Liturgia Verbi 2024-12-01 Minggu.

Liturgia Verbi (C-I)
Hari Minggu Adven I

Minggu, 1 Desember 2024

MASA ADVEN

Ujud Gereja Universal: Peziarah pengharapan.
Semoga Tahu Yubelium ini memperkuat iman kita, membantu kita untuk mengenali Kristus yang Bangkit dalam kehidupan kita sehari-hari, dan menjadikan kita peziarah pengharapan Kristiani.

Ujud Gereja Indonesia: Lingkungan dan paroki.
Semoga lingkungan dan paroki menjadi rumah yang nyaman, untuk bertumbuhnya iman, harapan, dan cinta bagi anggota-anggotanya.



Bacaan Pertama
Yer 33:14-16

"Aku akan menumbuhkan Tunas Keadilan bagi Daud."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Beginilah firman Tuhan,
"Sungguh, waktunya akan datang,
bahwa Aku menepati janji
yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda.
Pada waktu itu Aku akan menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud.
Ia akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri.
Pada waktu itu Yehuda akan dibebaskan,
dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram.
Dan dengan nama inilah mereka akan dipanggil:
Tuhan keadilan kita!

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 25:4bc-5ab.8-9.10.14,R:1

Refren: Kepada-Mu, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.

*Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan,
tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku.
Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku,
sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku.

*Tuhan itu baik dan benar;
sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum,
dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaja.

*Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran
bagi orang yang berpegang pada perjanjian dan peringatan-peringatan-Nya.
Tuhan bergaul karib dengan orang yang takwa kepada-Nya,
dan perjanjian-Nya Ia beritahukan kepada mereka.



Bacaan Kedua
1Tes 3:12-4:2

"Semoga Tuhan Allah menguatkan hatimu
ada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara,
semoga Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah,
dan berkelimpahan dalam kasih satu sama lain,
dan dalam kasih terhadap semua orang,
seperti kamipun menaruh kasih kepadamu.
Semoga Ia menguatkan hatimu,
supaya tak bercacat dan kudus di hadapan Allah dan Bapa kita
pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita,
bersama orang kudus-Nya.

Akhirnya, saudara-saudara,
demi Tuhan Yesus kami meminta dan menasihati kamu:
Kamu telah mendengar dari kami,
bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah.
Hal itu memang telah kamu turuti.
Tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.
Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana
yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mzm 85:8

Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan,
dan berilah kami keselamatan yang dari pada-Mu.



Bacaan Injil
Luk 21:25-28.34-36

"Penyelamatanmu sudah dekat."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa,
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Akan tampak tanda-tanda pada matahari,
pada bulan dan bintang-bintang,
dan pada bumi.
Bangsa-bangsa di bumi akan ketakutan dan bingung
menghadapi deru dan gelora laut.
Orang akan mati ketakutan karena cemas
berhubung dengan segala sesuatu yang menimpa bumi ini,
sebab kuasa-kuasa langit akan bergoncangan.
Pada waktu itu
orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan
dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
Apabila semuanya itu mulai terjadi,
bangkitlah dan angkatlah mukamu,
sebab penyelamatanmu sudah dekat.
Oleh karena itu, jagalah dirimu,
jangan sampai hatimu sarat dengan pesta pora dan kemabukan
serta kepentingan-kepentingan duniawi,
dan jangan sampai hari Tuhan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu
seperti suatu jerat.
Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa,
supaya kamu mendapat kekuatan
untuk luput dari semua yang akan terjadi itu,
dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Masa Adven I hari ini menandakan tahun liturgi yang baru.
Untuk siklus hari Minggu, kita memasuki tahun Liturgi "C" dari siklus tiga tahunan (A-B-C), di mana Bacaan Injil umumya diambil dari Injil Lukas, sedangkan pada masa Adven dan Paskah diambil dari Injil Yohanes.
Untuk siklus harian, tahun ini adalah ganjil (I), maka Bacaan Pertama mengikuti bacaan tahun ganjil, sedangkan bacaan Injil tetap sama setiap tahunnya.

Sebagaimana yang telah saya sampaikan pada tahun-tahun sebelumnya, kita tidak sekedar menyambut kelahiran bayi Yesus, melainkan selama empat minggu Masa Adven kita berbenah diri, mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Mesias, Sang Penebus Dunia.
Kita tidak sedang memperingati hari ulang Tahun Yesus yang ke-2024.
Adven yang artinya kedatangan itu, adalah penantian akan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus kembali, datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.

Masa Adven adalah waktu istimewa bagi kita untuk mempersiapkan hati menyambut kedatangan Tuhan, baik dalam kelahiran-Nya di malam Natal maupun kedatangan-Nya kembali pada akhir zaman. Injil hari ini mengingatkan kita akan tanda-tanda kedatangan Kristus yang penuh kemuliaan dan panggilan untuk berjaga-jaga dalam iman.

Kita tidak tahu kapan Kristus datang kembali, namun setiap saat adalah kesempatan untuk semakin dekat dengan-Nya.
Mari kita menjadikan masa Adven ini waktu yang bermakna: mempersiapkan hati, berjaga-jaga, dan hidup dalam kasih, serta senantiasa berjaga-jaga dan berharap agar kita bisa menyambut Tuhan dengan sukacita, baik dalam Natal yang akan datang maupun dalam pertemuan kita dengan-Nya di akhir zaman.



Peringatan Orang Kudus
Beato Dionisius dan Redemptus a Cruce, Martir Indonesia
Pierre Berthelot - demikian nama Santo Dionisius - lahir di kota Honfleur, Prancis pada tanggal 12 Desember 1600. Ayahnya Berthelot dan Ibunya Fleurie Morin adalah bangsawan Prancis yang harum namanya. Semua adiknya: Franscois, Jean, Andre, Geoffin dan Louis menjadi pelaut seperti ayahnya. Sang ayah adalah seorang dokter dan nakoda kapal. Pierre sendiri semenjak kecil (12 tahun) telah mengikuti ayahnya mengarungi lautan luas; dan ketika berusia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pelaut ulung. Selain darah pelaut, ia juga mewarisi dari ayahnya hidup keagamaan yang kuat, yang tercermin di dalam kerendahan hatinya, kekuatan imannya, kemurnian dan kesediaan berkorban. Ia kemudian memasuki dinas perusahaan dagang Prancis. Dalam rangka tugas dagang, ia berlayar sampai ke Banten, Indonesia. Tetapi kapalnya dibakar oleh saudagar-saudagar Belanda dari kongsi dagang VOC. Berkat pengalamannya mengarungi lautan, ia sangat pandai menggambar peta laut dan memberikan petunjuk jalan.
Pierre kemudian bekerja pada angkatan laut Portugis di Goa, India. Namun ia senantiasa tidak puas dengan pekerjaannya itu. Ada keresahan yang senantiasa mengusik hatinya. Ia selalu merenungkan dan mencari arti hidup yang lebih mendalam. Ketika itu ia sudah berusia 35 tahun. Akan tetapi usia tidak menghalangi dorongan hatinya untuk hidup membiara. Ia diterima di biara Karmel. Namanya diubah menjadi Dionisius a Nativitate. Sekalipun ia sudah menjalani hidup membiara, namun ia masih beberapa kali menyumbangkan keahliannya kepada pemerintah, baik dengan menggambar peta maupun dengan mengangkat senjata membuyarkan blokade di Goa yang dilancarkan oleh armada Belanda (1636).
Di biara Karmel itulah, ia bertemu dengan Redemptus a Cruce, seorang bruder yang bertugas sebagai penjaga pintu biara dan koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak. Redemptus lahir di Paredes, Portugal pada tahun 1598 dari sebuah keluarga tani yang miskin namun saleh dan taat agama. Orangtuanya memberinya nama Thomas Rodriguez da Cunha. Semenjak usia muda, ia masuk dinas ketentaraan Portugis dan ditugaskan ke India. Ia kemudian menarik diri dari dinas ketentaraan karena ingin menjadi biarawan untuk mengabdikan dirinya pada tugas-tugas keagamaan. Ia diterima sebagai bruder di biara Karmel.
Suatu ketika Raja Muda di Goa bermaksud mengirim utusan ke Aceh, Indonesia, yang baru saja berganti sultan dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Ia ingin menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik. Sebagai seorang bekas pelaut yang sudah pernah datang ke Banten, Dionisius ditunjuk sebagai almosenir, juru bahasa dan pandu laut. Oleh karena itu tahbisan imamatnya dipercepat. Dionisius ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Alfonso Mendez. Bruder Redemptus dengan izinan atasannya ikut serta dalam perjalanan dinas itu sebagai pembantu.
Pastor tentara Dionisius bersama rombongannya berangkat ke Aceh pada tanggal 25 September 1638 dengan tiga buah kapal: satu kapal dagang dan dua kapal perang. Penumpang kapal itu ialah: Don Fransisco de Sosa (seorang bangsawan Portugis), Pater Dionisius, Bruder Redemptus, Don Ludovico dan Soza, dua orang Fransiskan Rekolek, seorang pribumi dan 60 orang lainnya. Mereka berlabuh di Ole-Ole (kini: Kotaraja) dan disambut dengan ramah.
Tetapi keramahan orang Aceh ternyata hanya merupakan tipu muslihat saja. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang hanya untuk meng-katolik-kan bangsa Aceh yang sudah memeluk agama Islam. Mereka semua segera ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Selama sebulan mereka meringkuk di dalam penjara dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka meninggalkan imannya. Dionisius dan Redemptus terus meneguhkan iman saudara-saudaranya dan memberi mereka hiburan. Akhirnya di pesisir pantai tentara sultan mengumumkan bahwa mereka dihukum bukan karena berkebangsaan Portugis melainkan beriman KatoIik. Maklumat sultan ini diterjemahkan oleh Dionisius kepada teman-temannya. Sebelum menyerahkan nyawa ke tangan para algojo, mereka semua berdoa dan Pater Dionisius mengambil salib dan memperlihatkan kepada mereka supaya jangan mundur, melainkan bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus Yang Tersalib dan yang telah menebus dosa dunia, dosa mereka. Dionisius memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu. Segera tentara menyeret Dionisius dan mulailah pembantaian massal.
Sepeninggal teman-temannya, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat. Kotbahnya itu justru semakin menambah kebencian rakyat Aceh terhadapnya. Algojo-algojo semakin beringas untuk segera menamatkan riwayat Dionisius. Namun langkah mereka terhenti di hadapan Dionisius. Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tidak ada yang berani. Segera kepala algojo mengirim utusan kepada sultan agar menambah bala bantuan. Dionisus berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martir dikabulkan. Dan permintaan itu akhirnya dikabulkan Tuhan. Dionisius menyerahkan diri kepada algojo-algojo itu. Seorang algojo - orang Kristen Malaka yang murtad - mengangkat gada dan disambarkan keras-keras mengenai kepala Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Dionisius dari tubuhnya.
Kemartiran Dionisius dengan kawan-kawannya disahkan Tuhan: mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang - ke laut dan tengah hutan - senantiasa kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya jenazahnya dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien ('pulau buangan'). Kemudian dipindahkan ke Goa, India. Martir-martir itu dibunuh pada tanggal 29 Nopember 1638. Bersama Redemptus, Dionisius digelarkan 'beato' pada tahun 1900.

Santo Eligius, Uskup dan Pengaku Iman
Santo Eligius atau Eloi adalah seorang pandai emas dan pencetak uang logam di kota Paris pada abad yang ketujuh. Oleh raja Klotar, ia diminta membuat sebuah takhta. Tetapi dengan emas dan permata yang diserahkan raja untuk keperluan itu, Eloi berhasil menciptakan dua buah takhta yang indah sekali. Raja sangat mengagumi kejujurannya itu dan mengangkatnya menjadi kepala percetakan uang logam kerajaan.
Sejak saat itu Eloi menjadi seorang petinggi kerajaan dengan pendapatan yang lumayan pula; namun semuanya dimanfaatkan untuk menolong para tawanan dan fakir miskin. Rumahnya, bahkan meja makannya sendiri selalu dikelilingi orang-orang miskin.
Di samping pandai mencetak uang logam, ia juga seorang seniman. Kegemarannya ialah membuat tabut yang indah sebagai tempat penyimpanan relikui-relikui orang suci. Tabut yang pernah dikerjakannya antara lain tabut penyimpanan relikui Santo Martinus dan Santa Genoveva.
Eloi seorang yang saleh dan bijaksana; karena itu ia diangkat sebagai penasehat raja dan uskup-uskup. Tahun 641, ketika Uskup Noyon, Prancis meninggal dunia, ia sendiri yang dinobatkan menjadi Uskup Noyon. Di negeri Vlandria dan Zeelandia, ia berhasil membawa banyak orang kafir kepada Kristus. Selama 20 tahun ia berusaha keras memajukan Kerajaan Kristus disertai banyak mujizat sebagai peneguh kebenaran iman yang diwartakannya. Segala macam takhayul serta kepercayaan yang sia-sia dilawan dan ditentangnya. Sesudah bekerja keras memperluas Kerajaan Kristus di dunia ini, Eloi meninggal dunia pada tahun 660.

Santa dan Santo Adrianus dan Natalia, Martir
Suami-istri ini mati sebagai martir pada abad ke-4 di Nikomedia pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus – Licinius. Adrianus adalah seorang perwira Romawi yang bertugas di Nikomedia. Ia belum dipermandikan, namun sudah beriman kepada Yesus; sedangkan isterinya, Natalia, seorang Kristen yang saleh.
Suatu ketika Adrianus diperintahkan untuk mengejar, menangkap, dan menganiaya umat Kristen. Maklumlah penguasa Romawi sangat benci kepada umat Kristen karena mereka tidak mau menyembah dewa-dewa Romawi. Adrianus bingung. Ia sendiri pernah menyaksikan penganiayaan terhadap 23 orang Kristen. Hatinya tidak tahan, karena ia merasa seiman dengan mereka. Terdorong oleh cintanya kepada orang-orang seiman, dengan berani ia mengatakan kepada para serdadu Romawi lainnya: "Tangkaplah dan siksalah juga aku sebab aku sendiri pun orang Kristen." Ia rela menyerahkan diri untuk ditangkap dan digiring ke penjara. Mendengar peristiwa penangkapan Adrianus, Natalia datang ke penjara untuk menemuinya. Kepada Adrianus, ia berkata: "Adrian, engkau diberkati Allah, karena berani mengakui imanmu di hadapan orang-orang kafir. Sesungguhnya engkau telah menemukan harta kekayaan yang tidak diwariskan orangtuamu . . . " Natalia meminta dengan sangat kepada Adrianus agar menguatkan juga hati teman-temannya di penjara. Selain itu ia berusaha agar Adrianus mendapat pelajaran agama dan dibaptis di dalam penjara. Hal itu diketahui penjaga penjara, sehingga mulai saat itu ia tidak diizinkan lagi menemui suaminya di penjara. Namun ia tidak kehabisan akal: ia menyamar sebagai pemuda dan berhasil menemui Adrianus di penjara. Kepadanya ia berpesan agar berdoa untuknya bila sudah berada di surga.
Adrianus bersama orang-orang Kristen lainnya dijatuhi hukuman mati. Pelaksanaan hukuman mati itu disaksikan Natalia. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana anggota tubuh suaminya dicincang. Keinginannya untuk ikut serta terjun ke dalam bara api sungguh tak terbendung, ketika tubuh suaminya dilemparkan ke tengah jilatan api bersama martir-martir lainnya. Api kemudian padam karena sekonyong-konyong turun hujan lebat.  Orang-orang Kristen mengumpulkan sisa-sisa jenazahnya dan memakamkannya dekat Argyropolis, di pantai Bosporus, Turki.
Natalia sendiri menyimpan tangan suaminya sebagai relikui kudus. Ia tidak mau menetap di Nikomedia karena merasa terancam oleh penguasa Romawi yang kafir. Ia memutuskan untuk tinggal tidak jauh dari makam suaminya. Beberapa lama setelah berada di Argyropolis, ia pun wafat dengan damai dan dimakamkan dekat kubur Adrianus di antara para martir lainnya. Ia dimasukkan dalam bilangan para martir karena situasi kematiannya. Adrianus adalah martir populer waktu itu dan dijadikan pelindung para serdadu. Ia juga sering dimintai perlindungannya apabila ada wabah penyakit.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-11-30 Sabtu.

Liturgia Verbi (B-II)
Pesta S. Andreas, Rasul

Sabtu, 30 November 2024



Bacaan Pertama
Rom 10:9-18

"Iman timbul dari pendengaran,
dan pendengaran dari firman Kristus."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
jika kamu mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan,
dan percaya dalam hati bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,
maka kamu akan diselamatkan.
Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan,
dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Karena Kitab Suci berkata,
"Barangsiapa percaya kepada Dia tidak akan dipermalukan."
Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani.
Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan semua orang,
dan Dia kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya,
jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia,
jika tidak mendengar tentang Dia?
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia,
jika tidak ada yang memberitakan-Nya?
Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya,
jika tidak diutus?
Seperti ada tertulis,
"Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"

Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu.
Yesaya sendiri berkata,
"Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?"
Jadi, iman timbul dari pendengaran,
dan pendengaran dari firman Kristus.

Tetapi aku bertanya,
Adakah mereka tidak mendengarnya?
Sungguh, mereka telah mendengarnya!
"Suara mereka sampai ke seluruh dunia,
dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 19:2-3.4-5,R:5a

Refren: Di seluruh bumi bergemalah suara mereka.

*Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya;
hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain,
dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya
kepada malam berikut.

*Meskipun tidak berbicara,
dan tidak memperdengarkan suara,
namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya,
dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.



Bait Pengantar Injil
Mat 4:19

Mari, ikutlah Aku, sabda Tuhan,
dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.



Bacaan Injil
Mat 4:18-22

"Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Pada suatu hari,
ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea,
Ia melihat dua orang bersaudara,
yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya.
Mereka sedang menebarkan jala di danau,
sebab mereka itu penjala ikan.
Yesus berkata kepada mereka,
"Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
Mereka pun segera meninggalkan jalanya,
lalu mengikuti Yesus.

Setelah Yesus pergi dari sana,
dilihat-Nya pula dua orang bersaudara,
yaitu Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudaranya,
bersama ayah mereka, Zebedeus,
sedang membereskan jala di dalam perahu.
Yesus memanggil mereka,
dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya,
lalu mengikuti Dia.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan  *The Power of Word* yang dibawakan oleh Ibu Erna Kusuma:

*Meninggalkan Jala untuk Menjawab Panggilan Tuhan*

Bapak-Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Pada Pesta Santo Andreas hari ini, Gereja mengajak kita untuk merenungkan kembali tentang perjumpaan Yesus dengan empat murid pertamanya, salah satunya adalah Santo Andreas, Rasul.
Mari kita mulai dengan melihat apa yang terjadi di tepian danau Galilea saat perjumpaan itu.

Danau Galilea, atau disebut Danau Tiberias atau Danau Genesaret, adalah pusat kehidupan bagi banyak nelayan di daerah itu.
Danau ini kaya akan ikan,
menjadi tempat utama bagi banyak nelayan untuk mencari nafkah.
Nelayan di sana tidak hanya bekerja keras
tetapi juga memahami alam dan teknik menangkap ikan dengan baik,
karena itu adalah keahlian yang diwariskan turun-temurun.

