Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV
Senin, 25 November 2024
PF S. Katarina dr Aleksandria, Perawan dan Martir
Bacaan Pertama
Why 14:1-3.4b-5
"Pada dahi mereka tertulis nama Anak Domba dan nama Bapa-Nya."
Pembacaan dari Kitab Wahyu:
Aku, Yohanes, melihat.
Sungguh, Anak Domba berdiri di bukit Sion
dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang.
Pada dahi mereka tertulis nama Anak Domba dan nama Bapa-Nya.
Lalu aku mendengar suatu suara dari langit
bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat.
Dan suara yang kudengar itu bunyinya seperti permainan kecapi.
Seratus empat puluh empat ribu orang itu menyanyikan suatu nyanyian baru
di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk serta tua-tua.
Tidak seorang pun dapat mempelajari nyanyian itu
selain ke seratus empat puluh empat ribu orang
yang telah ditebus dari bumi.
Merekalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba
ke mana saja Ia pergi.
Mereka ditebus dari antara manusia
sebagai kurban-kurban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba.
Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta;
mereka tidak bercela.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6,R:6
Refren: Inilah angkatan yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.
*Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya,
jagat dan semua yang diam di dalamnya.
Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan,
dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
*Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan?
Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?
Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya,
yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan,
dan tidak bersumpah palsu.
*Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan
dan keadilan dari Allah, penyelamatnya.
Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan,
yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.
Bait Pengantar Injil
Mat 24:42a.44
Berjaga-jaga dan bersiap-siaplah,
sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kalian duga.
Bacaan Injil
Luk 21:1-4
"Yesus melihat seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti derma."
Inilah Injil Suci menurut Lukas:
Di bait Allah, tatkala mengangkat muka,
Yesus melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka
ke dalam peti persembahan.
Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser
ke dalam peti itu.
Maka Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak
daripada semua orang itu.
Sebab mereka semua memberi persembahannya
dari kelimpahannya,
tetapi janda ini memberi dari kekurangannya,
bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Bacaan Pertama hari ini yang diambil dari Kitab Wahyu, menuliskan tentang Anak Domba bersama 144 ribu pengikut-Nya yang telah ditebus-Nya dari dunia, untuk tinggal bersama-sama dengan-Nya.
Setelah ditebus, mereka diberi tanda pada dahi masing-masing, ditulisi nama Anak Domba dan juga nama Bapa-Nya.
Secara bersama-sama mereka mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia pergi, sehingga tertutup kemungkinan mereka akan tercela oleh dusta atau tercemar oleh dosa.
Entah di mana yang dimaksudkan "Bukit Sion" itu, yang jelas bukan di bumi ini, melainkan di suatu tempat yang telah disediakan bagi para pengikut Anak Domba untuk hidup kekal di sana.
Angka 144 ribu tidaklah menggambarkan kapasitas atau daya tampungnya.
Jika kapasitasnya terbatas hanya se gitu, untuk apa lagi kita menjadi pengikut-Nya kalau akhirnya tidak bisa ikut bersama-Nya di tempat itu gara-gara tidak ada lagi tempat tersisa untuk kita?
Sang Anak Domba telah memastikannya, sebagaimana yang ditulis pada Injil Yohanes,
"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu.
Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu,
Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku,
supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." [Yoh 14:2-3]
Persoalannya bukan tentang kekhawatiran tidak mendapat tempat di sana, melainkan apakah Sang Anak Domba berkenan menebus kita, lalu memeteraikan nama-Nya di dahi kita?
Jawabannya ada pada diri kita masing-masing, apakah kita telah menjadikan diri kita layak untuk ditebus dan diajak ke bukit Sion itu?
Uang tebusan telah seratus persen dibayar di muka, dibayar tunai oleh Sang Anak Domba, lunas!
Tetapi transaksi penebusan masih terus berlangsung, dan sepenuhnya tergantung dari kualitas rohani saat kita meninggal dunia.
Bisa jadi kita langsung dijemput malaikat untuk bersama ke bukit Sion, atau mungkin juga kita mesti mampir dulu di api penyucian untuk membersihkan sisa-sisa debu yang masih menempel, yang masih merupakan cela untuk dapat hadir di tempat yang kekal itu.
Atau jangan-jangan yang menjemput kita bukan malaikat, melainkan petugas kuasa kegelapan; kita tahulah kemana kita akan dibawanya.
Di tempat Anak Domba berada sekarang ini, jelas sekali sangat berbeda dengan keadaan di bumi.
Di sanalah alam baka itu, sementara kita masih di alam fana ini.
Kita bayangkan saja bagaimana membunyikan permainan kecapi dari gemuruhnya suara air bah bercampur dengan ledakan-ledakan guruh di langit?
Nyanyian apa yang dapat dilantunkan dengan iringan kecapi seperti itu?
Se masih kita berada di alam fana ini, tak seorang pun dapat mempelajari nyanyian itu.
Tetapi jika kemudian kita menjadi bagian dari 144 ribu orang itu, nampaknya tak perlu belajar atau pun kursus untuk bisa terlibat memadahkan nyanyian itu.
Nah, masih ada waktu.
Pastikan yang akan menjemput kita kelak adalah malaikat, bukan yang lain, supaya dapat dipastikan kita akan dibawa ke bukit Sion tempat Anak Domba itu berdiri.
Peringatan Orang Kudus
Santa Katarina dari Aleksandria, Perawan dan Martir
Sejak Abad Pertengahan banyak gereja ditahbiskan dengan nama pelindung Santa Katarina. Demikian pula banyak anak puteri diberi nama Katarina. Dari antara mereka, beberapa orang kemudian menjadi orang kudus terkenal, seperti misalnya: Katarina dari Genoa, Katarina dari Siena; dan Katarina Laboure. Buku-buku kisah para Kudus dan sejarah umat Kristen pertama melukiskan Katarina dari Aleksandria sebagai seorang martir dan perawan yang cantik rupawan dan sangat pandai. Ia iahir pada abad ketiga dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya di Aleksandria. Sayang bahwa riwayat hidupnya telah dibumbui dengan berbagai cerita ajaib, sehingga sulit bagi kita untuk mengenal cerita historis yang sebenarnya. Kisah yang ada muncul agak kemudian dan tanpa makna historis.
Ketika menanjak dewasa, ia didesak orang-tuanya agar cepat-cepat berumahtangga. Tetapi Katarina selalu menjawab: "Saya hanya mau menikah dengan lelaki yang lebih cakap, lebih pandai, lebih kaya dan lebih berkuasa daripada saya." Banyak lelaki tertarik, padanya dan bermaksud menikahinya. Beberapa orang pelamar datang, tetapi tak satu pun dari antara mereka berkenan di hatinya. Lalu Katarina mengunjungi seorang rahib yang suci dan pandai untuk meminta petuahnya. Rahib itu bercerita banyak tentang Tuhan Yesus, Raja segala raja yang lebih berkuasa, lebih pandai dan lebih suci daripada semua raja di seantero jagad. Berkatalah Katarina, "Kalau begitu, saya akan mengabdi Raja Yesus Kristus dan hanya kepadaNya saya mengabdi!" Ketika itulah ia mulai mengenal dan memeluk iman Kristen. Ia dengan tekun mempelajari segala sesuatu yang berkenaan dengan ajaran iman Kristen dan mendermakan harta kekayaannya kepada kaum miskin.
Katarina menjadi semakin terkenal di Aleksandria. Ketenaran namanya sempat terdengar oleh Kaisar Roma Maksimianus dan membuatnya iri hati dan cemburu. Untuk menjebak Katarina, Maksimianus memerintahkan agar Katarina menyembah patung dewa-dewa kafir Romawi. Hal ini ditolaknya dengan tegas. Selanjutnya untuk membawa Katarina kepada jalan yang sesat, ia dihadapkan kepada 50 orang filsuf untuk membuktikan kepalsuan imannya. Tetapi ia memenangkan perdebatan itu dan mempermalukan mereka. Di hadapan mereka ia menyajikan kebenaran iman Kristen disertai bukti-bukti yang tak dapat dibantah kebenarannya. Dari keterangan-keterangannya, beberapa filsuf menemukan kebenaran sejati yang dicarinya selama ini dan bertobat menjadi Kristen mengikuti Katarina.
Gubernur menjadi sangat marah dan menjatuhkan hukuman bakar hidup-hidup atas para filsuf itu. Karena senjata perdebatan tak mempan untuk menaklukkan Katarina maka kekerasan serta kelaliman para algojo mendapat giliran. Katarina disekap di dalam penjara dan selama dua jam lamanya dia disesah dengan cemeti tajam. Namun siksaan-siksaan itu tidak pernah mempan untuk menaklukkan keteguhan imannya. Katarina kemudian dijatuhi hukuman mati dengan gilasan roda kayu besar berduri. Tetapi secara ajaib roda itu terbongkar dan hancur berkeping-keping. Tanda-tanda ajaib ini menunjukkan bahwa Tuhan menyertai hambanya dan memberinya kekuatan sehingga ia tidak menyerah pada kekerasan orang-orang kafir itu. Akhirnya jalan satu-satunya yang ditempuh oleh musuh-musuhnya ialah memenggal lehernya dengan pedang. Dengan cara itu Katarina mengakhiri hidupnya sebagai seorang martir Kristus di hadapan para algojo kafir. Peristiwa ini terjadi pada tahun 307 di Aleksandria.