Liturgia Verbi 2017-11-12 Minggu.

 

 

 

 

 

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Minggu Biasa XXXII

Minggu, 12 November 2017



Bacaan Pertama
Keb 6:13-17

"Kebijaksanaan ditemukan oleh mereka yang mencarinya."

Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan:

Kebijaksanaan itu bersinar dan tak dapat layu,
mudah dipandang oleh yang kasih kepadanya,
dan ditemukan oleh mereka yang mencarinya.
Ia mendahului memperkenalkan diri
kepada yang menginginkannya.

Barangsiapa pagi-pagi bangun demi kebijaksanaan
tak perlu bersusah payah,
sebab kebijaksanaan itu ditemukannya duduk di dekat pintu.
Merenungkan kebijaksanaan merupakan pengertian sempurna,
dan siapa yang berjaga karena kebijaksanaan
segera akan bebas dari kesusahan.

Sebab kebijaksanaan sendiri berkeliling
mencari orang yang patut baginya,
dan dengan rela memperlihatkan diri
kepada mereka yang mencarinya;
kebijaksanaan dijumpai pada tiap-tiap pemikiran mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 63:2.3-4.5-6.7-8,R;2b

Refren: Jiwaku haus akan Dikau, ya Tuhan Allahku.

*Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau,
jiwaku haus akan Dikau, tubuhku rindu kepada-Mu,
seperti tanah yang kering dan tandus,
yang tiada berair.

*Demikianlah aku rindu memandangmu di tempat kudus,
sambil melihat kekuatan dan kemuliaan-Mu.
Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup;
bibirku akan memegahkan Dikau.

*Aku mau memuji Engkau seumur hidupku,
dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.
Seperti dijamu lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan,
bibirku yang bersorak-sorai, mulutku memuji-muji.

*Di tempat tidurku aku ingat kepada-Mu,
sepanjang kawal malam aku merenungkan Dikau.
Sungguh, Engkau telah menjadi pertolonganku,
dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.



Bacaan Kedua
1Tes 4:13-18

"Mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan Allah bersama dengan Yesus."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara,
kami ingin agar kamu mengetahui
tentang orang-orang yang sudah meninggal,
supaya kamu jangan berdukacita
seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
Karena kalau kita percaya
bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit,
maka kita percaya juga
bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan Allah bersama dengan Yesus.

Hal ini kami katakan kepadamu seturut sabda Allah ini:
Kita yang hidup dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan
sekali-kali takkan mendahului mereka yang sudah meninggal.
Sebab pada waktu tanda diberikan,
yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru
dan sangkakala Allah berbunyi,
Tuhan sendiri akan turun dari surga.
Dan mereka yang meninggal dalam Kristus Yesus
akan lebih dahulu bangkit.
sesudah itu, kita yang hidup dan masih tinggal
akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan
menyongsong Tuhan di angkasa.
Karena itu
hendaklah kamu saling menghibur dengan perkataan-perkataan ini.

Demikianlah sabda Tuhan.


ATAU BACAAN SINGKAT
1Tes 3:13-14

Mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan Allah bersama dengan Yesus.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara,
kami ingin agar kamu mengetahui
tentang orang-orang yang sudah meninggal,
supaya kamu jangan berdukacita
seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
Karena kalau kita percaya
bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit,
maka kita percaya juga
bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan Allah bersama dengan Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 24:42a.44

Berjaga-jagalah dan bersiap-sedialah,
sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.



Bacaan Injil
Mat 25:1-13

"Mempelai datang! Songsonglah dia!"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari
Yesus mengucapkan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama sepuluh gadis
yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.
Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
Yang bodoh itu membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak,
sedangkan yang bijaksana,
selain pelita juga membawa minyak dalam buli-bulinya.
Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang,
mengantuklah mereka semua, lalu tertidur.

Tengah malam terdengarlah suara berseru,
'Mempelai datang! Songsonglah dia!'
Gadis-gadis itu pun bangun semuanya
lalu membereskan pelita mereka.
Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada yang bijaksana,
'Berilah kami sedikit dari minyakmu,
sebab pelita kami mau padam.'
Tetapi yang bijaksana menjawab,
'Tidak,
jangan-jangan nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu.
Lebih baik kamu pergi membelinya pada penjual minyak.'

Tetapi, sementara mereka pergi membelinya,
datanglah mempelai,
dan mereka yang telah siap sedia
masuk bersama dia ke dalam ruang perjamuan nikah.
Lalu pintu ditutup.

