Liturgia Verbi 2024-10-07 Senin.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVII

Senin, 7 Oktober 2024

PW SP Maria, Ratu Rosario



Bacaan Pertama
Gal 1:6-12

"Aku menerima Injil bukan dari manusia,
dan bukan pula manusia yang mengajarkannya kepadaku;
aku menerimanya oleh pernyataan Yesus Kristus."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia:

Saudara-saudara,
aku heran, bahwa kalian begitu cepat berbalik dari Allah,
yang telah memanggil kalian oleh kasih karunia Kristus,
dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil;
hanya ada orang yang mengacaukan kalian
dan yang bermaksud untuk memutar-balikkan Injil Kristus.
Tetapi seandainya kami sendiri ataupun seorang malaikat dari surga
mewartakan kepada kalian suatu injil
yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu,
terkutuklah dia.
Seperti yang telah kami katakan dahulu,
sekarang kukatakan sekali lagi,
"Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil,
yang berbeda dengan apa yang telah kalian terima,
terkutuklah dia."
Jadi bagaimana sekarang?
Adakah aku mencari kesukaan manusia atau kesukaan Allah?
Adakah aku mencoba berkenan kepada manusia?
Sekiranya aku masih mau mencari perkenanan manusia,
maka aku bukanlah hamba Kristus.
Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku,
bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia.
Karena aku bukan menerimanya dari manusia,
dan bukan pula manusia yang mengajarkannya kepadaku,
tetapi aku menerimanya oleh pernyataan Yesus Kristus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 111:1-2.7-9.10c,R:5b

Refren: Tuhan selalu ingat akan perjanjian-Nya.

*Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati,
dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaat.
Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan,
layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.

*Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan,
segala titah-Nya teguh;
Perintah-Nya kokoh lestari untuk selamanya,
dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.

*Ia memberikan kebebasan kepada umat-Nya,
Ia menetapkan perjanjian untuk selama-lamanya;
kudus dan dahsyatlah nama-Nya!
Dia akan disanjung sepanjang masa.



Bait Pengantar Injil
Yoh 13:34

Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan;
yaitu supaya kamu saling mengasihi;
sama seperti Aku telah mengasihi kamu.



Bacaan Injil
Luk 10:25-37

"Siapakah sesamaku?"

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada suatu ketika
seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus,
"Guru, apakah yang harus kulakukan
untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Jawab Yesus kepadanya,
"Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?
Apa yang kaubaca di sana?"
Jawab orang itu,
"Kasihilah Tuhan, Allahmu,
dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu,
dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu.
dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Kata Yesus kepadanya,
"Benar jawabmu itu.
Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."

Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi,
"Dan siapakah sesamaku manusia?"
Jawab Yesus,
"Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho.
Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun
yang bukan saja merampoknya habis-habisan,
tetapi juga memukulnya,
dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati.
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu.
Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu.
Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.

Lalu datanglah ke tempat itu
seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan.
Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya,
sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur.
Kemudian
ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri
lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Keesokan harinya
ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu,
katanya, 'Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini,
aku akan menggantinya waktu aku kembali.'

Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini,
adalah sesama manusia
dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"

Jawab orang itu,
"Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya."
Yesus berkata kepadanya,
"Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Judul bacaan Injil hari ini cukup menggelitik saya, "Siapakah sesamaku?"
Ini terkait dengan hukum kasih yang kedua, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Saya menjelajah sesama itu dari lingkaran yang paling luar, bahwa sesama itu artinya siapa saja, sama-sama manusia; sepanjang masih disebut manusia, adalah sesama.
Sesama tidak membedakan dari mana asalnya, apa warna kulitnya, atau pun seperti apa perbuatannya.
Orang-orang yang telah berbuat jahat terhadap negeri kita ini adalah sesama kita.
Orang-orang yang mendekam di penjara sampai yang tergeletak tak berdaya di rumah sakit juga adalah sesama kita.
Kakek-nenek yang berjalan terseok-seok sampai ke kanak-kanak yang baru belajar berjalan juga adalah sesama kita.

Ada berapa banyak sesama kita?
Konon saat ini ada 8,1 miliar manusia di atas bumi kita saat ini, dan terus bertambah sekitar 1% setiap tahunnya.
Konon juga, ada 117 miliar manusia pernah dilahirkan di dunia ini.
Semuanya itu adalah sesama kita, baik yang telah lama meninggal dunia maupun yang masih hidup, dan tentu saja yang masih hidup inilah yang mesti kita dahulukan sebagai sesama.
Pernahkah kita menghitung, dari sesama yang 8 miliar itu, ada berapa banyak yang boleh kita sebut sebagai kenalan atau handai-taulan?
Seberapa banyak yang boleh kita sebut sebagai kerabat atau keluarga?
Dan yang terakhir, apakah diri kita sendiri juga termasuk dalam sesama itu?
Apa yang dimaksud dengan "seperti dirimu sendiri" itu?

Angka 8 miliar itu membuat saya takjub, sedemikian besarnya jumlah sesama kita
Tetapi esungguhnya yang membuat saya lebih takjub lagi adalah takjub kepada Tuhan yang memelihara manusia sebanyak itu.
Jika ada satu persen saja orang yang berdoa  pada suatu hari, hari minggu, kira-kira sebanyak 80 juta orang, artinya Tuhan mesti mendengarkan sekaligus dari 80 juta orang itu, dan bisa jadi sebagian besar isi doanya adalah permohonan.
Maka sudah sewajarnya Tuhan berharap campur-tangan kita dalam karya Allah di dunia ini.
Tuhan meminta kerjasama kita, membantu para malaikat surga, menjadi 'malaikat dunia' bagi sesama yang 8 miliar itu.
Tetapi tentu kita tidak dituntut secara kuantitas, bukan banyak-banyakan, satu orang yang menerima pertolongan Tuhan melalui perantaraan kita adalah jauh lebih berarti daripada seribu orang yang tidak memerlukan pertolongan melalui kita.



Peringatan Orang Kudus
Pesta Santa Perawan Maria, Ratu Rosario
Devosi non-liturgi yang sangat populer di kalangan umat Katolik ialah 'Doa Rosario'. Di dalamnya umat beriman merenungkan karya penebusan Kristus di dalam 15 peristiwa Sejarah Keselamatan, sambil mendaraskan 1 X Bapa Kami, 10 X Salam Maria dan 1 X Kemuliaan, didahului oleh pendarasan Syahadat Para Rasul, 1 X Bapa Kami, 3 X Salam Maria dan 1 X Kemuliaan. Pesta Rosario Suci dirayakan oleh seluruh Gereja pada tanggal 7 Oktober dalam Minggu pertama bulan Oktober.
Perihal doa Rosario ini terdapat anggapan umum berikut: bahwasanya di masa lampau doa Rosario seperti yang kita kenal dewasa ini di dalam Gereja dianggap sebagai pemberian Santa Maria sendiri kepada salah seorang pencintanya, yaitu Santo Dominikus, pendiri Ordo Pengkotbah. Tetapi legenda indah ini tidak dapat diperdamaikan dengan data sejarah yang berhubungan dengan adanya kebiasaan berdoa Rosario itu. Oleh karena itu untuk memahami sedikit lebih dalam perihal doa Rosario itu, kiranya baik kalau dikemukakan di sini sedikit sejarah perkembangan doa Rosario itu.
Catatan sejarah tentang awal mula praktek doa Rosario diambil dari kebiasaan doa di kalangan para rahib di dalam kehidupan monastik zaman dulu. Pada masa itu para rahib biasanya setiap hari mendaraskan 150 buah Mazmur (Doa Ofisi) sebagaimana terdapat di dalam Kitab Suci. Para rahib awam yang tidak tahu membaca atau yang buta huruf mengganti pendarasan Mazmur itu dengan 150 buah doa yang lain. Biasanya doa pengganti itu ialah doa 'Pater Noster' (Bapa Kami). Doa "Bapa Kami" memang sudah semenjak Gereja perdana dianggap sebagai doa Gereja yang paling penting. Para calon baptis yang sedang dalam masa katekumenat, harus menghafal doa Bapa Kami itu di samping Kredo/Syahadat Para Rasul. Untuk mempermudah mereka mengetahui berapa sudah doa Bapa Kami yang didaraskan, mereka menggunakan seutas tali bersimpul atau bermanik-manik. Oleh karena tali itu dipakai untuk menghitung doa "Pater Noster" maka tali itu lazim disebut juga "Pater Noster".
Dari sejarah perkembangan devosi diketahui bahwa sejak zaman dahulu umat Kristen telah menaruh devosi yang tinggi kepada Santa Perawan Maria. Devosi-devosi ini dilestarikan oleh para rahib di dalam biara-biara. Pada masa abad ke-11 berkembanglah kebiasaan memberi salam kepada Bunda Maria bila seseorang melewati patung atau arca Maria. Pada masa itu belum dikenal bentuk doa 'Salam Maria' seperti dewasa ini. Dahulu doa itu masih singkat, hanya terdiri dari bagian pertama yang berakhir dengan kata-kata: "dan terpujilah buah tubuhmu". Jumlah doa Salam Maria yang sempat didaraskan dihitung pada tali 'Pater Noster' itu. Lama kelamaan berkembanglah kebiasaan untuk menggantikan doa Bapa Kami dengan doa Salam Maria. Jumlahnya tetap 150 sesuai jumlah Mazmur yang didaraskan para rahib. Karena pada masa itu 150 buah Mazmur yang didaraskan