la menderita penganiayaan hebat dari para  musuh Gereja pada abad kedelapan (745) pada masa pemerintahan kaisar Konstantin V.
Pada tahun 726, kaisar Byzantium Leo III mengeluarkan sebuah dekrit yang melarang pemujaan terhadap gambar-gambar kudus. Putranya Konstantin, yang menggantikan dia terus melanjutkan politiknya dalam memberantas praktek pemujaan terhadap gambar-gambar kudus. Ia memerintahkan pengrusakan atas sebuah lukisan Yesus yang termasyhur di biara Santo Anastasius di Konstantinopel. Teodosia sebagai seorang biarawati di biara itu mencoba menyembunyikan lukisan itu. Karena itu ia ditangkap dan dianiaya hingga mati.


Santo Max(iminus), Uskup
Max(iminus) adalah Uskup di kota Trier, Jerman. Ia meninggal di pengasingan ketika dibuang bersama Santo Atanasios dan Uskup-uskup lainnya karena melawan bidaah Arianisme. la meninggal pada tahun 346.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-05-28 Rabu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa Pekan Paskah VI

Rabu, 28 Mei 2025



Bacaan Pertama
Kis 17:15.22-18:1

"Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya,
itulah yang kuberitakan kepada kamu."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Pada waktu itu terjadilah kerusuhan di kota Berea.
Maka Paulus pergi dari sana.
Orang-orang yang mengiringi Paulus menemaninya
sampai di kota Atena,
lalu kembali dengan pesan kepada Silas dan Timotius,
supaya mereka selekas mungkin menyusul Paulus.

Di Atena Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata,
"Hai orang-orang Atena, aku lihat,
bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa.
Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu
dan melihat-lihat barang pujaanmu,
aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan:
Kepada Allah yang tidak dikenal.
Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya,
itulah yang kuberitakan kepada kamu.

Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya,
Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi,
tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia.
Ia juga tidak dilayani oleh tangan manusia,
seolah-olah Ia kekurangan apa-apa,
karena Dialah yang memberikan hidup,
nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.

Dari satu orang saja
Allah telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia
untuk mendiami seluruh muka bumi
dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka
dan batas-batas kediaman mereka.
Maksudnya supaya mereka mencari Dia
dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia,
walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.
Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada,
seperti yang telah dikatakan juga oleh pujangga-pujanggamu:
Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.
Karena kita berasal dari keturunan Allah,
kita tidak boleh berpikir bahwa
keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu,
ciptaan kesenian dan keahlian manusia.

Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan,
maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia,
bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.
Karena Ia telah menetapkan suatu hari,
pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia
dengan perantaraan seorang yang telah ditentukan-Nya,
sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu
dengan membangkitkan orang itu dari antara orang mati."

Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati,
maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata,
"Lain kali saja
kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu."
Lalu Paulus pergi meninggalkan mereka.
Tetapi beberapa orang laki-laki menggabungkan diri
dengan dia dan menjadi percaya,
di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus,
dan seorang perempuan bernama Damaris,
dan juga orang-orang lain bersama-sama dengan mereka.
Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 148:1-2.11-12ab.12c-14a.14bcd,

Refren: Surga dan bumi penuh dengan kemuliaan-Mu.

*Pujilah Tuhan di surga,
pujilah Dia di tempat tinggi!
Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya,
pujilah Dia, hai segala tentara-Nya!

*Pujilah Tuhan, hai raja-raja di bumi dan segala bangsa,
pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia;
Pujilah Tuhan, hai teruna dan anak-anak dara,
orang tua dan orang muda!

*Biarlah semuanya memuji-muji Tuhan,
sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur,
keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit.

*Ia telah meninggikan tanduk umat-Nya,
menjadi puji-pujian bagi semua orang yang dikasihi-Nya,
bagi orang Israel, umat yang dekat pada-Nya.



Bait Pengantar Injil
Yoh 14:16

Aku akan minta kepada Bapa,
dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain,
supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.



Bacaan Injil
Yoh 16:12-15

"Roh Kebenaran akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran"

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Dalam amanat perpisahan-Nya
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu,
tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran,
Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;
Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri,
tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya,
itulah yang akan dikatakan-Nya,
dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
Ia akan memuliakan Aku,
sebab Ia akan memberitakan kepadamu
apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.

Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah kepunyaan-Ku,
sebab itu Aku berkata:
Ia akan memberitakan kepadamu
apa yang Dia terima dari pada-Ku."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini saya ambilkan dari renungan Daily Fresh Juice yang dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma:

Para Pendengar Daily Fresh Juice dimana pun berada,
Para Pendengar setia Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
hari ini kita akan merenungkan sabda Tuhan dari Injil Yohanes, Bab 16 Ayat 12-15,  yang menyampaikan janji Yesus tentang kehadiran Roh Kudus,
yang disebut-Nya sebagai Roh Kebenaran.
Roh inilah yang akan memimpin kita, orang-orang beriman,
untuk masuk ke dalam seluruh kebenaran Allah.
Marilah kita mendengarkan sabda Tuhan dengan hati yang terbuka.

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:
[Bacaan Injil]
Demikianlah sabda Tuhan.

Para Pendengar Setia Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Injil hari ini menyingkapkan janji Yesus yang sangat mendalam:
"Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu,
tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran,
Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran."
Kata-kata ini menyentuh hati.
Betapa sabarnya Yesus terhadap keterbatasan manusia—termasuk kita semua—
yang belum sanggup menerima keseluruhan pewahyuan-Nya.
Namun Ia tidak menyerah.
Ia berjanji mengutus Roh Kebenaran untuk memimpin kita setahap demi setahap, masuk ke dalam seluruh kebenaran Allah.

Roh Kebenaran itu bukanlah roh peramal,
bukan pula semacam kekuatan supranatural
untuk mengetahui nasib atau takdir kita secara duniawi.
Tugas Roh ini sangat berbeda.
Ia tidak membisikkan angka undian,
atau menjanjikan kekayaan dan kesuksesan dunia.
Sebaliknya, Roh ini menuntun kita untuk melihat terang kebenaran,
yang seringkali tidak mudah, tidak nyaman,
bahkan bisa menyakitkan hati kita yang masih melekat pada dunia.

"Roh itu akan memuliakan Aku, kata Yesus,
sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku".
Inilah rahasia indah Trinitas: Bapa, Putera, dan Roh,
semuanya satu dalam kehendak dan kebenaran.
Tidak ada pertentangan, tidak ada konflik kepentingan.
Kebenaran yang dibawa oleh Roh Kudus adalah kebenaran
yang murni, sejati, dan tidak berubah oleh waktu.

Para Pendengar Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Mari kita jujur:
seringkali kita ingin tahu kebenaran hanya sejauh yang nyaman bagi kita.
Kita ingin Roh Kudus membenarkan keputusan kita,
bukan membimbing kita keluar dari zona nyaman.
Tapi Roh Kebenaran tidak akan menyesuaikan diri dengan keinginan kita.
Ia justru mengundang kita untuk menyesuaikan diri dengan kehendak Allah.
Kebenaran yang sejati tidak bisa dipelintir.
Kita tidak bisa menyusun argumen untuk membuat dosa tampak seperti bukan dosa.
Kita tidak bisa membenarkan ketidakjujuran demi kebaikan pribadi.
Kebenaran Allah tidak dapat dibenarkan dengan logika dunia.
Dalam [Yesaya 55:8-9], Allah berkata, "Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku."
Maka, satu-satunya jalan agar kita sampai pada kebenaran adalah menyerahkan hati kita dibimbing oleh Roh Kudus.

Roh ini juga adalah penolong yang sabar.
Ia tidak memaksa, tidak mendesak.
Ia mengetuk pintu hati kita, menanti kita untuk membukakannya.
Kalau kita masih ragu atau bimbang,
Ia akan terus menyapa—dalam suara hati nurani, dalam permenungan Kitab Suci, dalam nasihat orang beriman, bahkan dalam peristiwa sehari-hari.
Asalkan kita mau diam sejenak dan mendengarkan,
Roh itu akan berkata, "Inilah jalannya, berjalanlah di situ."