Kemudian datanglah juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata,
'Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!'
Tetapi tuan itu menjawab,
'Sungguh, aku berkata kepadamu,
aku tidak mengenal kamu.'

Karena itu, berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu akan hari maupun saatnya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Kita tentu telah seringkali diundang ke perjamuan pernikahan.
Kita semua diminta untuk berdiri ketika rombongan mempelai memasuki ruangan, sebagai tanda penghormatan kepada mempelai.
Semua orang berkumpul memang karena adanya pernikahan itu, bukan kebetulan ngumpul.
Dan semua perhatian ditujukan kepada mempelai, termasuk agenda acaranya pun diperuntukkan bagi mempelai.
Seringkali pula mempelai turut memilih lagu-lagu yang hendak dilantunkan, menentukan seperti apa surat undangannya, dan sebagainya.

Perihal kedatangan Kerajaan Surga, yang sudah dekat dan bahkan sudah tiba itu, tentulah jauh melebihi kedatangan rombongan mempelai, jauh lebih istimewa dari perjamuan pernikahan yang mana pun, dan sudah sepatutnya disambut dengan penuh sekacita karena kedatangan ini memang peristiwa gembira.

Tetapi sayangnya, kedatangan "mempelai" tidak tentu, tak tahu kapan akan tiba, makanya semua orang hanya bisa menunggu dan menunggu.
Pada Bacaan Injil hari ini malah disebutkan, "Karena mempelai itu lama tidak datang-datang…"
Artinya semua orang telah lama menanti-nantikan tetapi tidak datang-datang juga.
Sama seperti memanjatkan doa permohonan, bisa jadi saja mesti menunggu lama sebelum doa kita dikabulkan atau dijawab.
Tetapi jangan salah, waktu yang tak tentu itu tidaklah identik dengan waktu yang lama.
Tak tentu itu artinya bisa lama tetapi bisa juga hanya sekejap saja.
Dan tentu kita ada di sisi yang menunggu, bukan kita yang menentukan kapan akan datang.
Oleh sebab itu, cukuplah dengan ketekunan ketika menanti, tak usahlah bersungut-sungut ketika yang terjadi tidak seperti yang kita inginkan.

Karena kita tak pernah tahu kapan waktu kedatangannya, maka dari itu kita diminta untuk bersiap-siap, dengan asumsi bahwa rombongan mempelai akan segera tiba atau bisa jadi tidak segera tiba.
Jika segera tiba kita telah siap, dan jika akan lama tekun menanti.
Gadis-gadis yang dikisahkan pada perumpamaan Injil hari ini, tidur dengan masih tetap mengenakan pakaian pestanya, karena mereka tertidur setelah lama menanti.

Opsi kedatangan yang lama ini nampaknya tidak diantisipasi oleh sebagian dari gadis-gadis itu.
Mereka tak cukup membawa minyak dalam buli-bulinya.
Karena lama menunggu akhirnya persediaan minyak mereka pun habis, dan sialnya, mempelai datang justru di saat minyaknya habis, sehingga belum sempat membeli tambahan minyak lagi.
Mereka gagal menyongsong mempelai, sehingga akhirnya mereka pun gagal bersama mempelai berada di dalam ruang pesta.

Maka dari itu, marilah kita selalu ingat wejangan Yesus tentang hal ini, "Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun saatnya."



