Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa Pekan Paskah II
Kamis, 1 Mei 2025
PF S. Yusuf, Pekerja
Ujud Gereja Universal: Makna kerja.
Semoga dengan bekerja, setiap orang dapat menemukan kepenuhan makna hidup, keluarga-keluarga terpenuhi kebutuhannya, dan masyarakat semakin sejahtera.
Ujud Gereja Indonesia: Buah nyata perayaan liturgi.
Seperti ranting anggur yang menempel pada pokoknya dan berbuah, semoga kita yang telah bersatu dengan Kristus dalam Ekaristi, dapat membagikan buah nyata melalui pelayanan bagi mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel.
Bacaan Pertama
Kis 5:27-33
"Kami adalah saksi dari segala sesuatu dan Roh Kudus."
Pembacaan dari Kisah Para Rasul:
Pagi itu
kepala pengawal bait Allah serta orang-orangnya
menangkap para rasul yang sedang mengajar orang banyak
dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama Yahudi.
Imam Besar lalu mulai menegur mereka,
"Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama Yesus.
Namun ternyata
kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu,
dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami."
Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab,
"Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.
Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus,
yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh.
Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri
dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat,
supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.
Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus,
yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia."
Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka,
dan mereka berusaha membunuh rasul-rasul itu.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 34:2.9.17-18.19-20,R:7a
Refren: Orang yang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkan.
*Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu;
puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku.
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
*Wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat
untuk melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi.
Apabila orang benar itu berseru-seru, Tuhan mendengarkan;
dan segala kesesakannya mereka Ia lepaskan.
*Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati,
Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.
Kemalangan orang benar banyak,
tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu.
Bait Pengantar Injil
Yoh 20:29
Karena telah melihat Aku, engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.
Bacaan Injil
Yoh 3:31-36
"Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya."
Inilah Injil Suci menurut Yohanes:
Yohanes Pembaptis memberi kesaksian tentang Yesus
di hadapan murid-muridnya,
"Siapa yang datang dari atas ada di atas semuanya;
siapa yang berasal dari bumi,
termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi.
Siapa yang datang dari surga ada di atas semuanya.
Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya
dan yang didengar-Nya,
tetapi tak seorang pun menerima kesaksian-Nya itu.
Siapa yang menerima kesaksian-Nya,
ia mengaku bahwa Allah adalah benar.
Sebab siapa yang diutus Allah,
Dialah yang menyampaikan firman Allah,
karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.
Bapa mengasihi Anak
dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.
Barangsiapa percaya kepada Anak,
ia beroleh hidup yang kekal,
tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak,
ia tidak akan melihat hidup,
melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Yohanes Pembaptis bekerja secara total, orientasinya hanya kepada Kristus, urusan lain tak ada arti baginya. Ia tidak memikirkan untuk beristri, bahkan teman pun tak punya kecuali para muridnya. Suaranya lantang dan blak-blakan. Ia tak segan-segan berseru, *"Hai kamu keturunan ular beludak!"* Bahkan kepada seorang raja pun, tak ada takutnya ia menegur: *"Tidak halal engkau mengambil Herodias, istri dari saudaramu sendiri."*
Yohanes Pembaptis adalah pribadi yang sederhana. Jubahnya dari bulu unta, bukan kain mahal; makanannya pun hanya belalang dan madu hutan. Namun, yang membuatnya begitu mulia bukan gaya hidup asketiknya semata, melainkan kerendahan hatinya yang luar biasa. Ia tidak mengejar nama besar atau popularitas pribadi. Sebaliknya, ia dengan rela menjadi jalan bagi Sang Mesias: *"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."* Dengan tegas ia menyatakan, *"Aku bukan Mesias. Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak."*
Pada Bacaan Injil hari ini [Yoh 3:31-36], Yohanes menegaskan relasi antara Allah Bapa dan Anak-Nya. Allah mengaruniakan Roh Kudus kepada Yesus tanpa batas, dan menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya. Ini bukan sekadar simbol kehormatan, melainkan penegasan bahwa seluruh rencana keselamatan manusia dipercayakan kepada-Nya.
Rencana itu tidak dibuat terburu-buru. Allah sudah mempersiapkannya dengan sangat matang selama berabad-abad, dan pada saat yang ditentukan, Ia *"membiarkan"* Putra-Nya mengalami penderitaan hebat di kayu salib. Sebagai seorang ayah, saya tidak bisa membayangkan jika anak saya berseru-seru meminta pertolongan seperti Yesus: *"Eli, Eli, lama sabakhtani?"* (Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?). Anak saya tergores pisau dapur saja saya sudah kalang kabut. Maka dari itu, sungguh tak terbayangkan betapa besar kasih Allah bagi kita—hingga rela membiarkan Putra-Nya mengalami semua itu, demi keselamatan kita.
Bacaan dari [Kis 5:27-33] menampilkan keberanian para rasul yang tetap memberitakan Yesus meski telah dilarang oleh Mahkamah Agama. Mereka berkata, *"Kami harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia."* Sikap ini memperlihatkan betapa mereka sungguh mengerti harga dari keselamatan yang telah mereka terima. Mereka tidak bisa tinggal diam.
Keselamatan bukan sekadar gagasan rohani. Itu adalah tawaran nyata dari Allah, dengan harga yang tak ternilai. Maka jangan sia-siakan kasih sebesar itu. Jangan hanya mengagumi Yohanes Pembaptis atau menyanjung keberanian para rasul, tetapi hiduplah seperti mereka: sederhana, rendah hati, dan berani menjadi saksi Kristus, apa pun risikonya.
Peringatan Orang Kudus
Santo Yusuf Pekerja, Pelindung para Karyawan
Tradisi melukiskan pribadi Yusuf, suami Maria sebagai seorang tukang kayu di kota Nazareth. Ia seorang bangsawan yang saleh dan sederhana. Darah kebangsawanannya mengalir dari Raja Daud leluhurnya. Kesucian dan kesalehannya terlihat di dalam ketaatannya pada kehendak Allah untuk menerima Maria sebagai isterinya serta mendampingi Maria dalam membesarkan Yesus, Putera Allah yang menjadi manusia. Kesederhanaannya terlihat di dalam pekerjaannya sebagai seorang tukang kayu, dan cara hidupnya yang biasa-biasa saja di dalam masyarakat.
Dalam pribadi Yusuf, pekerjaan tangan memperoleh suatu dimensi ilahi. Kerja meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Allah dan memungkinkan manusia turut serta di dalam karya penciptaan dan penyelamatan Allah. Atas dasar inilah Gereja pada masa kepemimpinan Paus Pius XII menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Hari Raya Santo Yusuf Pekerja, sekaligus menetapkannya sebagai Hari Buruh. Yusuf selanjutnya diangkat sebagai pelindung para karyawan/buruh yang bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. (Lihat juga kisah tentang Santo Yusuf pada Pestanya tanggal 19 Maret).
Yeremia, Nabi
Yeremia lahir kira-kira pada tahun 650 seb. Masehi di Anathoth, dekat kota Yerusalem, termasuk wilayah Kerajaan Yehuda. Keluarganya adalah sebuah keluarga imam yang saleh. Panggilannya sebagai Nabi di Israel diterimanya dari Allah pada tahun 627 seb. Masehi, dalam tahun ketigabelas pemerintahan raja Yosias (Yer 1:2). Meskipun panggilan ini terjadi pada usia mudanya, namun Yeremia sebenarnya telah ditentukan Allah sebagai Nabi ketika masih ada di dalam rahim ibunya (Yer 1:5) untuk mewartakan Sabda Allah kepada Israel, umat pilihan Allah. Tatkala Allah memanggilnya, ia menolak karena merasa tidak layak untuk mengemban tugas mulia itu. Tetapi akhirnya ia pun menerima panggilan itu karena Allah berjanji akan selalu menyertai dia dalam tugasnya. Yeremia adalah Nabi Israel terakhir sebelum pembuangan ke Babylonia.
Karya perutusannya sebagai Nabi dimulainya pada usia mudanya (Yer 1:6) sampai pada saat kejatuhan Yerusalem di tangan bangsa Babylonia pada tahun 587 seb. Masehi. Selama 40 tahun karyanya, Yeremia tanpa mengenal lelah memperingatkan para penguasa bangsa dan pemimpim agama serta seluruh umat Israel akan bahaya kejatuhan mereka karena dosa-dosa Yerusalem dan Yehuda.
Sejalan dengan itu, Yeremia terus menerus terlibat di dalam berbagai perselisihan dan pertentangan. Ia dengan gigih melawan Raja Yoakim dan Yoakin (609-597 seb. Masehi) yang memutarbalikkan kebijakan keagamaan dari Raja Yosia. Pada masa pemerintahan Raja Sedekia (597 -587 seb. Masehi), nada pewartaannya mulai berubah. Ia tidak lagi mengeluh tentang tugas perutusannya tetapi mulai lebih sungguh-sungguh membuktikan dirinya pada tugas yang dibebankan Allah padanya. Dengan gigih ia berusaha meyakinkan Yehuda akan penguasaan bangsa Babylonia. Meskipun demikian ia tetap tidak diterima, bahkan dituduh sebagai pengkhianat bangsanya oleh orang-orang yang menginginkan Raja Sedekia bersekutu dengan Mesir dan memberontak (Yer 37:1721). Karena itu, Yeremia mengalami penderitaan batin dan frustrasi yang hebat.