Roh Kebenaran juga bekerja dalam proses.
Ia tidak memberi semua jawaban sekaligus, karena kita pun belum siap.
Sama seperti kita tidak bisa menyuapi bayi dengan makanan keras,
begitu pula Roh itu memberi kita kebenaran seturut pertumbuhan iman kita.
Maka penting bagi kita untuk setia menerima "santapan rohani" setiap hari,
seperti sabda Tuhan, doa, dan Ekaristi.
Seperti tubuh kita perlu makanan setiap hari,
jiwa kita pun perlu asupan kebenaran setiap hari.

Para Pendengar Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Yesus berkata, "Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang."
Ini bukan tentang ramalan, melainkan peringatan ilahi.
Jika kita menabur kejahatan, kita akan menuai penderitaan.
Jika kita berjalan dalam terang, kita akan tiba di kehidupan kekal.
Roh itu memperingatkan, menasihati, dan juga memberi penghiburan
agar kita tidak kehilangan arah.
Seperti tertulis dalam [Mazmur 119:105],
"Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."
Maka, marilah hari ini kita mengambil waktu untuk memeriksa batin:
Apakah kita sungguh mau dibimbing ke dalam kebenaran?
Apakah kita siap mendengar suara Roh,
meskipun bertentangan dengan ego dan kehendak pribadi kita?
Bila jawabannya ya, mari buka hati kita dan undang Roh Kudus masuk.
Jangan tunggu nanti, jangan tunda besok.
Kebenaran tidak akan menunggu kita siap, tapi Roh itu setia menanti kita untuk siap. Mari kita mohon,
agar kita menjadi pribadi yang terus-menerus dibimbing ke dalam seluruh kebenaran, dan akhirnya tinggal dalam kebenaran itu untuk selama-lamanya.
Amin.

Sekarang marilah kita berdoa untuk memohon kehadiran Roh Kebenaran yang dijanjikan oleh Yesus untuk mendampingi hidup kita.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Allah Bapa yang Mahapengasih,
kami bersyukur atas sabda-Mu hari ini,
yang menguatkan hati kami melalui janji Yesus akan kehadiran Roh Kebenaran.
Kami mohon, dampingilah kami selalu dengan Roh Kudus-Mu, agar setiap langkah hidup kami dipimpin menuju kebenaran sejati yang berasal dari-Mu.
Jauhkanlah kami dari segala tipu daya dunia,
dari kebohongan yang membungkus dosa, dan dari segala jalan yang menyesatkan.
Berilah kami hati yang jujur, batin yang peka,
dan kehendak yang kuat untuk mengikuti suara Roh-Mu,
meskipun itu tidak selalu mudah.
Semoga dalam bimbingan Roh Kudus,
kami mampu menjadi saksi kasih dan kebenaran-Mu di tengah dunia ini.

Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami,
yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa.
Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus,
Amin.

Terimakasih.
Sampai jumpa bulan depan!



Peringatan Orang Kudus
Beata Margaretha Pole, Martir
Margaretha lahir di sebuah desa dekat kota Bath, Inggris Selatan pada tanggal 14 Agustus 1473. la dikenal sebagai seorang wanita bangsawan, pengiring Ratu Katarina, permaisuri pertama Raja Henry VIII.
Sepeninggal suaminya, Margaretha menjadi guru pribadi Putri Raja Maria, anak Henry VII. Dalam kedudukannya sebagai guru pribadi itu, Raja Henry VIII mengangkat Margaretha sebagai Pangeran Wanita Salisbury. Walaupun Henry mengenal baik kesucian hidup Margaretha, ia tidak segan-segan memecat Margaretha ketika Margaretha menentang perceraiannya dengan Katarina dan niatnya menikahi Anne Boleyn.
Karena Reginaldus, Putra Margaretha, yang kemudian menjadi seorang Kardinal mencela Henry karena tuntutannya untuk mengawasi Gereja, Henry memutuskan untuk melenyapkan keluarga Margaretha. Akhirnya Margaretha dipenggal kepalanya pada tahun 1541 karena dituduh mengkhianati raja. Margaretha dinyatakan sebagai 'Beata' (Yang Bahagia) pada tahun 1886.

Santo Wilhelmus, Biarawan
Wilhelmus adalah seorang jenderal dari kaisar Karokus Agung yang berhasil menundukkan suku Bask dan merebut Barcelona dari tangan orang Arab. Setelah kemenangan ini ia menjadi biarawan. Ia mendirikan sebuah biara di Gellone, Prancis.   Anehnya ialah bahwa dalam biara yang didirikannya itu, ia sendiri bekerja sebagai tukang roti dan koki. Ia meninggal dunia pada tahan 812.

Santo Bernardus dari Montjoux, Imam
Bernardus dari Montjoux dikenal sebagai pelindung para pencinta pegunungan Alpen dan para pendaki gunung. Untuk membantu para wisatawan, Bernardus bersama pembantu-pembantunya mendirikan dua buah rumah penginapan. Dari nenek moyangnya, ia diketahui berketurunan Italia. Tanggal kelahirannya tidak diketahui dengan pasti, tetapi hari kematiannya diketahui terjadi pada tanggal 28 Mei 1081 di biara Santo Laurensius, Novara, Italia.
Kisah masa kecilnya dan masa mudanya telah banyak dikaburkan oleh berbagai legenda. Meski demikian, suatu hal yang pasti tentang dirinya ialah tentang pendidikan imamatnya. Pendidikan imamatnya dijalaninya bersama Petrus Val d' Isere, seorang Diakon Agung di Keuskupan Aosta. Aosta adalah sebuah kota di Italia yang terletak di pegunungan Alpen dan berjarak 50 mil dari perbatasan Prancis dan Swiss.
Karena semangat kerasulannya yang tinggi, ia diangkat menjadi Vikaris Jenderal Keuskupan Aosta. Dalam jabatan ini, Bernardus membawa angin pembaharuan di antara rekan-rekannya, biarawan-biarawan Kluni di Burgundia. Ia berusaha mendorong mereka merombak aturan­aturan biara yang terlalu klerikal dan keras. Ia mendirikan sekolah-sekolah dan rajin mengelilingi seluruh wilayah diosesnya.
Pada Abad Pertengahan, peziarah-peziarah dari Prancis dan Jerman rajin datang ke Italia melalui dua jalur jalan di pegunungan Alpen. Banyak dari mereka mati kedinginan karena badai salju, atau karena ditangkap oleh para perampok di tengah jalan. Melihat kejadian-kejadian itu, maka pada abad kesembilan Bernardus berusaha mendirikan dua buah rumah penginapan di antara dua jalur jalan itu, tepatnya di gunung Jovis (Montjoux), yang sekarang dikenal dengan nama gunung Blanc. Dua rumah penginapan ini sungguh membantu para peziarah itu. Tetapi kemudian pada abad keduabelas, rumah-rumah itu runtuh diterpa badai salju. Sebagai gantinya, Bernardus mendirikan dua buah rumah penginapan baru, masing-masing terletak di dekat dua jalur jalan itu dengan sebuah biara berdiri di dekatnya. Kedua jalan ini sekarang dikenal dengan nama Jalan Besar dan Jalan Kecil Santo Bernardus. Untuk membina akhlak para petugas rumah penginapan dan anggota-anggota biarawan yang menghuni biara itu, Bernardus menerapkan aturan-aturan biara Santo Agustinus. Ia menerima pengakuan dan izinan khusus dari Sri Paus untuk membimbing para Novisnya dalam bidang karya pelayanan para wisatawan.
Karya mereka ini berkembang pesat dari hari ke hari didukung oleh seekor anjing pembantu. Tugas utama mereka ialah berusaha membantu para wisatawan dalam semua kesulitannya dengan makanan dan rumah penginapan, serta menguburkan orang-orang yang mati. Ketenaran karya pelayanan mereka ini kemudian berkembang dalam berbagai bentuk legenda. Kemurahan hati dan keramah-tamahan mereka menarik perhatian banyak orang, terutama keluarga-keluarga kaya. Keluarga-keluarga kaya ini menyumbangkan sejumlah besar dana demi kemajuan karya pelayanan Bernardus dan kawan-kawannya. Legende tentang anjing pembantu Santo Bernardus masih berkembang hingga sekarang.
Setelah berkarya selama 40 tahun lamanya sebagai Vikaris Jenderal Bernardus meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1081 di biara Santo Laurensius, Novara, Italia. Sri Paus Innocentius XI (1676-1689) menggelari dia 'Kudu'" pada tahun 1681. Dan pada tahun 1923 oleh Sri Paus Pius XI (1922-1939), Bernardus diangkat sebagai pelindung para pencinta pegunungan Alpen dan para pendaki gunung.