Di tepi danau Galilea ini Yesus memulai perjalanan-Nya
untuk membangun komunitas murid-murid yang akan mengubah dunia.
Yesus memanggil rasul-rasul pertama dan utama: Simon Petrus dan Andreas saudaranya, Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus.
Ketika Yesus berkata, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia," respons Simon dan Andreas tampak cepat dan tanpa keraguan.
Namun, ini tidak terjadi di dalam ruang hampa.
Mereka adalah murid Yohanes Pembaptis, dan dari gurunya itu mereka telah mendengar tentang Yesus.
Andreas telah menyampaikan kepada Simon Petrus tentang pengalamannya bertemu Yesus sebelumnya, dan kesaksian Yohanes Pembaptis sebagai nabi yang dihormati tentu memperkuat kepercayaan mereka.

Namun, meskipun mereka memiliki dasar pemahaman tentang siapa Yesus,
mereka tidak mungkin memahami sepenuhnya apa yang dimaksud dengan "penjala manusia."
Tindakan mereka meninggalkan jala dan pekerjaan menunjukkan kepercayaan yang mendalam kepada Yesus, ini tentu karena mereka percaya kepada Yohanes Pembaptis, guru dan nabi mereka, dan tentu juga karena Yesus tampil dengan karisma dan kuasa yang besar.

Keempat murid pertama ini kemudian menjadi saksi utama
dari ajaran, mukjizat, kematian, dan kebangkitan Yesus.
Mereka belajar langsung dari-Nya, dan pengalaman mereka bersama Yesus mengisi mereka dengan iman yang tak tergoyahkan.
Melalui perjalanan mereka bersama Yesus, mereka semakin memahami misi ilahi untuk menyebarkan kasih dan kebenaran kepada seluruh umat manusia.
Mereka tidak hanya menjadi murid yang setia,
tetapi juga pemimpin yang berani dalam menyebarkan Injil ke seluruh penjuru dunia.
Setelah kebangkitan Yesus,
mereka dipenuhi dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta,
yang memberi mereka kekuatan dan keberanian
untuk melanjutkan pekerjaan yang Yesus mulai,
mengajarkan dan membaptis banyak orang, dan membentuk gereja awal.

Bagaimana kita sendiri merespon panggilan Yesus?
Masing-masing dari kita dipanggil untuk menjadi murid Yesus dalam cara yang unik.
Panggilan ini mungkin tidak selalu jelas atau mudah, namun dengan hati yang terbuka dan iman yang teguh, kita dapat menemukan jalan kita.
Kita memulai dengan memahami ajaran dan teladan Yesus, melalui doa,
membaca Kitab Suci, dan refleksi, kita bisa mendekatkan diri pada-Nya
dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang panggilan-Nya.
Kita juga harus berusaha untuk menerapkan ajaran Yesus dalam kehidupan sehari-hari kita, dengan menunjukkan kasih, keadilan, dan kepedulian kepada sesama.
Seperti para murid pertama,
kita mungkin juga dipanggil untuk meninggalkan "jala" kita sendiri,
yang bisa berarti melepaskan kebiasaan lama, ketakutan, atau apapun yang menghalangi kita untuk mengikuti Yesus sepenuhnya.
Ini membutuhkan keberanian dan tekad, namun dengan bimbingan Roh Kudus, kita dapat menemukan kekuatan yang diperlukan.
Kita juga dipanggil untuk menjadi saksi dan pembawa kabar baik.
Dengan cara kita hidup dan berinteraksi dengan orang lain, kita dapat mencerminkan kasih dan kebenaran Yesus.
Sikap dan tindakan kita dapat menjadi kesaksian yang kuat.
Dengan bergabung dalam gereja dan berpartisipasi dalam kegiatan bersama,
kita dapat tumbuh dalam iman dan membantu orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Bersama-sama, kita adalah anggota tubuh Kristus yang hidup,
yang dipanggil untuk membawa dan menyalakan cahaya-Nya demi keselamatan umat manusia.

Marilah kita berdoa bersama untuk menutup perjumpaan kita pada hari ini.

Ya Allah, Bapa kami,
Sekarang tak lagi penting bagi kami apakah Engkau telah memanggil kami atau tidak.
Nyatanya kami telah beriman kepada-Mu melalui Yesus Kristus, dan itulah tanda kami telah dipanggil dan kami pun telah menjawab panggilan Tuhan.
Namun demikian, meninggalkan "jala" kami bukanlah perkara mudah.
Oleh karena itu, bimbing dan bantulah segala usaha kami untuk tetap setia terhadap panggilan kami.
Doa dan harapan ini, kami sampaikan kepada-Mu melalui perantaraan Yesus Kristus, Tuhan dan penyelamat kami.
Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santo Andreas, Rasul
Andreas, salah seorang dari keduabelas Rasul Yesus, Tuhan kita. Mulanya ia berguru pada Yohanes Pembaptis; tetapi kemudian ia bersama seorang kawannya mengikuti dan menjadi murid Yesus, segera setelah Yohanes mengarahkan perhatian murid-muridnya kepada Yesus dengan menyebutNya "Anak Domba Allah" yang dinantikan Israel (Yoh 1:36-42).
Saudara Simon Petrus ini adalah nelayan kelahiran Betsaida, sebuah kota di tepi danau Genesaret (Mrk 6:45; Yoh 1:44; 12:21). Ayahnya Yohanes (Yona) adalah juga seorang nelayan di Kapernaum, sebuah kota yang letaknya 4 km sebelah barat muara Yordan pada danau Genesaret. Andreas-lah yang membawa Simon saudaranya (yang kemudian disebut Yesus 'Petrus', Si Batu Karang) kepada Yesus. Bersama Yakobus dan Yohanes (anak-anak Zebedeus), Andreas dan Simon adalah murid-murid Yesus yang pertama. Ketika beberapa orang Yunani mau bertemu dengan Yesus, Andreas-lah yang membawa mereka kepada Yesus dan menyampaikan maksud mereka itu kepadaNya. Karena keutamaannya ini, Santo Beda menjuluki dia "Pengantar kepada Kristus."
Andreas memainkan suatu peran yang penting di dalam peristiwa-peristiwa kehidupan Yesus. Ia hadir pada saat Yesus mengadakan mujizat perbanyakan roti kepada lima ribu orang; bahkan justru dialah yang memberitahukan kepada Yesus perihal anak lelaki kecil yang membawa lima ketul roti dan dua ekor ikan itu (Yoh 6:5-9). Ia juga ada di antara empat orang rasul yang mempertanyakan kepada Yesus perihal tibanya hari akhirat (Mrk 13:3,4).
Setelah Yesus naik ke surga, Andreas ada di antara rasul-rasul lainnya di ruang atas untuk menantikan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan Yesus. Konon, ia kemudian mewartakan Injil di Scytia dan Yunani, dan kemudian menurut tradisi (yang agak diragukan), ia pergi ke Byzantium, di mana ia mengangkat Stachys menjadi Uskup setempat.
Di mana, kapan, dan bagaimana Andreas wafat kurang diketahui jelas. Namun seturut tradisi, ia wafat di Patras, Acaia, digantung pada sebuah salib yang berbentuk huruf "X" (silang). Ia bergantung di salib itu selama 2 hari, dan selama itu ia terus berkotbah kepada khalayak yang datang menyaksikannya. Ia tidak dipakukan melainkan diikat saja pada salib itu, sehingga lebih lama ia menderita sebelum menghembuskan nafasnya. Salib ini kemudian dinamakan orang "Salib Santo Andreas".
Pada masa pemerintahan Kaisar Konstansius II, salib relikui Andreas itu dipindahkan dari Patras ke gereja para Rasul di Konstantinopel. Sesudah kota itu rusak oleh Perang Salib pada tahun 1204, maka salib itu dicuri dan kemudian disimpan di katedral Amalfi di Italia. Kurang jelas apakah ia pernah berkotbah di Rusia dan Skotlandia seperti yang dikatakan oleh tradisi. Yang jelas ialah bahwa ia dijadikan pelindung kedua negara itu.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-11-29 Jumat.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Jumat, 29 November 2024



Bacaan Pertama
Why 20:1-4.11-15;21:1-2

"Orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka.
Aku melihat Yerusalem baru turun dari surga."

Pembacaan dari Kitab Wahyu:

Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat turun dari surga
memegang anak kunci jurang maut
dan sebuah rantai besar di tangannya.
Ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Setan.
Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya,
lalu melemparkannya ke dalam jurang maut.
Pintu jurang maut itu kemudian ditutup dan memeteraikannya,
jangan sampai naga itu menyesatkan lagi bangsa-bangsa,
sebelum masa seribu tahun itu berakhir.
Kemudian naga itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.

Lalu aku melihat takhta-takhta
dan orang-orang yang duduk di atasnya.
Kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi.
Aku juga melihat jiwa mereka
yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus
dan karena sabda Allah.
Mereka itu tidak menyembah binatang dan patungnya,
dan tidak menerima tanda binatang itu pada dahi dan tangan mereka.
Mereka hidup kembali
dan memerintah sebagai raja bersama dengan Kristus
untuk masa seribu tahun.

Lalu aku melihat sebuah singgasana, putih dan besar,
dan aku melihat Dia yang duduk di atasnya.
Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit
dan tidak ditemukan lagi tempatnya.
Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil,
berdiri di depan takhta itu.
Kemudian semua kitab dibuka.
Juga sebuah kitab lain dibuka, yaitu Kitab Kehidupan.
Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka,
berdasarkan apa yang tertulis dalam kitab-kitab itu.
Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya.
Demikian pula maut dan kerajaan maut
menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya.
Dan mereka masing-masing dihakimi menurut perbuatan mereka.
Kemudian maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api.
Itulah kematian yang kedua, yakni lautan api.
Dan barangsiapa namanya tidak ditemukan tertulis dalam kitab kehidupan,
dilemparkan ke dalam lautan api itu.

Lalu aku melihat langit dan bumi yang baru.
Langit dan bumi yang pertama telah berlalu,
dan laut pun tidak ada lagi.
Dan aku, Yohanes, melihat kota kudus, yaitu Yerusalem baru,
turun dari surga, dari hadapan Allah,
berhias bagaikan mempelai yang berdandan untuk suaminya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 84:3.4.5-6a.8a,R:Why 21:3

Refren: Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia.

*Jiwaku merana
karena merindukan pelataran rumah Tuhan;
Jika dan ragaku bersorak-sorai
kepada Allah yang hidup.

*Bahkan burung pipit mendapat tempat
dan burung layang-layang mendapat sebuah sarang,
tempat mereka menaruh anak-anaknya,
pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam,
ya Rajaku dan Allahku!

*Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu,
yang memuji-muji Engkau tanpa henti.
Berbahagialah para peziarah
yang mendapat kekuatan dari pada-Mu.
Langkah mereka makin lama makin tinggi.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:28

Angkatlah kepalamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.



Bacaan Injil
Luk 21:29-33

"Jika kalian melihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu
Yesus mengemukakan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya,
"Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja.
Apabila kalian melihat pohon-pohon itu sudah bertunas,
kalian tahu dengan sendirinya, bahwa musim panas sudah dekat.
Demikian pula, jika kalian melihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Aku berkata kepadamu:
Sungguh, angkatan ini takkan berlalu, sebelum semuanya terjadi.
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini masih terkait dengan nubuat keruntuhan Yerusalem dan kedatangan Kristus kali kedua.
Ada peristiwa-peristiwa yang menjadi tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Seperti pohon ara atau pepohonan lainnya, saat mereka bertunas adalah tanda musim panas sudah dekat.
Langit mendung adalah tanda hari akan hujan tetapi belum tentu akan terjadi hujan.
Sebaliknya, tak ada hujan yang tak diawali dengan mendung.
Ada tanda-tanda yang lebih pasti, misalnya: ketika matahari telah berada di ufuk Barat maka tak lama lagi malam menjelang.

Mendekatkan diri kepada Kristus sama artinya Kerajaan Allah sudah dekat.
Ada tanda-tanda yang menunjukkan hal itu.
Sama seperti yang kita alami ketika hendak bepergian ke pantai yang cukup jauh dari rumah.
Kita bisa melihat tanda-tanda yang ada untuk menunjukkan apakah kita sudah dekat pantai, misalnya mulai kita jumpai pohon kelapa dan pepohonan lain yang tumbuhnya di pesisir pantai, dari kejauhan samar-samar nampak garis membentang yang dibawahnya berwarna kebiru-biruan, dan sebagainya.

Lalu, apa tanda-tandanya kalau kita sudah dekat dengan Kristus?
Dari apa yang saya alami, tanda-tanda itu nampak dari kehidupan saya sehari-hari.
Ada banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam hidup saya.
Misalnya, dahulu saya senang sekali memancing.
Kalau memancing di tengah laut saya bisa mendapat ikan besar-besar dan tentu berguna sebagai lauk-pauk.
Tetapi ketika memancing di kali atau di danau, ikannya kecil-kecil dan hanya untuk dibuang setelah mendapatkannya.
Entah kenapa hobi saya itu hilang lenyap entah kemana, terutama hobi memancing ikan-ikan kecil yang hanya untuk kepuasan diri semata.

Contoh lain misalnya, di awal-awal saya berusaha mendekatkan diri kepada Kristus, membaca Injil dan mendengarkan Homili terasa sebagai beban, cukup sering saya merasa terpaksa melakukannya, malah sesekali saya merasa seperti buang-buang waktu saja lalu menjadi bosan.
Tetapi sekarang, ritual pagi saya adalah membaca dan merenungkan Injil tanpa keterpaksaan dan bukan kewajiban, melainkan karena kebutuhan.
Saya merasa sangat memerlukannya, sama seperti saya memerlukan makan atau mandi, dan itu saya lakukan setiap hari tanpa merasa bosan, malahan terasa ada yang kurang kalau saya tidak melakukannya atau menundanya.
 
Contoh lainnya lagi, dahulu saya merasa berbuat baik itu kewajiban, suka tak suka mesti diupayakan untuk dilakukan.
Sekarang saya merasa berbuat baik itu adalah kebahagiaan.
Saya merasa berbahagia saat melihat raut wajah yang penuh syukur dari orang-orang yang menerima kebaikan saya, nyaris tak ada pamrih terbersit di pikiran saya.

Kedekatan Kerajaan Allah itu bersifat personal, maka tanda-tanda-Nya pun bersifat eksklusif.
Oleh karenanya, janganlah kaitkan bencana alam dengan dosa manusia, apalagi dengan kedekatan Kerajaan Allah.
Dan jangan lupa juga, bukan kita yang akan mencari-cari Kerajaan Allah melainkan Dia-lah yang mendekat kepada kita.
Bagi kita sendiri, cukup dengan mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya yang sudah dekat itu.
Lalu Kerajaan Allah itu, yang di dalamnya terdapat kasih Kristus, biarlah bersemayan di hati kita, memenuhi hati kita.



Peringatan Orang Kudus
Tidak ada peringatan Orang Kudus.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-11-28 Kamis.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Kamis, 28 November 2024



Bacaan Pertama
Why 18:1-2.21-23;19:1-3.9a

"Kota Raya Babilon jatuh."

Pembacaan dari Kitab Wahyu:

Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat lain turun dari surga.
Ia mempunyai kekuasaan besar,
dan bumi menjadi terang karena kemuliaannya.
Ia berseru dengan suara nyaring, katanya,
"Sudah roboh, sudah robohlah Babel, kota besar itu!
Kota itu telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat,
dan tempat bersembunyi semua roh najis dan segala burung yang najis dan yang dibenci."

Dan tampaklah seorang malaikat yang kuat,
mengangkat sebuah batu sebesar batu kilangan,
lalu melemparkannya ke dalam laut, katanya,
"Demikianlah kota Babel itu
akan dilemparkan dengan keras ke bawah,
dan takkan diketemukan lagi.
Suara para pemain kecapi, para penyanyi,
para peniup seruling dan sangkakala,
takkan terdengar lagi di dalammu.
Tak seorang pun ahli kesenian akan diketemukan lagi padamu.
Pun suara kilangan takkan terdengar lagi di dalammu.
Cahaya lampu takkan bersinar lagi
dan suara pengantin pria dan mempelai wanita
takkan kedengaran lagi di dalammu.
Sebab para pedagangmu adalah pembesar-pembesar di bumi
dan oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan."

Kemudian aku mendengar seolah-olah ada suara yang nyaring,
seperti suara himpunan besar orang banyak di surga, katanya,
"Alleluya.
Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan ada pada Allah kita,
sebab besar dan adillah segala penghakiman-Nya.
Sebab Dialah yang telah menghakimi pelacur besar itu,
yang merusak bumi dengan percabulannya.
Dialah yang telah membalas darah hamba-hamba-Nya
kepada pelacur itu."
Dan untuk kedua kalinya mereka berkata, "Alleluya!
Ya, asap kota Babel naik selama-lamanya."
Lalu malaikat itu berkata kepadaku, "Tuliskanlah:
Berbahagialah mereka
yang diundang ke perjamuan nikah Anak Domba!"

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 100:2.3.4.5,R:Why 19:9a

Refren: Berbahagialah mereka
yang diundang ke perjamuan nikah Aak Domba.

*Bersorak-sorailah bagi Tuhan,
hai seluruh bumi!
Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita,
datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!

*Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah;
Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita,
kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.

*Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur,
masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian,
bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!

*Sebab Tuhan itu baik,
kasih setia-Nya untuk selama-lamanya,
dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.



Bait Pengantar Injil
Luk 21:28

Angkatlah kepalamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.



Bacaan Injil
Luk 21:20-28

"Yerusalem akan diinjak-injak oleh para bangsa asing
sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Apabila kalian melihat Yerusalem dikepung oleh tentara,
ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat.
Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea
harus melarikan diri ke pegunungan,
orang-orang yang ada di dalam kota harus mengungsi,
dan orang-orang yang berada di pedusunan
jangan masuk lagi ke dalam kota.
Sebab itulah masa pembalasan dan genaplah semua yang tertulis.

Celakalah para ibu yang sedang hamil
atau yang sedang menyusui bayi pada masa itu!
Sebab kesesakan yang dahsyat akan menimpa seluruh negeri,
dan murka akan menimpa bangsa ini.
Mereka akan tewas oleh mata pedang
dan diangkut sebagai tawanan ke segala bangsa.
Yerusalem akan diinjak-injak
oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."

Dan akan tampaklah tanda-tanda pada matahari, bulan dan bintang-bintang.
Bangsa-bangsa di bumi akan ketakutan dan bingung menghadapi deru dan gelora laut.
Orang akan mati ketakutan karena cemas
berhubung dengan segala sesuatu yang menimpa bumi ini,
karena kuasa-kuasa langit bergoncangan.

Pada waktu itu
orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan
dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
Apabila semuanya itu mulai terjadi,
bangkitlah dan angkatlah mukamu,
sebab penyelamatanmu sudah dekat."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Renungan hari ini dari renungan *Daily Fresh Juice*:

Para Pendengar dan Pewarta Daily Fresh Juice,
Nubuat Yesus tentang Yerusalem yang ditulis dalam Injil Lukas pada Bacaan Injil hari ini tentu saja mengagetkan banyak orang, membuat suasana yang semula diliputi kekaguman akan keindahan bangunan Bait Allah.
Pada waktu itu Yesus berkata, "Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan."
Yesus juga menasihati agar jangan terkejut jika kelak terjadi pemberontakan dan peperangan, "Janganlah kamu terkejut, sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.
Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan."

Dan yang disampaikan oleh Yesus ini memang benar-benar terjadi.
Di tahun 66 Masehi, bangsa Yahudi memberontak terhadap penindasan Pemerintah Romawi, karena pengenaan pajak yang sewenang-wenang serta tindakan-tindakan diskriminatif.
Pada tahun 70 M, Yerusalem mengalami kehancuran besar akibat serangan tentara Romawi di bawah komando Jenderal Titus.
Hampir seluruh kota Yerusalem diratakan dengan tanah,
termasuk rumah-rumah, pasar, dan bangunan umum.
Bait Allah yang merupakan simbol utama agama Yahudi, dibakar dan dihancurkan.
Diperkirakan lebih dari satu juta orang Yahudi tewas, sebagian besar karena kelaparan akibat pengepungan dan pemutusan pasokan makanan ke Yerusalem, selebihnya karena pembantaian dan korban perang.
Ratusan ribu lainnya ditangkap dan dijual sebagai budak.

Yerusalem telah menjadi pusat konflik politik yang berkepanjangan, menjadi rebutan banyak kerajaan dan kekuatan, seperti Bizantium, Kekhalifahan Islam, Tentara Salib, Kekaisaran Ottoman, dan lain-lain.
Sampai sekarang pun Yerusalem masih bergejolak,
yang membuat Yerusalem terbelah menjadi Yerusalem Barat dan Yerusalem Timur,
dan melibatkan berbagai negara, seperti: Israel, Palestina, Yodania, Turki, dan negara-negara di sekitarnya.

Yerusalem adalah simbol iman, harapan, dan perjuangan bagi banyak orang, terutama bagi tiga aga besar yang ada: Yudaisme, Islam, dan Kristen. Lebih dari separuhnya adalah Yudaisme, Kristen sendiri tak sampai 3% dari populasi Yerusalem.
Namun demikian, kota ini menyimpan jejak sejarah yang kaya dan penuh makna, menjadi saksi perjalanan manusia mencari Allah dan kedamaian.

Sejarah panjang dan kelam itulah yang dinubuatkan oleh Yesus pada Bacaan Injil hari ini, bahwa bangsa-bangsa non-Yahudi memiliki peran tertentu dalam rencana Allah.
Dan Yesus telah menyampaikan Amanat Agung-Nya, di mana Yesus memerintahkan para murid untuk pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil.

Memberitakan Injil tidak semata-mata berarti mengutip ayat-ayat Injil
lalu mem-postang-posting sesuka hati.
Menurut saya perintah Yesus sudah jelas, "Mendengarkan sabda Allah dan menjalankannya".
Salah satu sabda yang mesti kita jalankan adalah turut berperan aktif dalam upaya penyelamatan umat manusia, dengan membantu orang menuju ke jalan pertobatannya.
Dalam kaitannya dengan sosial kemasyarakatan, penting bagi kita untuk melawan segala bentuk diskriminasi dan intoleransi.
Dengan terlebih dahulu menjadikan diri kita sendiri berperilaku menyerupai Yesus, menampilkan wajah Kristus di hadapan setiap orang yang kita jumpai.
Amin.



Peringatan Orang Kudus
Santa Katarina Laboure, Perawan
Zoe Laboure - nama kecil Katarina Laboure -lahir di desa Fainles Mautiers, Prancis pada tanggal 2 Mei 1806. Mula-mula ia bekerja sebagai pelayan; kemudian ia masuk biara Suster-suster 'Puteri Kasih' dengan nama 'Katarina'. Ia, seorang suster yang amat sederhana namun saleh, sangat rajin dan penuh pengabdian. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah belajar membaca dan menulis. Beberapa hari setelah menjadi postulan di biara Rue de Bac, Paris, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya.
Pada tengah malam tanggal18/19 Juli 1830, ia terjaga dari tidurnya karena suatu suara ajaib yang memanggilnya sebanyak tiga kali: "Suster Laboure . . . Suster Laboure . . . Suster Laboure!" Ia tersentak bangun dan tampaklah di hadapannya seorang anak kecil berusia kirakira 4/5 tahun. Anak kecil ini mengajaknya ke kapel. "Bunda Maria menanti engkau di kapel!" kata anak kecil itu. Dalam sikap ragu-ragu, penuh tanda tanya dan takut, Suster Katarina bersama anak kecil ajaib itu melangkah ke kapel. Herannya, semua pintu kapel terbuka dengan sendirinya, lilin-lilin dan lampu-lampu di dalam kapel itu menyala. Dan benarlah pemberitahuan anak kecil itu! Setelah menunggu setengah jam lamanya, tiba-tiba anak kecil itu berseru: "Lihat, itulah Bunda Maria!" Bunda Maria muncul dan berlutut menyembah Sakramen Mahakudus, lalu duduk di kursi Pastor Kepala. Suster Katarina segera mendekatinya dan meletakkan tangannya di atas pangkuan Bunda Maria. Lebih dari dua jam lamanya Bunda Maria berbicara dengan Katarina perihal tugas perutusannya yang dipercayakan Tuhan kepadanya.
Pada tanggal 27 Nopember 1830, jam setengah enam malam, sekali lagi Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah gambar. Bunda Maria tampak sedang berdiri di atas bola bumi dengan berkas-berkas cahaya ajaib memancar dari tangannya. Bola bumi itu dikelilingi tulisan berikut: "Oh Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu!" Gambar itu lalu membalik dan menampakkan huruf "M"; di atasnya terdapat sebuah hati dan salib yang saling berhubungan. Sementara itu terdengar olehnya suruhan Bunda Maria agar ia segera membuat satu medali yang berbentuk bulat lonjong seperti yang tergambar dalam tanda penampakan itu. Bunda Maria berjanji: "Semua orang yang mengenakan medali ini pada lehernya akan memperoleh karunia khusus." Katarina meneruskan pesan tersebut kepada yang berwajib. Lalu sesuai suruhan Bunda Maria, dibuatlah medali tersebut dan segera disebarluaskan kepada umat. Banyaklah permohonan yang terkabul karena medali tersebut, misalnya penyembuhan, pertobatan dll. Semuanya itu sungguh-sungguh ajaib, karena semula hal-hal itu memang tak dapat diatasi dengan cara biasa.
Penampakan itu terus berlanjut beberapa kali lagi sampai bulan September 1881. Kemudian Suster Katarina menceritakan penampakan-penampakan itu dengan jelas kepada Pastor Aladel, Bapa Pengakuannya. Setelah diselidiki dengan saksama, pastor itu mohon kepada Uskup Agung de Quelen di Paris untuk memberikan restu dan izin bagi pembuatan medali tersebut. Medali inilah yang sekarang lazim disebut 'Medali Wasiat'. Kata 'wasiat' tidak menunjuk kepada hasil yang diperoleh umat oleh karena memakai medali itu, melainkan menunjuk pada asal dan cara bagaimana medali itu terjadi.
Katarina melanjutkan cara hidupnya dalam kesederhanaan dan kerendahan hati dengan melakukan tugasnya sebagai penjaga pintu dan tukang masak di biara Enghien-Reuilly. Rahasia penampakan Bunda Maria yang dialaminya tidak diketahui oleh rekan-rekannya sebiara. Delapan bulan sebelum kematiannya, barulah ia menceritakan beberapa penampakan yang dialaminya kepada Suster Dufes, Superiornya. Katarina Laboure meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1876 pada usia 70 tahun. Ia digelari 'beata' pada tahun 1933 dan dinyatakan sebagai 'santa' pada tahun 1947 oleh Paus Pius XII (1939-1958).



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-11-27 Rabu.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Rabu, 27 November 2024



Bacaan Pertama
Why 15:1-4

"Mereka melagukan nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba."

Pembacaan dari Kitab Wahyu:

Aku, Yohanes, melihat suatu tanda di langit, besar dan ajaib.
Tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir.
Dengan itu berakhirlah murka Allah.

Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api,
dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang
yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya.
Mereka memegang kecapi Allah.
Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah,
dan nyanyian Anak Domba, bunyinya,
"Besar dan ajaib segala karya-Mu,
ya Tuhan, Allah yang mahakuasa!
Adil dan benar segala tindakan-Mu, ya raja segala bangsa!
Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan,
dan yang tidak memuliakan nama-Mu?
Sebab hanya Engkaulah yang kudus;
semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau,
sebab telah nyatalah kebenaran segala penghakiman."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 98:1.2-3ab.7-8.9,R:Why 15:3b

Refren: Besar dan ajaiblah segala karya-Mu,
ya Tuhan, Allah yang mahakuasa!

*Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan,
sebab Ia telah melakukan karya-karya yang ajaib;
keselamatan telah dikerjakan oleh tangan kanan-Nya,
oleh lengan-Nya yang kudus.

*Tuhan telah memperkenalkan keselamatan
yang datang dari pada-Nya,
telah menyatakan keadilan-Nya di hadapan bangsa-bangsa.
Ia ingat akan kasih dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel,
segala ujung bumi telah melihat keselamatan
yang datang dari Allah kita.

*Biarlah gemuruh laut dan segala isinya,
dunia dan semua yang diam di dalamnya!
Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan,
dan gunung-gemunung bersorak-sorai bersama-sama.

*Biarlah mereka bersorak di hadapan Tuhan,
sebab Ia datang untuk menghakimi bumi.
Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan,
dan mengadili bangsa-bangsa dengan kebenaran.



Bait Pengantar Injil
Why 2:10c

Hendaklah engkau setia sampai mati, sabda Tuhan,
dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.



Bacaan Injil
Luk 21:12-19

"Karena nama-Ku kalian akan dibenci semua orang.
Tetapi  tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Akan datang harinya kalian akan ditangkap dan dianiaya.
Karena nama-Ku kalian akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat,
dimasukkan ke dalam penjara,
dan dihadapkan kepada raja-raja dan para penguasa.
Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.
Sebab itu tetap teguhlah di dalam hatimu,
jangan kalian memikirkan lebih dahulu pembelaanmu.
Aku sendirilah yang akan memberi kalian kata-kata hikmat,
sehingga kalian tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.

Dan kalian akan diserahkan juga oleh orangtuamu,
saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu,
dan beberapa orang di antaramu akan dibunuh;
karena nama-Ku kalian akan dibenci semua orang.

Tetapi tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang.
Kalau kalian tetap bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Masih tentang mendekatkan diri kepada Kristus, kali ini kita akan merenungkan konsekuensi berada dekat Kristus.
Semasih di dunia ini, pro dan kontra selalu terjadi dimana-mana, setuju dan tidak setuju, menerima dan menolak, dan seterusnya.
Dan bahkan di dalam diri kita pun sering terjadi pro dan kontra itu, yang membuat kita menjadi ragu-ragu atau bimbang.

Mendekatkan diri kepada Kristus juga menimbulkan pro dan kontra, ada yang setuju tapi ada juga yang menolak.
Kenyataannya memang terjadi, kita bisa jadi dibenci orang bukan karena perbuatan kita melainkan karena kedekatan kita pada Kristus.
Karena nama Kristus bisa jadi kita di-bully, dicaci-maki, dianiaya atau bahkan dibunuh.
Ini memang konsekuensi yang mesti diterima sebagai suatu resiko, akibat adanya pro-kontra itu.

Oleh sebab itu, Yesus mengingatkan kita, agar tetap teguhlah di dalam hati kita, jangan bimbang atau ragu untuk terus mendekat kepada Kristus.
Kristus ada di pihak kita, untuk menghadapi kelompok kontra.
Kristus sendiri yang akan memberikan kepada kita kata-kata hikmat ketika melakukan perlawanan terhadap kelompok kontra itu.

Janganlah sampai terjadi, kita berpaling dari iman kita kepada Kristus.
Iming-iming, intimidasi atau pun ancaman adalah bentuk penyesatan yang wajib untuk kita waspadai.
Kalau kita percaya kepada-Nya, semestinya kita juga percaya akan apa yang dikatakan-Nya, "Tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang. Kalau kalian tetap bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu."



Peringatan Orang Kudus
Santo Yakobus dari Persia, Martir
Yakobus dari Beth-Lapeta, Persia (sekarang: Iran) lahir pada akhir abad keempat. Beliau seorang bangsawan Kristen kaya raya dan berpangkat tinggi di dalam Kerajaan Persia sebagai penasehat raja. Tetapi kebesarannya ini justru kemudian mendatangkan kecelakaan atas dirinya. Ketika raja mulai menganiaya orang-orang Kristen, Yakobus mengkhianati imannya dengan maksud supaya terlindung dari bahaya mati dan terus hidup terjamin. Namun isteri serta ibunya tetap setia kepada Kristus. Dengan terus terang mereka menegur Yakobus dan menunjukkan kesalahannya. Meskipun sejak itu mereka segan bergaul dengannya, namun karena terdorong oleh cinta sejati, mereka tetap mendoakan agar hatinya berbalik lagi kepada Kristus.
Demikianlah akhirnya, oleh sinar cahaya rahmat ilahi yang menembusi hatinya yang tegar dan keras, Yakobus kembali kepada Tuhan. Semenjak itu ia tidak pernah lagi pergi ke istana bahkan dengan berani meletakkan jabatannya yang tinggi itu. Perubahan sikapnya itu tak dibiarkan begitu saja oleh raja. Yakobus dipanggil lalu dimintai pertanggungjawabannya tentang sikapnya itu. Ia menyatakan secara tegas bahwa ia seorang Kristen yang tidak boleh bekerja sama dengan raja yang lalim. Maka murkalah raja, lalu segera memanggil pembesar-pembesar kerajaan dan hakim-hakim untuk menentukan hukuman yang tepat atas orang-orang Kristen.
Tuduhan yang dikemukakan ialah bahwa orang-orang Kristen menghina dan tidak mau menyembah dewa-dewa nasional. Oleh karena itu hukuman mati pantas dijatuhkan atas mereka termasuk Yakobus. Anggota badan Yakobus dipotong-potong. Menyaksikan hukuman mati yang dijatuhkan kepada Yakobus, orang-orang Kristen tak putus-putusnya berdoa agar Yakobus dapat bertahan dan berkanjang dalam menahan sengsara yang ditimpakan kepadanya. Doa mereka itu dikabulkan. Yakobus dengan gembira dan tersenyum menanggung penderitaan itu. Ia bahkan mengucap syukur kepada Allah karena boleh turut serta menanggung sengsara Kristus. Yakobus mati sebagai martir Kristus pada tahun 421.

Santo Virgilius, Uskup dan Pengaku Iman
Biarawan dan abbas Irlandia ini diangkat menjadi Uskup Zalsburg, Austria. Ia mengajarkan bahwa bumi ini bulat. Konsekuensinya, orang-orang di dua tempat berbeda di muka bumi yang dihubungkan oleh garis tengah bumi berdiri dengan posisi kaki saling berlawanan (Yunani: antipodes). Misalnya orang-orang di Jawa berdiri terbalik dengan orang-orang di sekitar Karibia (sebelah utara Amerika Tengah). Ajaran ini ditentang oleh banyak orang, bahkan dicap bidaah oleh Santo Bonifasius. Sebagai misionaris ia sangat giat.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-11-26 Selasa.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXXIV

Selasa, 26 November 2024



Bacaan Pertama
Why 14:14-20

"Sudah tiba saatnya untuk menuai, sebab tuaian di bumi sudah masak."

Pembacaan dari Kitab Wahyu:

Aku, Yohanes, melihat, sesungguhnya ada awan putih.
Di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia
dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya
dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya.

Lalu keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci.
Ia berseru dengan suara nyaring
kepada Dia yang duduk di atas awan itu,
"Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah,
karena sudah tiba saatnya untuk menuai,
sebab tuaian di bumi sudah masak."
Maka Dia yang duduk di atas awan itu,
mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi,
dan bumi pun dituailah.
Lalu seorang malaikat lain keluar dari bait suci di surga.
Ia pun memegang sebilah sabit tajam.

Dan seorang malaikat lain datang dari mezbah.
ia berkuasa atas api,
dan ia berseru dengan suara nyaring
kepada malaikat yang memegang sabit tajam itu, katanya,
"Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu
dan potonglah buah pohon anggur di bumi
karena buahnya sudah masak."
Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi,
dan memotong buah pohon anggur di bumi
dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah.
Maka buah anggur itu dikilang di luar kota
dan dari kilangan itu mengalirlah darah,
tingginya sampai ke kekang kuda, dan jauhnya dua ratus mil.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 96:10.11-12.13,R:13b

Refren: Tuhan datang menghakimi bumi.

*Katakanlah di antara bangsa-bangsa:
"Tuhan itu Raja!
Dunia ditegakkannya, tidak akan goyah.
Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran."

*Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai,
biar gemuruhlah laut serta segala isinya!
Biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya,
maka segala pohon di hutan bersorak-sorai.

*Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang,
sebab Ia datang untuk menghakimi bumi.
Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan,
dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.



Bait Pengantar Injil
Why 2:10c

Hendaklah engkau setia sampai mati, sabda Tuhan,
dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.



Bacaan Injil
Luk 21:5-11

"Tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Ketika itu beberapa orang berbicara tentang Bait Allah
dan mengagumi bangunan yang dihiasi dengan batu indah,
dan berbagai macam barang persembahan.
Tetapi Yesus berkata kepada mereka,
"Akan tiba harinya segala yang kalian lihat di situ diruntuhkan,
dan tidak akan ada satu batu pun
dibiarkan terletak di atas batu yang lain."

Lalu murid-murid bertanya,
"Guru, bilamanakah hal itu akan terjadi?
Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?"
Jawab Yesus, "Waspadalah, jangan sampai kalian disesatkan.
Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku,
dan berkata,
'Akulah Dia' dan 'Saatnya sudah dekat.'
Janganlah kalian mengikuti mereka.
Dan bila kalian mendengar kabar tentang perang dan pemberontakan,
janganlah kalian terkejut.
Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu,
tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera."

Kemudian Yesus berkata kepada mereka,
"Bangsa akan bangkit melawan bangsa
dan kerajaan melawan kerajaan.
Akan terjadi gempa bumi yang dahsyat,
dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan.
Dan akan terjadi juga
hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Ketika para murid Yesus mengagumi bangunan Bait Allah yang sangat indah itu, Yesus malah memberi peringatan penting, bahwa apa yang dianggap kokoh dan mulia secara duniawi dapat runtuh dalam sekejap oleh rencana Allah.
Ketika terjadi pemberontakan Yahudi terhadap Roma disekitar tahun 70 Masehi, pasukan Romawi di bawah pimpinan Titus menghancurkan Yerusalem, termasuk Bait Allah yang dikagumi banyak orang itu.

Yerusalem sampai hari ini masih berkecamuk oleh pertikaian, masih belum nampak ada tanda-tanda perdamaian.
Seperti perawan cantik, Yerusalem diperebutkan oleh banyak pihak.
Itu terjadi bukan gegara nubuat Yesus.
Jauh sebelumnya Yerusalem telah menjadi rebutan:
Raja Asyur, Sanherib, mengepung Yerusalem di tahun 701SM.
Lalu Raja Babel, Nebukadnezar II, menaklukkan Yerusalem, menghancurkan Bait Suci pertama, dan mengasingkan banyak penduduknya ke Babel di tahun 586SM.
Setelah itu datang bala tentara Romawi yang dipimpin oleh Jenderal Titus, mengepung dan menghancurkan Yerusalem serta Bait Suci kedua, sebagai respons terhadap pemberontakan Yahudi di tahun 70M.
Dan di tahun 1187M, Sultan Saladin, merebut Yerusalem dari Tentara Salib setelah Pengepungan Yerusalem.

Tak hanya itu.
Pandemi Black Death melanda Yerusalem di tahjun 1347, yang menyebabkan kematian massal.
Konon pernah juga terjadi gempa bumi yang signifikan menimbulkan banyak korban nyawa.
Ketika dikepung oleh pasukan Romawi, Yerusalem mengalami kelaparan parah akibat blokade Romawi yang memutus pasokan makanan, menyebabkan banyak kematian.

Di luar semua itu, Yesus sangat mencintai Yerusalem, seperti yang ditulis pada Injil Lukas 13:34-35,
"Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti  induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi  kamu tidak mau.
Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata:  Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!"
Hal serupa juga ditulis pada Injil Lukas 19:41-44 dan Injil Matius 23:37-39.

Penolakan Yerusalem terhadap pada nabi, dan puncaknya penolakan terhadap Yesus sendiri sebagai Mesias, telah membuat Yerusalem menjadi simbul peringatan bahwa umat manusia tidak dibenarkan menolak Allah. Peringatan akan penghancuran yang akan terjadi sebagai konsekuensi dari penolakan mereka.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yohanes Berchmans, Pengaku Iman
Yohanes Berchmans lahir di kota Diest, Belgia Tengah pada tanggal 13 Maret 1599. Ayahnya yang tukang kayu itu bercita-cita agar Berchmans kelak menjadi orang yang berpangkat tinggi dan masyhur namanya. Dalam sikapnya yang tenang laksana air jernih tak beriak, Berchmans bercita-cita menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ia mendapat pelajaran bahasa Latin dari Peter Emerich. Imam ini sering mengajaknya ke biara dan pastoran. Pengalaman inilah yang mempengaruhi cita-citanya di kemudian hari yaitu menjadi seorang imam. Tetapi karena perusahaan ayahnya, mengalami kemunduran hebat dan ibunya sakit keras, ia dipanggil pulang ke rumah agar bisa membantu ayahnya dalam memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Ayahnya memutuskan untuk menghentikan studinya.
Mendengar keputusan ayahnya, ia diam tertegun sambil merenungkan nasibnya di kemudian hari. Ia lalu memutuskan untuk melanjutkan studinya atas tanggungan pribadi dan berjanji untuk makan roti kering saja dan hidup sederhana, asal cita-citanya tercapai. Ayahnya mengalah. Sambil mengikuti pelajaran di sebuah kolese umum, ia bekerja sebagai pelayan di gereja Katedral untuk memperoleh nafkahnya. Berkat kecerdasan serta kemauannya yang keras, ia selalu lulus dalam ujian dengan nilai yang gemilang. Ia bahkan selalu menjadi juara kelas. Teman-temannya sangat baik dan sayang padanya karena tabiatnya yang tenang dan periang. Kegemarannya adalah menjadi pelakon dalam setiap drama yang di pertunjukkan sekolah.
Ketika menginjak tahun terakhir studinya yaitu tahun retorika, ia pindah ke Kolese Yesuit di Malines pada tahun 1615. Hal yang menarik dia ke sana ialah semangat perjuangan dan kemartiran para misionaris Yesuit di Inggris. Tahun 1616, setelah mengalahkan ketegaran hati ayahnya, ia masuk novisiat Yesuit dan setahun kemudian ia dikirim ke Roma untuk melanjutkan studinya di sana. Dari sana ia mengirim surat kepada orang-tuanya: "Dengan rendah hati, aku berdoa untuk ayah dan ibu. Dan dengan segenap kasih-sayangku dan cintaku . . . saya ucapkan 'selamat datang dan selamat tinggal' kepada kalian, karena kalian mempersembahkan kembali aku puteramu, kepada Tuhan. Dia yang telah memberikan aku kepada kalian."
Sebagai novis, Berchmans sangat mengagumkan. Hidup asketik dan tulisan-tulisan rohaninya sangat mendalam, sempurna, seperti tampak di dalam kalimat: "Menabung banyak harta dalam bejana yang kecil." Sekali peristiwa ia membaca riwayat hidup Santo Aloysius. Pedoman yang diambilnya dari Aloysius ialah: "Jika saya tidak jadi orang suci di masa mudaku, maka tak pernah saya akan menjadi demikian." Tuhan memberinya waktu tiga tahun untuk mencapai apa yang diidamkannya. Dua hari sebelum pesta Santa Maria diangkat ke Surga, yaitu tanggal15 Agustus 1621, ia meninggal dunia dalam usia 22 tahun.
Meskipun dia meninggal dalam usia yang begitu muda, namun ia dinyatakan 'kudus' oleh Gereja karena ia menyempurnakan diri dengan melaksanakan tugas-tugas hariannya dengan sangat baik. Ia berhasil mencapai cita-citanya: menjadi seorang biarawan yang tekun melaksanakan tugas-tugas yang sederhana dengan sempurna penuh tanggung jawab, riang dan senang hati demi cinta akan Tuhan. Berchmans menjadi contoh teladan dan pelindung para pelajar.

Santo Silvester Gozzolini, Abbas dan Pengaku iman
Silvester lahir di Osimo, Italia pada tahun 1177 dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Pada masa mudanya ia belajar ilmu hukum di Bologna dan Padua sampai selesai dan menjadi seorang ahli hukum di kota asalnya. Namun kemudian ia melepaskan jabatannya itu dan menekuni bidang teologi untuk menjadi imam di Osimo. Kemudian ia meninggalkan semua miliknya dan keramaian kota untuk menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa yang miskin di Grotta (gua) Fucile.
Dari Fucile, ia pindah ke sebuah biara pertapaan di Monte Fano, Italia. Di sana jugalah ia kemudian pada tahun 1231 mendirikan sebuah biara pertapaan untuk menghimpun semua orang yang menjadi muridnya. Persaudaraan religius mereka terkenal dengan nama 'Ordo Santo Silvester'. Mereka menghayati suatu cara hidup yang keras di bawah panduan aturan-aturan Santo Benediktus, tanpa pernah secara resmi menjadi cabang dari salah satu Ordo Benediktin. Di bawah pimpinan Silvester sendiri selama 36 tahun, Ordo Silvestrin ini berkembang sangat pesat. Selama itu ia berhasil mendirikan 25 buah biara di Italia. Ia wafat pada tanggal 26 Nopember 1261 dalam usia 90 tahun, dan dinyatakan 'kudus' oleh Paus Klemens VIII (1592-1605) pada tahun 1598.

Santo Leonardus Porto Morizio, Pengaku Iman
Leonardus lahir di Porto Morizio, Italia pada tanggal 20 Desember 1676. Pada umur 13 tahun, ia dipanggil ke Roma oleh Agustinus, pamannya untuk dididik di kolese Yesuit yang dipimpin oleh Santo Philipus Neri. Pamannya menginginkan dia menjadi dokter, namun ia dengan tegas menolaknya. Oleh karena itu ia tidak lagi diakui oleh pamannya. Sejak itu ia mengatur hidupnya sendiri di Roma tanpa bantuan pamannya.
Pada tahun 1697, ia diterima dalam Tarekat Fransiskan di biara Rifomalla di Ponticelli. Oleh pimpinan Ordo ia kemudian dikirim belajar di Universitas Roma. Di Universitas Bonaventura inilah ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1703. Bersama dengan beberapa rekannya, ia mengambil alih sebuah biara di Florence pada tahun 1709. Di bawah bimbingannya, biara ini kemudian menjadi pusat karya misi di Tuscany. Dari biara inilah, ia berkeliling ke berbagai tempat untuk berkotbah dan mengajar umat, teristimewa umat sederhana dari golongan rakyat jelata.
Leonardus dikenal sebagai seorang misionaris Fransiskan yang rajin dan tekun dalam tugasnya mewartakan Injil. Ia mengelilingi seluruh Italia untuk berkotbah. Dengan gayanya yang lucu, ia mengemukakan prinsip misionernya sebagai berikut: "Berkotbah kepada orang lain harus dimulai dan diselingi dengan berkotbah kepada diri sendiri." Leo menghayati semangat hidup miskin dan sederhana yang tinggi sehingga banyak orang terpikat padanya.
Salah satu keistimewaannya yang membuat dia dikenal hingga sekarang ialah kesukaannya merenungkan peristiwa Sengsara Yesus. Ia mengabdikan devosinya ini dan menjadikannya milik semua umat Katolik dengan merintis kebaktian "Jalan Salib" lengkap dengan 14 stasinya seperti yang kita kenal sekarang. Untuk mengumatkan devosi itu, ia mendirikan 'Jalan Salib Kristus' di berbagai tempat, termasuk di Colosseum, tempat pembantaian dan gelanggang sengsara orang-orang Kristen pertama di Roma. Tentang kebaktian Jalan Salib ini, ia berkata: "Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia dan berguna bagi pengudusan diri kita daripada merenungkan peristiwa sengsara Kristus." Selain devosi itu, ia juga menjadi perintis devosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus dan devosi kepada Bunda Maria.
Sampai usia tuanya ia berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dengan doa-doa pribadi dan perayaan Misa Kudus setiap hari. Pada tahun 1744 ia diutus paus ke pulau Corsica untuk menenteramkan suasana pertikaian antar umat di sana. Namun sayang bahwa usahanya ini kurang berhasil. Dalam keadaan payah ia kembali ke Roma, dan tak lama kemudian ia meninggal dunia di biara Santo Bonaventura pada tanggal 26 Nopember 1751. Pada tahun 1867 ia dinyatakan sebagai 'santo'.