Walaupun ia menderita, ia tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah. Cintanya akan Allah dan keakraban hubungannya dengan Allah menumbuhkan dalam dirinya suatu sikap iman yang kokoh. Sikap iman ini mendorong dia untuk mendalami lebih jauh teologi tradisional Israel tentang Perjanjian. Imannya itu berdasar pada pengetahuan yang mendalam akan Perjanjian Cinta Allah dengan Israel, Umat PilihanNya, yang memperkenankan Israel mengambil bagian dalam kekudusanNya. Dalam Perjanjian Cinta itu, Allah menuntut dari Israel ketaatan penuh pada kehendakNya sebagaimana diwahyukan di dalam perintah-perintahNya dan dinyatakan melalui Nabi-nabiNya. Menolak mengakui kebaikan dan cinta Allah yang diwahyukan adalah dosa. Dan dosa bagi Israel merupakan perbuatan melawan kesucian perkawinan antara Allah dan bangsa Israel (Yer 2:20, 25). Dosa mengakibatkan pengadilan Allah atas Israel untuk memurnikan mereka. Yeremia menyadari bahwa pengadilan Allah merupakan tahap awal pengampunan dan pembaharuan (Yer :3:1-4:4). Ia menyadari bahwa Israel, yang dicekik oleh legalisme agama dan nasionalime, membutuhkan suatu pembaharuan batin yang radikal.
Dalam pewartaan tentang malapetaka yang akan terjadi atas Israel, Yeremia menubuatkan suatu 'Sisa Kecil', suatu kelompok kecil umat yang tetap setia pada Allah (Yer 23:3, 4; 30:10, 11; 31:10-14). Sisa Kecil ini adalah benih harapan di masa yang akan datang, kepadanya Allah mencurahkan pengampunan dan belaskasihanNya, dan dengannya Allah akan mengadakan suatu Perjanjian Baru (Yer 31:31-34). Allah akan menciptakan Iagi Israel suatu hubungan spiritual yang baru dan mendalam, dan akan menuliskan hukumNya di dalam hati mereka serta tinggal di dalam hati mereka.
Yeremia dengan tekun membantu perkembangan Sisa Kecil Israel yang saleh dari suku Yehuda ini karena mereka dengan sabar menantikan tibanya Hari Tuhan yang menyelamatkan. Penderitaan Yeremia yang demikian hebat menjadikan dia sebagai tokoh lambang bagi Yesus Kristus. Yeremia, yang hidup penuh penderitaan, namun tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah yang mengutusnya, menjadi lambang gambaran Hamba Yahweh yang menderita sebagaimana diramalkan Yesaya (Yes 35).
Santo Peregrinus Laziosi, Pengaku Iman
Peregrinus Laziosi lahir di kota Forli, Italia pada tahun 1260. Ia menaruh kebencian besar terhadap Gereja Katolik. la pun termasuk salah seorang yang memusuhi Sri Paus di Roma. Dengan sifatnya yang keras dan kasar, ia melancarkan serangan terhadap Gereja Katolik di wilayah Romagna.
Awal kehidupannya sebagai 'manusia baru' dalam iman Kristiani bermula dari tindakannya yang brutal terhadap Pastor Filipus Benizi (1225-1285). Diceritakan bahwa pada suatu kesempatan kotbah dalam rangka misi perdamaian yang dicanangkan Sri Paus, Pastor Filipus ditinju hingga roboh oleh Peregrinus. Tetapi Pastor yang saleh ini tidak memberikan suatu perlawanan balik terhadap Peregrinus. Ia bahkan bangkit dan berdoa untuk Peregrinus serta memaafkan dia.
Sikap Pastor Filipus ini menyentuh hati Peregrinus yang keras membatu itu. "Belum pernah aku menjumpai orang seperti dia ini" kata Peregrinus dalam hatinya. Ia lalu berlutut di hadapan Pastor Filipus dan meminta maaf atas perlakuannya yang kasar itu. Semenjak itu ia bertobat dan bertekad menjalani suatu kehidupan baru dengan doa dan matiraga. Rahmat Tuhan semakin hebat mempengaruhi hidupnya. Pada suatu hari, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dan menyuruh dia pergi ke Siena. Di Siena ia diterima oleh Pastor Filipus sebagai salah seorang anggota Ordo Servit Santa Maria.
Di dalam ordo itu Tuhan terus melaksanakan rencanaNya atas diri Peregrinus. Pada suatu hari, Peregrinus jatuh sakit. la diserang penyakit kanker ganas pada kakinya. Dokter yang merawatnya menganjurkan agar kakinya dipotong demi menyelamatkan nyawanya. Sebelum ia tidur malam, ia berdoa kepada Yesus Tersalib hingga tertidur. Dalam mimpinya, ia melihat Yesus mengulurkan tanganNya dari atas salib dan menyentuh kakinya yang sakit itu. Ketika bangun dari tidur didapatinya kakinya sudah sembuh. Peristiwa ajaib ini semakin mengokohkan imannya akan kebenaran ajaran Gereja.
Rahmat kesembuhan ini mengobarkan semangatnya untuk tetap membaktikan dirinya kepada Tuhan dan Gereja dengan menjadi imam. Selama 62 tahun ia berkarya dengan penuh semangat diperkuat oleh doa dan matiraga yang mendalam. la meninggal dunia pada tahun 1345 dan diangkat Gereja sebagai pelindung para penderita sakit bernanah dan kanker.
Bulan Mei adalah Bulan Maria, dengan tema permenungan Maria sebagai Bunda Allah.
Bulan Mei adalah Bulan Liturgi Nasional (BLN), diharapkan liturgi mendapat perhatian khusus: didalami, dirancang, disiapkan, dan dilaksanakan dengan baik.