Peringatan Orang Kudus
Santo Yosafat Kunzewich, Uskup dan Martir Rusia
Pada tahun 1600, seorang pemuda berusia 16 tahun dikirim orangtuanya ke kota Wilma, barat laut kota Minak, Rusia, untuk dididik dalam ilmu perdagangan. Pemuda itu adalah Yohanes Kunzewich. Ia rajin belajar dan bekerja; namun sementara itu cepat sekali ia menyadari bahwa bakatnya bukan di bidang perdagangan. Ia sebaliknya lebih tertarik pada hal-hal kerohanian.
Di kota besar itu ia menyaksikan keadaan Gereja Rusia yang kacau balau, oleh pengaruh skisma yang timbul di kalangan umatnya. Umat memutuskan hubungannya dengan Gereja Roma dan tidak lagi mengakui Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja. Tak sukar baginya untuk memilih mana Gereja yang sebenarnya menurut kehendak Kristus. Ia yakin bahwa kebenaran dan cintakasih Kristen tidak ditemukan di dalam cara-cara kekerasan, tipu muslihat dan fitnah sebagaimana terlihat di dalam Gereja Ortodoks. Hidup rohaninya mulai berkembang terlebih dengan turut-sertanya ia di dalam kegiatan-kegiatan liturgi sebagai lektor atau penyanyi. Tidak ada upacara di gereja Tritunggal Mahakudus yang diabaikannya.
Pada tahun 1604 ia masuk biara Tritunggal Mahakudus dan menerima nama baru yaitu Yosafat. Jumlah calon di biara itu kurang sekali; tiga tahun lamanya ia sendiri saja, bersama pemimpin biara, yang bergelar Archimandret. Namun tujuan hidupnya jelas nyata yaitu: bertapa, berdoa dan bermeditasi, serta bermatiraga untuk memohon dari Tuhan persatuan Gereja Ortodoks dengan Gereja Roma dalam kandang kebenaran.
Pada tahun 1609 ia ditahbiskan menjadi imam; delapan tahun kemudian ia menjadi Uskup Polotsk. Yosafat ternyata seorang uskup yang saleh dan keras terhadap dirinya sendiri, tapi murah hati terhadap sesamanya. Ia seorang rasul yang rajin, terutama giat dalam usaha untuk menciptakan persatuan Gereja. Hasilnya nyata: Rusia Putih kembali kepada ikatan cintakasih Kristus di bawah pimpinan wakilnya, Sri Paus di Roma. Banyak orang memusuhi dia karena iri hati terhadap semua usahanya itu. Meskipun demikian ia tidak takut. Ia bersedia mempertaruhkan nyawanya demi cita-citanya mempersatukan Gereja.
Pada bulan Oktober 1623, ia pergi ke kota Witebesk, benteng orang skismatik dengan maksud menyampaikan kotbah yang jelas mengenai persatuan Gereja Kristus. Sementara itu musuh-musuhnya tetap mencari jalan untuk membunuhnya. Pada tanggal 12 Nopember sesudah Misa, beberapa penjahat masuk ke dalam kediamannya dan secara kejam menyerang dan membunuh pelayan-pelayannya. Uskup saleh ini tampil ke depan dan dengan berani mengatakan: "Aku inilah yang kamu cari. Mengapa kamu membunuh pelayan-pelayanku yang tak bersalah ini?" Yosafat kemudian dibunuh juga dan jenazahnya dibuang ke dalam sungai Dvina.
Kemartirannya membuka mata banyak orang skismatik yang kemudian bertobat dan bersatu dengan Gereja Roma yang benar. Di antaranya ada seorang Uskup Agung Ortodoks, pemimpin kaum oposisi.

Santo Nilus dari Sinai, Rahib dan Pengaku Iman
Nilus hidup pada pertengahan abad ke-4 di Konstantinopel. Pegawai tinggi kaisar ini telah berumah tangga dan diberkati Allah dengan dua orang anak. Tetapi lama kelamaan timbullah dalam hatinya hasrat untuk menjalani hidup sebagai rahib di tempat yang sunyi demi pengabdian yang total kepada Allah. Isterinya menyetujui perceraian mereka dengan syarat putera sulung mereka tetap tinggal mendampinginya. Demikianlah Nilus bersama Teodulus anaknya yang bungsu berangkat ke padang gurun Sinai, dan menetap di sana sebagai rahib. Rencana hidupnya dapat diringkas sebagai berikut: memuji Allah dengan perkataan, mengabdi kepadaNya dengan perbuatan, dan berbakti kepadaNya dengan pikirannya.
Hidupnya yang suci serta aman-tenteram itu pada suatu hari diganggu oleh serangan gerombolan penjahat orang-orang Arab. Banyak rahib dibunuh. Nilus dapat menyelamatkan dirinya, akan tetapi puteranya ditangkap dan ditawan sebagai budak.
Sesudah menguburkan jenazah teman-temannya, Nilus pun berusaha mencari Teodulus. Namun ia tidak berhasil menemukannya. Pada suatu hari secara kebetulan ia mendengar bahwa anaknya itu menjadi budak belian di Eleusa, sebuah kota dekat Birseba. Ia pun berangkat ke sana tanpa mengantongi uang sesen pun sebagai penebus Teodulus. Tidaklah mungkin ia dapat menebus anaknya itu. Baginya hanya tinggal satu kemungkinan yaitu menghadap Uskup Eleusa dan menceritakan kepadanya segala sesuatu yang telah terjadi atas dirinya. Atas bantuan uskup itu Teodulus dapat ditebus. Kemudian karena kepandaian serta kesalehan Nilus dan Teodulus, mereka ditahbiskan menjadi imam. Mereka kemudian pulang ke Sinai untuk kembali menjalani hidup tapa mereka di sana. Nilus meninggal dunia pada tahun 430 di gunung Sinai.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi