Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Palma (Mengenangkan Sengsara Tuhan)
Minggu, 13 April 2025
Bacaan Pertama
Yes 50:4-7
"Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai,
karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu."
Pembacaan dari Kitab Yesaya:
Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid,
supaya dengan perkataanku
aku dapat memberi semangat baru
kepada orang yang letih lesu.
Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku
untuk mendengar seperti seorang murid.
Tuhan Allah telah membuka telingaku,
dan aku tidak memberontak,
tidak berpaling ke belakang.
Aku memberi punggungku
kepada orang-orang yang memukul aku,
dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku.
Aku tidak menyembunyikan mukaku
ketika aku dinodai dan diludahi.
Tetapi Tuhan Allah menolong aku;
sebab itu aku tidak mendapat noda.
Maka aku meneguhkan hatiku seperti teguhnya gunung batu,
karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24,R:2a
Refren: Allahku, ya Allahku, mengapa Kautinggalkan daku?
*Semua yang melihat aku mengolok-olok;
mereka mencibirkan bibir dan menggelengkan kepala!
Mereka bilang, "Ia pasrah kepada Allah,
biarlah Allah yang meluputkannya,
biarlah Allah melepaskannya!
Bukankah Allah berkenan kepadanya?"
*Sekawanan anjing mengerumuni aku,
gerombolan penjahat mengepung aku,
mereka menusuk tangan dan kakiku.
Segala tulangku dapat kuhitung.
*Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka,
dan membuang undi atas jubahku.
Tetapi Engkau, Tuhan, janganlah jauh;
ya kekuatanku, segeralah menolong aku!
*Maka aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku
dan memuji-muji Engkau di tengah jemaat:
Hai kamu yang takut akan Tuhan, pujilah Dia;
hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia!
Gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!
Bacaan Kedua
Flp 2:6-11
"Yesus Kristus telah merendahkan diri,
maka Allah sangat meninggikan Dia."
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi:
Saudara-saudara,
walaupun dalam rupa Allah,
Kristus Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan.
Sebaliknya Ia telah mengosongkan diri
dan mengambil rupa seorang hamba,
dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia,
Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia
dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama,
supaya dalam nama Yesus bertekuk lututlah
segala yang ada di langit, yang ada di atas dan di bawah bumi,
dan bagi kemuliaan Allah Bapa
semua lidah mengakui: Yesus Kristus adalah Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan.
Bait Pengantar Injil
Flp 2:8-9
Kristus sudah taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia
dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama.
Bacaan Injil
Luk 22:14- 23:56
Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Lukas:
Ketika tiba saat perjamuan Paskah,
Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya.
Kata-Nya kepada mereka,
"Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu,
sebelum Aku menderita.
Sebab Aku berkata kepadamu:
Aku tidak akan memakannya lagi
sampai perjamuan ini digenapkan dalam Kerajaan Allah."
Kemudian Yesus mengambil sebuah cawan,
mengucap syukur, lalu berkata,
"Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu!
Sebab Aku berkata kepadamu:
Mulai sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur
sampai Kerajaan Allah telah datang."
Lalu Yesus mengambil roti, mengucap syukur,
memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka,
seraya berkata, "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu;
perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku."
Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan.
Ia berkata, "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku,
yang ditumpahkan bagi kamu.
Tetapi, lihat,
tangan orang yang menyerahkan Aku ada bersama Aku di meja ini.
Sebab Anak Manusia memang akan pergi
seperti yang telah ditetapkan,
akan tetapi celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!"
Lalu mulailah mereka mempersoalkan,
siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian.
Lalu terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus
tentang siapa yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
Yesus berkata kepada mereka,
"Raja-raja para bangsa memerintah rakyatnya,
dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut 'pelindung'.
Tetapi janganlah demikian di antara kamu;
yang terbesar di antara kamu
hendaklah menjadi sebagai yang paling muda,
dan yang pemimpin menjadi pelayan.
Sebab siapakah yang lebih besar:
yang duduk makan atau yang melayani?
Bukankah dia yang duduk makan?
Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama Aku
dalam segala pencobaan yang Aku alami.
Maka Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu,
sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku.
Kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku
di dalam Kerajaan-Ku,
dan kamu akan duduk di atas takhta
untuk menghakimi kedua belas suku Israel."
Kemudian Yesus berkata kepada Petrus,
"Simon, Simon, lihat Iblis telah menuntut
untuk menampi kamu seperti gandum.
Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau,
supaya imanmu jangan gugur.
Dan jikalau engkau sudah insaf,
kuatkanlah saudara-saudaramu."
Jawab Petrus,
"Tuhan, aku bersedia masuk penjara
dan mati bersama-sama dengan Engkau!"
Tetapi Yesus berkata,
"Aku berkata kepadamu, Petrus,
hari ini ayam tidak akan berkokok,
sebelum engkau tiga kali menyangkal Aku."
Lalu Yesus berkata kepada semua rasul,
"Ketika Aku mengutus kamu
dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut,
adakah kamu kekurangan apa-apa?"
Jawab mereka, "Suatu pun tidak!"
Kata-Nya kepada mereka,
"Tetapi sekarang ini,
siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya;
demikian juga yang mempunyai bekal;
dan siapa yang tidak mempunyainya,
hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang.
Sebab Aku berkata kepada kamu,
bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku:
Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak.
Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi."
Kata mereka, "Tuhan, ini dua pedang."
Jawab-Nya, "Sudah cukup."
Lalu pergilah Yesus ke luar kota,
dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun.
Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia.
Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka,
"Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."
Kemudian Yesus menjauhkan diri dari mereka
kira-kira sepelempar batu jaraknya.
Di sana Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya,
"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau,
ambillah cawan ini dari pada-Ku.
Tetapi bukanlah kehendak-Ku,
melainkan kehendak-Mulah yang hendaknya terjadi."
Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri
untuk memberi kekuatan kepada-Nya.
Yesus sangat ketakutan, dan makin bersungguh-sungguh berdoa.
Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan di tanah.
Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya.
Tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita.
Kata-Nya kepada mereka,
"Mengapa kamu tidur?
Bangunlah dan berdoalah,
supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."
Waktu Yesus masih berbicara, datanglah serombongan orang,
sedang murid-Nya yang bernama Yudas mendekati Dia untuk mencium-Nya.
Maka kata Yesus kepadanya,
"Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?"
Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus,
melihat apa yang akan terjadi,
berkatalah mereka,
"Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?"
Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Agung,
sehingga putuslah telinga kanannya.
Tetapi Yesus berkata, "Sudahlah!"
Lalu Yesus menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.
Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala
dan kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua
yang datang untuk menangkap Dia,
kata-Nya, "Sangkamu Aku ini penyamun,
maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung?
Padahal
tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah,
dan kamu tidak menangkap Aku.
Tetapi inilah saatmu,
dan inilah kuasa kegelapan itu!"
Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu.
Ia digiring ke rumah Imam Agung.
Dan Petrus mengikut dari jauh.
Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api,
dan mereka duduk mengelilinginya.
Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka.
Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api;
ia mengamat-amati Petrus, lalu berkata,
"Orang ini juga bersama-sama dengan Yesus!"
Tetapi Petrus menyangkal, katanya,
"Bukan, aku tidak mengenal Dia!"
Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata,
"Engkau juga seorang dari mereka!"
Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku bukan soerang dari mereka!"
Dan kira-kira sejam kemudian
seorang lain berkata dengan tegas,
"Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Yesus,
sebab ia juga orang Galilea."
Tetapi Petrus berkata,
"Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan."
Seketika itu juga, sementara Petrus berkata,
berkokoklah ayam.
Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus.
Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya,
"Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku."
Lalu Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedih.
Sementara itu Yesus diolok-olok dan dipukuli
oleh orang-orang yang menahan-Nya.
Mereka menutupi muka Yesus dan bertanya,
"Coba katakan, siapa yang memukul Engkau?"
Dan banyak lagi hujat yang mereka ucapkan kepada-Nya.
Setelah hari siang,
berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat.
Lalu mereka menghadapkan Yesus ke Mahkamah Agama mereka,
katanya,
"Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami."
Jawab Yesus, "Sekalipun Aku mengatakannya kepadamu,
kamu toh tidak percaya!
Dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepadamu,
kamu toh tidak akan menjawab.
Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa."
Kata mereka semua,
"Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?"
Jawab Yesus, "Kamu sendiri mengatakan bahwa Akulah Anak Allah."
Lalu kata mereka,
"Untuk apa kita perlu kesaksian lagi?
Kita telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri!"
Lalu bangkitlah seluruh sidang itu,
dan Yesus dibawa menghadap Pilatus.
Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya,
"Telah kedapatan oleh kami,
bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami.
Ia melarang orang membayar pajak kepada Kaisar,
dan tentang diri-Nya Ia mengatakan,
bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja."
Pilatus bertanya kepada Yesus,
"Benarkah Engkau raja orang Yahudi?"
Jawab Yesus, "Engkau sendiri mengatakannya."
Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu,
"Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada orang ini."
Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya,
"Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea,
Ia mulai di Galilea, dan kini sudah sampai ke sini."
Ketika Pilatus mendengar itu ia bertanya,
apakah orang itu seorang Galilea.
Dan ketika tahu bahwa Yesus seorang dari wilayah Herodes,
Pilatus mengirim Dia menghadap Herodes,
yang pada waktu itu ada juga di Yerusalem.
Ketika melihat Yesus, Herodes sangat girang.
Sudah lama ia ingin melihat Yesus,
karena ia sering mendengar tentang Dia;
lagipula ia mengharapkan melihat
bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda.
Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus,
tetapi Yesus tidak memberi jawaban apa pun.
Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan,
dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Yesus.
Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Yesus.
Ia mengenakan jubah kebesaran kepada Yesus,
lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus.
Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus,
yang sebelumnya bermusuhan.
Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala serta rakyat,
dan berkata kepada mereka,
"Kamu telah membawa orang ini kepadaku
sebagai seorang yang menyesatkan rakyat.
Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksanya,
dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya
tidak ada yang kudapati pada-Nya.
Herodes pun tidak menemukan kesalahn pada-Nya,
sehingga ia mengirimkan Dia kembali kepada kami.
Sesungguhnya tidak ada suatu apa pun yang dilakukan-Nya
yang setimpal dengan hukuman mati.
Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya."
[Sebab Pilatus wajib melepaskan seorang tahanan bagi rakyat pada hari raya itu).
Tetapi mereka berteriak bersama-sama,
"Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!"
Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara
berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan.
Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka,
karena ia ingin melepaskan Yesus.
Tetapi mereka berteriak membalasnya,
"Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!"
Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka,
"Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini?
Tidak ada suatu kesalahan pun yang kudapati pada-Nya,
yang setimpal dengan hukuman mati.
Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya."
Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut,
supaya Ia disalibkan.
Akhirnya mereka menang dengan teriakan mereka.
Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan.
Jadi Pilatus melepaskan Barnabas
yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu
sesuai dengan tuntutan mereka.
Ketika membawa Yesus untuk disalibkan,
para serdadu menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene,
yang baru datang dari luar kota,
lalu meletakkan salib Yesus di atas bahunya,
supaya ia memikulnya sambil mengikuti Yesus.
Sejumlah besar orang mengikuti Yesus;
di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia.
Yesus berpaling kepada mereka dan berkata,
"Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku,
melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!
Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata:
Berbahagialah perempuan mandul,
berbahagialah perempuan yang rahimnya tidak pernah melahirkan,
dan yang tidak pernah menyusui.
Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung:
Runtuhlah menimpa kami!
dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami!
Sebab jikalau orang berbuat demikian terhadap kayu hidup,
apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?"
Bersama Yesus digiring juga dua orang lain,
yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia.
Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak,
mereka menyalibkan Yesus di situ.
Kecuali Yesus disalibkan juga kedua orang penjahat itu,
yang seorang di sebelah kanan,
yang lain di sebelah kiri-Nya.
Ketika bergantung di salib, Yesus berkata,
"Ya Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian Yesus.
Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya.
Pemimpin-pemimpin mengejek Yesus, katanya,
"Orang lain Ia selamatkan,
biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri,
jika Ia benar-benar Mesias, orang yang dipilih Allah."
Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia;
mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya dan berkata,
"Jika Engkau raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!"
Ada juga tulisan di atas kepala-Nya
"Inilah Raja orang Yahudi".
Salah seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Yesus,
katanya,
"Bukankah Engkau Kristus?
Selamatkanlah diri-Mu dan kami!"
Tetapi penjahat yang seorang menegur dia, katanya,
"Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah?
Padahal engkau menerima hukuman yang sama!
Kita memang selayaknya dihukum,
sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita,
tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah."
Lalu ia berkatas kepada Yesus,
"Yesus, ingatlah akan aku,
apabila Engkau datang sebagai Raja."
Kata Yesus kepadanya,
"Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya pada hari ini juga
engkau akan ada bersama-sama Aku di dalam Firdaus."
Ketika itu hari kira-kira pukul dua belas.
Kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga,
sebab matahari tidak bersinar.
Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua.
Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring,
"Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku."
Dan sesudah berkata demikian,
Yesus menyerahkan nyawa-Nya.
(Semua hening sejenak mengenangkan wafat Tuhan)
Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi,
ia memuliakan Allah, katanya,
"Sungguh, orang ini adalah orang besar!"
Di situ berkerumun pula orang banyak
yang datang untuk menyaksikan seluruh peristiwa itu.
Sesudah melihat apa yang terjadi itu,
pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.
Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat,
termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea,
berdiri jauh-jauh dan melihat semua itu.
Waktu itu ada seorang yang bernama Yusuf.
Ia anggota Majelis Agung, dan seorang yang baik lagi benar.
Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu.
Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi,
dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah.
Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta jenazah Yesus.
Dan sesudah menurunkan jenazah itu,
ia mengapaninya dengan kain lenan,
lalu membaringkannya di dalam kubur
yang digali di dalam bukit batu,
di mana belum pernah dibaringkan satu jenazah pun.
Hari itu adalah hari persiapan, dan sabat hampir mulai.
Perempuan-perempuan yang datang bersama Yesus dari Galilea,
ikut serta dan melihat kubur itu;
juga mereka melihat bagaimana jenazah Yesus dibaringkan.
Setelah pulang,
mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur.
Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Hari ini kita memasuki Pekan Suci, dimulai dengan Minggu Palma, saat kita mengenang Yesus memasuki Yerusalem.
Ia dielu-elukan oleh orang banyak yang melambaikan daun-daun palma dan berseru,
"Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!"
Kata Hosana berasal dari bahasa Ibrani Hôshī'âh nā', yang berarti "Selamatkanlah kami, kami mohon!"
Awalnya adalah seruan permohonan keselamatan, tapi dalam konteks ini telah menjadi seruan iman dan pujian mesianik—sebuah pengakuan bahwa Yesus adalah Raja yang diutus Tuhan.
Namun hanya dalam hitungan hari, seruan penuh harap itu berubah menjadi kutukan:
"Zaqfūhī! Zaqfūhī! (Salibkan Dia! Salibkan Dia!)
Kata Zaqfūhī berasal dari bahasa Aram yang digunakan sehari-hari di Yerusalem waktu itu.
Artinya sangat tajam: "Naikkan dia ke salib!"—sebuah teriakan kemarahan, penghakiman, dan penolakan.
Kontras antara Hosana dan Zaqfūhī ini menggambarkan betapa cepatnya hati manusia berubah.
Dari pengakuan iman menjadi penolakan, dari pujian menjadi penghinaan.
Yesus memasuki Yerusalem bukan dengan kuda perang, melainkan dengan keledai, simbol kerendahan hati.
Ia datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyelamatkan.
Namun karena orang-orang berharap akan datangnya raja duniawi, mereka kecewa ketika melihat Yesus tidak melakukan perlawanan, tidak memimpin pemberontakan.
Maka yang semula dielu-elukan, akhirnya disalibkan.
Yesus tahu apa yang akan Ia hadapi.
Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya.
Ia menghidupi sepenuhnya nubuat Nabi Yesaya:
"Aku memberi punggungku kepada orang yang memukul, dan pipiku kepada orang yang mencabut janggutku." [Yes 50:6]
Dan Rasul Paulus menegaskan bahwa karena kerendahan hati dan ketaatan-Nya:
"Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama." [Flp 2:9]
Bahkan dalam perjamuan terakhir, Yesus mempersiapkan para murid untuk masa yang lebih berat.
Ia berkata, sekarang mereka harus siap membawa pundi-pundi dan bekal.
Bahkan jika perlu, menjual jubah dan membeli pedang (bdk. Luk 22:36).
Ini bukan seruan untuk berperang secara fisik, melainkan isyarat bahwa zaman damai sudah berlalu.
Kini mereka harus siap berjuang dalam iman, menghadapi dunia yang keras.
Demikian pula kita.
Kita hidup di tengah dunia yang sering tidak ramah pada kebenaran.
Dunia yang cepat berubah dari Hosana menjadi Zaqfūhī.
Tapi kita tidak sendiri.
Yesus telah menjanjikan Penolong: Roh Kudus, yang akan menyertai, menguatkan, dan membimbing kita.
Minggu Palma mengajak kita merenungkan bahwa kemuliaan sejati lahir dari penderitaan yang dipersembahkan dengan kasih dan kerendahan hati.
Yesus telah menunjukkan jalan itu.
Kita pun dipanggil untuk berjalan bersama-Nya:
dari Hosana menuju Zaqfūhī,
dari sorak sorai menuju salib, agar kita pun ikut ambil bagian dalam kebangkitan dan kemuliaan-Nya.
Amin.
Peringatan Orang Kudus
Santo Martinus I, Paus dan Martir
Martinus terpilih menjadi Paus pada tahun 649. Ia memimpin Gereja selama 7 tahun. Pada awal masa pontifikatnya, situasi Gereja umumnya aman. Perhatiannya bagi kepentingan Gereja dan umat sangat besar. Ia berusaha memimpin Gereja dengan sikap seorang gembala. Tiga pokok perhatiannya yang utama ialah doa, membantu para miskin dan mengajar. Perhatiannya terhadap nasib kaum miskin sangat besar sehingga ia sendiri pun hidup dalam kondisi serba kekurangan.
Keamanan Gereja terganggu dengan naiknya Konstantin II ke atas takhta sekaligus menyatakan diri sebagai Kepala Gereja Kristus. Selain itu ia pun menyebarkan ajaran palsu monotelitisme, bahwa Kristus hanya mempunyai satu kehendak. Hal ini menimbulkan pertentangan antara Martinus dan Konstantin II, karena Martinus dengan tegas menolak ajaran itu. Penolakan Martinus itu menimbulkan amarah besar di pihak kaisar, bahkan melahirkan rencana pembunuhan atas dirinya. Para serdadu berusaha membunuh Martinus, tetapi gagal.
Sebagai gantinya, Martinus yang sudah tua dan sakit-sakitan itu ditangkap dan diusung ke sebuah kapal yang hendak berangkat ke Konstantinopel. Setelah sebulan berlayar, sampailah kapal itu di pulau Naksos. Di pulau ini, Martinus ditawan selama lebih dari satu tahun dengan penderitaan yang mengerikan. Setelah itu ia dibawa menghadap kaisar. Ia dihadapkan kepada senat kekaisaran dan dihukum mati dengan berbagai tuduhan palsu. Pakaian pontifikatnya ditanggalkan dan ia dihantar mengelilingi kota seperti seorang penjahat. Hukuman mati ditangguhkan dan diganti dengan pembuangan ke sebuah tempat sunyi hingga kematiannya pada tahun 655 sesudah empat bulan menderita sakit dan kelaparan.