Santo Sarbel Maklouf, Pengaku Iman
Seorang gadis dan seorang biarawati dengan mata terbelalak memandang ke arah dinding batu karang yang terletak di hadapan mereka. Mereka heran karena melihat bahwa batu (nisan) itu mengeluarkan peluh. Tetesan-tetesan air keluar dari permukaannya. Seperti kena hipnose, gadis itu mengulurkan dan menempelkan tangannya yang lumpuh itu pada batu itu. Sementara itu biarawati itu pun merasa tegang seluruh tubuhnya. Gadis lumpuh yang gemetaran itu, lalu terjatuh di pangkuan biarawati yang sedang tegang itu. Ketika gadis itu siuman lagi, ia merasa sudah terbebas dari penyakit lumpuh yang telah dideritanya selama 14 tahun. Bekas-bekas kelumpuhan pun tidak kelihatan lagi. Sekarang ia telah bersuami dan tinggal di Libanon.
Batu (nisan) yang bertuliskan huruf-huruf Arab itu mengingatkan penduduk setempat akan suatu peristiwa penyembuhan yang terjadi di situ pada tahun 1951. Batu itu adalah batu kubur Sarbel Maklouf, seorang rahib Gereja Maronit Libanon, yang dijuluki "Bapa Kami" oleh orang-orang Libanon, baik Kristen maupun Islam.
Pada tahun 1822, para rahib Maronit di Libanon membangun biara Maron d'Annaya, yang terletak di pegunungan Libanon. Tigapuluh tahun setelah biara itu berdiri, datanglah ke biara itu seorang pemuda sederhana dan miskin dengan pakaian yang tak teratur. Pemuda itulah Sarbel Maklouf. Semula Sarbel adalah petani dan gembala miskin di pegunungan Libanon. Menginjak usia 23 tahun, ia meninggalkan desanya, lalu melangkahkan kakinya ke daerah pegunungan Annaya menuju sebuah biara yang ada di sana. Ia diterima masuk biara itu untuk selamanya. Di sana ia belajar teologi dan giat membantu di paroki. Dalam waktu relatif singkat Sarbel segera terkenal di antara kaum Badui, petani-petani miskin di pegunungan, orang-orang Kristen dan kaum Muslim. Ia selalu menolong mereka yang menderita dan menghibur orang-orang yang bersusah. Pengetahuannya sangat luas tentang rempah-rempah dan aneka jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Sesuatu yang luar biasa tidak tampak pada dirinya. Demikian juga setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1859, ia tetap seorang rahib yang rendah hati, sederhana dan rajin membantu siapa saja yang meminta bantuannya.
Duapuluh tiga tahun terakhir hidupnya, ia bertapa di puncak gunung Annaya, dekat dengan biaranya. Dalam biliknya yang sempit, Pastor Sarbel kusuk berdoa sampai larut malam. Pada waktu subuh ia sudah bangun untuk berdoa sebelum merayakan Misa Kudus. Ia selalu sendirian dan bekerja keras di kebun. Ia hanya makan sekali sehari dan itu pun tidak sampai kenyang. Sehari-harinya pertapa ini tidak banyak bicara. Dengan selembar kain yang membelit tubuhnya ia melawan panas dan dinginnya udara yang tidak kenal kompromi. Suatu hari halilintar menyambar kapelnya dan mengoyakkan jubah yang sedang dikenakannya. Namun aneh bahwa Sarbel yang sedang berdoa itu tidak terkena sedikit pun dan terus berdoa dengan tenang. Di tempat pertapaannya itu, Pastor Sarbel menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 16 Desember 1898. Jenazahnya diletakkan di atas dua lembar papan dan dimasukkan ke dalam lobang yang dipahat pada batu karang.
Sehabis penguburan Pastor Sarbel, orang-orang Badui menyaksikan suatu peristiwa ajaib yang membingungkan mereka: dari makam Sarbel itu terpancarlah berkas-berkas cahaya biru selama 45 hari penuh setelah penguburannya. Hal ini pun dilihat oleh rekan imamnya yang lain: Pastor Elie Abi-Ramia yang berusia 97 tahun dan satu-satunya imam Maronit yang masih hidup di antara biarawan-biarawan yang tinggal bersama Sarbel dibiara Santo Maron d'Annaya. Ia juga hadir pada upacara penguburan Sarbel Maklouf rekannya pada tahun 1898. Tentang Sarbel, ia berkomentar: "Sarbel Maklouf semasa hidupnya dikenal sangat sederhana, rajin dan menaruh perhatian besar kepada orang-orang miskin dan bersusah. Tidak ada sesuatu keistimewaan yang luar biasa pada dirinya. Yang tampak menonjol ialah bahwa ia rajin berdoa dan tekun memperhatikan orang-orang miskin."
Tahun-tahun berikutnya makam itu menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi. Di sana terjadi mujizat penyembuhan berbagai jenis penyakit. Berpuluh-puluh tahun kemudian, setelah menyaksikan berbagai mujizat penyembuhan di makam itu, makam Sarbel menarik perhatian Vatikan untuk turun tangan menyelidikinya.
Atas perintah Vatikan, jenazah rahib saleh itu dikeluarkan kembali dari makamnya untuk diselidiki kebenaranriya. Vatikan mengirim dokter-dokter ahli dan para sarjana dari berbagai disiplin ilmu untuk menyelidiki makam dan jenazah Sarbel dan berbagai penyembuhan yang terjadi di makamnya. Makam itu, yang berbentuk sebuah lobang pahatan di dalam batu karang dan ditutup dengan batu itu, disegel dan dipasangi pintu besi yang berjeruji. Kunci pintu makam itu disimpan oleh ketua panitia internasional yang beranggotakan dokter-dokter ahli dan para sarjana itu. Mereka, bersama rekan-rekan Sarbel yang tinggal di biara Maron d'Annaya, heran menyaksikan bahwa meskipun sudah 68 tahun wafat dan dikuburkan, jenazah Sarbel masih dalam keadaan utuh.
Mereka terus menyelidiki kalau-kalau batu makam tersebut mengandung zat-zat kimia yang mempunyai daya pengawet. Tetapi penyelidikan itu tidak menemukan hal itu. Maka selama 6 tahun, jenazah Sarbel Maklouf dimasukkan kembali ke dalam sebuah lobang dalam batu karang untuk melihat apakah jenazah itu masih tetap mengeluarkan peluh keringat. Karena peluh itu tetap mengalir, jenazah Sarbel dikeluarkan lagi dan dijemur selama tujuh bulan. Akibat penjemuran itu, warna kulit Sarbel menjadi sawo matang dan kulitnya mengerut, sambil tetap mengeluarkan peluh sampai tahun 1927.
Dalam penyelidikan selanjutnya terjadi hal-hal baru yang mengherankan para dokter: ketika jenazah itu diiris sedikit dengan pisau keluarlah darah. Memang warna darah itu hitam, namun anehnya bahwa darah itu terus mengalir keluar seperti orang yang masih hidup. Contoh darah ini dengan bukti-bukti lain yang tak terhitung jumlahnya disimpan di dalam sebuah lemari kaca yang disegel. Sementara itu lembaga-lembaga di Italia, Prancis dan Jerman terus menyelidiki darah itu di laboratorium-laboratorium terkenal. Hasil analisa-analisa itu dikirim ke Vatikan.
Setelah melewati berbagai penyelidikan yang mutakhir, akhirnya Sarbel dinyatakan sebagai 'kudus' oleh Paus Paulus VI (1963-1978) pada tanggal 5 Desember 1965 di basilik Santo Petrus Roma. Hingga sekarang bekas tempat tinggal dan makam Sarbel Maklouf menjadi tempat ziarah terkenal di Libanon, yang dikunjungi banyak orang dari berbagai penjuru dunia, baik Kristen maupun Islam dan Yahudi, terlebih orang-orang Badui setempat.
Tentang mujizat penyembuhan di makam Sarbel Maklouf, Pater Joseph Ejail, seorang imam dari biara Maron d'Annaya yang menguasai tiga bahasa asing dan mengajar di sekolah-sekolah Libanon, memberikan kesaksian pandangan mata berikut: "Di muka makam itu duduk sepasang suami-isteri dari Syria. Mereka orang Islam. Di samping mereka, berbaring anak lelaki mereka berumur 6 tahun di atas sebuah usungan. Oleh dokter-dokter, anak lelaki itu dikatakan tidak bisa sembuh lagi dari kelumpuhannya. Kira-kira setelah sejam mereka berdoa di makam itu, Bapa anak itu menyaksikan peristiwa ajaib kesembuhan anaknya. Anaknya yang lumpuh sejak kecil itu sekonyong-konyong bangkit dan berjalan tegak. Bapa itu langsung jatuh pingsan melihat peristiwa ajaib itu. Demikian juga isterinya; ia tak berdaya karena lemas seluruh badannya. Setelah siuman dan kuat kembali, ia membimbing keluar anak dan isterinya yang lemas itu", demikian kisah pandangan mata Pater Joseph Ejail untuk menguatkan mujizat-mujizat penyembuhan yang terjadi di makam Santo Sarbel Maklouf.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/