Santo Germanus dari Paris, Pengaku Iman
Germanus atau Germain dikenal luas karena cinta kasihnya yang besar kepada orang-orang miskin dan gelandangan, dan karena kesederhanaan hidupnya. Ia lahir di Autun, Prancis pada tahun 496.
Setelah menjadi imam, ia diangkat menjadi abbas biara Santo Symphorianus, yang terletak tak jauh dari Autun. Di sini ia menjalani suatu kehidupan asketik yang keras dan giat membantu orang-orang miskin; kadang-kadang ia mangundang pengemis-pengemis untuk makan bersamanya di biara. Ketika Raja Prancis, Childebert I (511-558), menunjuk dia menjadi Uskup Paris, ia tidak mengubah kebiasaan hidupnya yang keras dan perhatiannya kepada orang-orang miskin dan gelandangan. Menyaksikan teladan hidup Germanus, Raja Childebert sendiri akhirnya menjadi dermawan: senang membantu orang miskin, membangun biara-biara dan gereja-gereja. Salah satu gereja yang terkenal ialah gereja Santo Germanus yang didirikannya sesudah kematian Germanus.
Salah satu usaha utama Germanus ialah mendesak penghayatan cara hidup Kristen yang lebih baik di kalangan kaum bangsawan Prancis. Ia tidak henti-hentinya mengutuk orang-orang yang bejat cara hidupnya dan tidak tanggung-tanggung mengekskomunikasikan Charibert, Raja Frank yang hidupnya penuh dosa. Germanus meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 576.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2025-05-27 Selasa.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa Pekan Paskah VI

Selasa, 27 Mei 2025

PF S. Agustinus dari Canterbury, Uskup



Bacaan Pertama
Kis 16:22-34

"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus, dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Ketika Paulus dan Silas ada di Kota Filipi
terjadilah yang berikut ini:
Orang-orang Filipi bangkit menentang Paulus dan Silas;
lalu pembesar-pembesar kota itu
menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka
dan mendera mereka.
Setelah berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara.
Kepala penjara diperintahkan
untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh.
Sesuai dengan perintah itu,
kepala penjara memasukkan mereka
ke ruang penjara yang paling tengah
dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.

Tetapi kira-kira tengah malam
Paulus dan Silas berdoa
dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah,
dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.
Dan terjadilah gempa bumi yang hebat,
sehingga sendi-sendi penjara itu goyah.
Seketika itu juga terbukalah semua pintu
dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya
dan melihat pintu-pintu penjara terbuka,
ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri,
karena ia menyangka,
bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri.
Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya,
"Jangan celakakan dirimu,
sebab kami semuanya masih ada di sini!"

Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh,
lalu berlari masuk
dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas.
Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata,
"Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat,
supaya aku selamat?"
Jawab mereka,
"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu."

Lalu Paulus dan Silas memberitakan firman Tuhan kepadanya
dan kepada semua orang yang ada di rumahnya.
Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka
dan membasuh bilur mereka.
Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis.
Lalu ia membawa mereka ke rumahnya
dan menghidangkan makanan kepada mereka.
Dan ia sangat bergembira,
bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 138:1-2a.2bc-3.7c-8,R:7c

Refren: Tangan kanan-Mu menyelamatkan daku, ya Tuhan.

*Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hati,
karena Engkau mendengarkan kata-kata mulutku.
Di hadapan para dewata aku akan bermazmur bagi-Mu,
aku hendak bersujud ke arah bait-Mu yang kudus.

*Aku hendak memuji nama-Mu
oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu;
Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku,
Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.

*Tangan kanan-Mu menyelamatkan daku,
Engkau akan menyelesaikan segalanya bagiku!
Ya Tuhan, kasih setia-Mu kekal abadi,
janganlah Kautinggalkan buatan tangan-Mu!



Bait Pengantar Injil
Yoh 16:7.13

Aku akan mengutus Roh kebenaran kepadamu, sabda Tuhan,
dan Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.



Bacaan Injil
Yoh 16:5-11

"Jikalau Aku tidak pergi, penghibur tidak akan datang kepadamu."

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Dalam amanat perpisahan-Nya
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku,
dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku:
Ke mana Engkau pergi?
Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu,
maka hatimu berdukacita.
Namun benar yang Kukatakan kepadamu:
Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi.
Sebab jikalau Aku tidak pergi,
penghibur itu tidak akan datang kepadamu;
sebaliknya jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.

Dan kalau penghibur itu datang, Ia akan menginsafkan dunia
akan dosa, kebenaran dan penghakiman;
akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;
akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa
dan kamu tidak melihat Aku lagi;
akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Pada awalnya saya gagal paham terhadap apa yang disampaikan oleh Yesus dalam Bacaan Injil hari ini: "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi" \[Yoh 16:7].
Mana bisa begitu?
Bukankah akan jauh lebih berguna kalau Yesus tidak pergi, sehingga kita bisa terus bersama-sama dengan-Nya? Kalau Yesus pergi meninggalkan kita, bukankah kita akan seperti anak ayam yang kehilangan induknya?

Kebingungan saya malah bertambah setelah mendengarkan lanjutan perkataan Yesus ini: "Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu" \[Yoh 16:7].
Apa iya, Penghibur — maksudnya Roh Kudus — itu lebih berguna daripada Yesus sendiri?
Kalau memang tujuannya adalah agar kita mendapatkan yang lebih berguna, mengapa bukan keduanya saja yang hadir bersamaan di tengah-tengah kita?

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu muncul karena kita masih berorientasi kepada diri sendiri, karena kita lebih sibuk dengan kenyamanan dan keuntungan pribadi. Kita ingin Yesus tetap tinggal bersama kita agar kita merasa aman. Kita ingin Roh Kudus hadir supaya kita dapat karunia dan bimbingan. Tetapi kita lupa bahwa misi Yesus tidak hanya tentang *kita*.
Inilah yang dinamakan egoisme: hidup hanya untuk diri sendiri dan memaksa segala sesuatu berjalan sesuai keinginan pribadi.

Yesus memang harus kembali ke rumah Bapa-Nya, karena memang di sanalah tempat asal dan tujuan-Nya. Ia datang ke dunia karena diutus oleh Bapa, menjadi manusia seperti kita, tetapi tidak untuk tinggal selama-lamanya di dunia ini. Kembali kepada Bapa bukanlah sebuah kehilangan, melainkan sebuah penggenapan.

Dan justru dengan kepergian-Nya itulah, janji besar itu digenapi: Roh Kudus dikaruniakan bagi kita. Dialah yang akan menyertai kita selamanya, menghibur, meneguhkan, dan membimbing kita kepada kebenaran sejati.
Roh Kudus itulah yang membuat para rasul akhirnya memahami dan melanjutkan karya keselamatan, termasuk dalam kisah Paulus dan Silas dalam Bacaan Pertama hari ini \[Kis 16:22-34], yang walaupun dipenjara, tetap memuji Allah, hingga akhirnya penjara terbuka dan kepala penjara pun percaya kepada Tuhan.

Maka sekarang, marilah kita tinggalkan egoisme itu.
Marilah kita belajar untuk memperhatikan orang lain, memperhatikan alam semesta ciptaan Allah, dan yang paling penting: memperhatikan dengan seksama seluruh pengajaran Yesus.
Altruisme adalah lawan dari egoisme.
Menjadi altruis berarti siap diutus, siap berkorban, dan siap mencintai — bukan hanya diri sendiri, melainkan juga sesama dan seluruh ciptaan Tuhan.

Marilah kita menjadi pribadi yang altruis, bukan pribadi yang egois.
Karena dengan begitu, Roh Kudus akan berkarya nyata dalam diri kita.



Peringatan Orang Kudus
Santo Agustinus dari Canterbury, Uskup dan Pengaku Iman
Agustinus dikenal sebagai Uskup Agung dari Canterbury, Inggris. Kehidupan masa mudanya, demikian juga masa kecilnya, tidak diketahui dengan pastl, kecuali bahwa ia berasal dari sebuah keluarga berkebangsaan Roma.
Ia masuk biara Benediktin Santo Andreas yang didirikan oleh Gregorius Agung. Oleh Paus Gregorius ini, Agustinus bersama 39 orang temannya diutus ke Inggris untuk mempertobatkan orang-orang Inggris yang masih kafir. la menjadi pemimpin rombongan itu. Di antara rekan­rekannya, Agustinus dikenal sebagai Ahli Kitab Suci dan berjiwa rasul. Perjalanan dari Roma ke Inggris cukup melelahkan, bahkan menakutkan mereka karena banyak cerita ngeri yang beredar tentang orang-orang Inggris yang menjadi sasaran karya misi mereka. Sebagai pemimpin rombongan, Agustinus berusaha meneguhkan kawan-kawannya.
Melihat ketakutan yang semakin besar itu, Agustinus memutuskan untuk kembali ke Roma guna mendiskusikan dengan Paus Gregorius tentang kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Dengan iman dan semangat yang baru, Agustinus kembali menemui kawan-kawannya sambil membawa surat kuasa dari Sri Paus. Surat kuasa dan doa Sri Paus Gregorius membuat mereka berani lagi untuk melanjutkan perjalanan menuju Inggris. Mereka melewatkan musim dingin di Paris, lalu melanjutkan perjalanan pada musim semi tahun 597. Mereka mendarat di Thanet, dan dari sini mereka menantikan izinan dari raja untuk memasuki Irrggris. Beberapa orang juru bahasa diutus menghadap raja Ethelbert. Beberapa hari kemudian, raja Ethelbert sendiri datang menemui para rahib itu. Ia memberikan jaminan keselamatan kepada Agustinus dan kawan-kawannya sehingga mereka tidak mengalami banyak hambatan dalam tugasnya.
Para rahib berarak menemui raja dengan membawa sebuah Salib Suci dan gambar Yesus sambil bernyanyi sehingga arakan itu terasa khidmat dan mengesankan. Oleh raja mereka diizinkan mewartakan Injil dan menetap di ibukota Inggris, Canterbury. Rejeki hidup harian mereka pun dijamin oleh raja. Mereka mulai menjalankan aturan hidup biara Benediktin seperti biasa sambil mewartakan Injil dan mengajar agama. Teladan hidup mereka yang saleh menarik hati penduduk. Raja sendiri dan beberapa pembantunya minta diajari agama dan akhirnya dibaptis pada Pesta Pentekosta.
Pada hari raya Natal 597 lebih dari 10.000 orang Anglosakson dipermandikan. Hasil ini sangat menggembirakan hati para misionaris Benediktin itu. Peristiwa itu diberitakan kepada Sri Paus Gregorius Agung. Sri Paus membalas surat Agustinus dan kawan-kawannya sambil mengajak mereka agar tetap rendah hati: "Apabila engkau mengingat bahwa engkau selalu berdosa terhadap penciptamu dengan perkataan, perbuatan dan kelalaian, baiklah ingatan itu pun melenyapkan segala kesombongan yang mungkin timbul dalam hatimu".
Sebagai Uskup Agung Canterbury, Agustinus sungguh berjasa bagi Gereja Katolik Inggris. Ia adalah perintis Gereja di sana. Ia membuka dua keuskupan lagi di Inggris, tetapi tidak dapat mempersatukan umat Britania yang telah lama menjadi Kristen itu. Tetapi sebagai perintis, ia sangat berjasa untuk menghantar orang-orang Anglosakson kepada pengenalam akan Kristus dan InjilNya.
Pada tanggal 26 Mei 604, Agustinus meninggal dunia dan dimakamkan di luar tembok kota Canterbury, dekat sebuah gereja baru yang dibangunnya.


Santo Yulius, Martir
Veteran Romawi ini menjalani dinas militer selama 27 tahun. Ia ditangkap karena memeluk agama Kristen. Bersama dengan Santo Valensio dan Santo Hesikius, ia dipenjarakan di Silistria, Rumania sampai dijatuhi hukurnan pancung karena tak mau menyembah berhala.




https://liturgia-verbi.blogspot.com/