Santa Margaretha dari Metola, Pengaku Iman
Margaretha lahir di Metola, dekat Florence, Italia pada tahun 1287. Kondisi tubuhnya menyedihkan karena ia pendek, bungkuk, pincang dan buta. Meski demikian, ia dengan senang hati menerima kondisinya itu. Ia dikenal orang sebagai anggota Ordo Ketiga Santo Dominikus yang saleh dan yang menaruh perhatian besar pada orang-orang sakit dan para tahanan di penjara.
Orangtuanya yang kaya raya dan bangsawan itu merasa sungguh sedih bahkan merasa malu karena kelainan tubuh anaknya. Karena itu, ketika Margaretha berumur enam tahun, mereka mengurungnya dalam sebuah sel kecil di pegunungan Apennin selama 10 tahun. Dari sana mereka membawanya ke Citta-di-Castello, dengan harapan bahwa ia dapat pulih dari keadaannya atas cara yang ajaib di sebuah tempat sakral di kota itu. Tetapi karena tidak terjadi suatu apa pun atas diri Margaretha seperti yang diharapkan, mereka meninggalkan dia sendirian di sana, lalu pulang ke rumah.
Di kota itu Margaretha diangkat sebagai saudara oleh para pengemis di kota itu. Kepadanya ditunjukkan tempat-tempat strategis untuk mengemis, sekaligus sebuah tempat di mana ia dapat tidur dengan tenang. Dalam menjalani hidup dengan cara mengemis dan menggelandang, Margaretha senantiasa menampilkan diri sebagai seorang yang periang dan tidak pernah mengeluh. Ia bahkan meneguhkan rekan-rekannya agar tabah dalam menanggung segala penderitaan yang menimpa diri mereka. Ia sendiri merasa prihatin dan bingung kalau orang berbelaskasihan terhadap dirinya dan mencemasi hidupnya. Lama-kelamaan, orang-orang sekitar yang mengenalnya pun rekan-rekannya, mulai menyadari bahwa Margaretha adalah seorang wanita pengemis yang luhur kepribadiannya, saleh hidupnya dan tulus hatinya. Kagum atas kepribadiannya, maka orang-orang yang berpengaruh di kota itu membujuk para biarawati di sebuah biara di kota itu, agar menerima Margaretha sebagai seorang postulan. Usaha ini berhasil. Margaretha diterima dalam biara suster-suster itu. la sendiri senang sekali dengan penerimaan itu. Tetapi kegembiraannya karena menjadi anggota komunitas religius ini tidak bertahan lama. Setelah beberapa lama tinggal dalam biara itu, ia mulai prihatin atas cara hidup biarawati-biarawati itu. Mereka terlalu bersemangat duniawi. Karena sikapnya ini, ia kemudian dikeluarkan dari biara itu, meskipun pada mulanya ia disambut dengan baik.
Setelah keluar dari biara itu, Margaretha diterima sebagai anggota Ordo Ketiga Santo Dominikus. Dalam ordo itu, Margaretha adalah satu-satunya wanita muda yang diterima selagi dalam status belum menikah. Ini sesuatu yang sangat istimewa, karena pada masa itu semua orang yang menjadi anggota ordo ketiga itu sudah menikah.
Dalam ordo ini, Margaretha berkembang pesat dalam kehidupan bakti kepada Tuhan dan sesama. la dikenal sebagai seorang anggota yang taat, saleh dan rajin berdoa. Ia memusatkan perhatiannya pada orang-orang sakit dan narapidana di penjara. Dia berdoa untuk mereka, mengobati mereka dan memberi makanan kepada mereka. Dalam tugasnya ini, ia berhasil mentobatkan banyak narapidana dan menyembuhkan banyak orang sakit.
Kehidupan rohaninya dikembangkan dengan melakukan devosi khusus kepada Sakramen Mahakudus, Bunda Maria dan Santo Yosef. Akhirnya pada usia 33 tahun, pada tanggal 13 April 1320, ia meninggal dunia dan dikuburkan di Gereja Santo Dominikus di Cittadi-Castello.