itu sudah dibagi ke dalam tiga bagian, masing-masingnya terdiri dari 50 buah, maka doa Salam Maria yang didaraskan oleh para rahib buta huruf itu pun dibagi dalam tiga bagian dengan masing-masing bagian terdiri dari 50. Rangkaian Salam Maria yang terdiri dari 50 buah itu disebut 'Korona' (=mahkota). Kata ini mengingatkan kita akan hiasan-hiasan kembang menyerupai mahkota yang biasanya dibuat pada arca-arca Bunda Maria. Bagian kedua doa 'Salam Maria', yaitu "Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati. Amin", menjadi doa resmi semenjak Paus Pius V (1566-1572) meresmikan terbitan 'Breviarium' (=doa harian Gereja) pada tahun 1568. Namun bagian kedua itu baru diterima umum pada abad XVII.
Bagian pertama doa 'Salam Maria' yang melukiskan tentang peristiwa kunjungan malaekat Gabriel kepada Maria dan kesediaan Maria menerima Al Masih dalam rahimnya, diambil dari Kitab Suci. Itulah peristiwa awal 'Penjelmaan Juru Selamat'. Sukacita itu kemudian diungkapkan Maria sendiri kepada Elisabeth, sanaknya yang pada waktu itu sudah hamil juga. Sejak abad ke-12, doa 'Salam Maria' mulai diulang-ulang selama berlangsungnya doa untuk mengenang 'Lima Sukacita Santa Maria' (Kabar Sukacita, Kelahiran Yesus, Kebangkitan Yesus, Kenaikan Yesus, dan Pengangkatan Maria ke Surga). Lama kelamaan 'Lima Peristiwa Sukacita' itu, ditambah antara lain dengan peristiwa: Penampakan Tuhan (epifani), Pentakosta atau Kunjungan kepada Elisabeth, sehingga menjadi 'Tujuh Sukacita Maria'. Pada abad XIII, Korona Ketujuh Sukacita Maria ini mulai dipropagandakan oleh Ordo Fransiskan; dan pada abad XIII mantaplah sudah kebiasaan merenungkan Limabelas Sukacita Maria.
Pada Abad Pertengahan, umat Kristen mempunyai devosi istimewa kepada 'Lima Luka Yesus', yaitu di tangan, kaki dan lambung. (bdk. Yoh 20:20). Sementara itu ada pula devosi kepada 'Lima Penumpahan Darah Yesus', yaitu pada saat sakratulmautnya, saat didera, saat dimahkotai duri, saat disalibkan dan ditikam lambungNya. Karena semenjak dulu Bunda Maria dipandang sebagai peserta ulung dalam sengsara Yesus, maka tidak mengherankan, bahwa sejalan dengan devosi kepada Yesus yang bersengsara, berkembang pula devosi serupa kepada Maria yang berdukacita. Devosi itu dikembangkan oleh Ordo Fransiskan dan Serikat Hamba Maria. Maka sejak abad XIV berkembanglah devosi kepada 'Lima Dukacita Maria', ataupun 'Tujuh Dukacita Maria', yang dialaminya selama Yesus bersengsara dan wafat. Devosi kepada 'Tujuh Dukacita Maria' itu berkembang pesat di kalangan umat Kristen Eropa sehubungan dengan menjangkitnya wabah sampar yang mengerikan di sana.
Kebiasaan untuk menghubungkan doa "Salam Maria" dengan renungan tentang sejumlah peristiwa Yesus, sudah ada sejak abad XIV. Ada pula kebiasaan untuk menambah kata-kata ". . . buah tubuhmu", dengan nama Yesus dan dengan sebuah kalimat pelengkap, misalnya, "Yang didera dengan kejam", "Yang dimahkotai duri", dsb. Dalam a­bad XV berkaryalah seorang biarawan bernama Dominikus yang diberi julukan "dari Prusia". Ia seorang novis, yang sesuai dengan anjuran pemimpin biaranya, berusaha menggabungkan doa Rosario (yang terdiri dari 50 Salam Maria) dengan renungan mengenai kehidupan Yesus dan ibuNya. Pada tahun 1410, ia menyusun 50 seruan penutup doa "Salam Maria". Seruan-seruan penutup itu diterima dengan antusias sekali dan segera menjadi populer, baik dalam bahasa Latin maupun dalam bahasa Jerman. Seruan-seruan tambahan itu biasanya dibacakan oleh orang-orang yang melek huruf.
Mulai tahun 1475, muncullah di dalam Gereja tarekat-tarekat religius yang mempopulerkan doa Rosario. Dengan munculnya teknik cetak, daftar lima belas peristiwa yang ditetapkan sebagai landasan renungan selama doa rosario, mulai dikenal di mana-mana. Sebuah buku kecil yang dicetak di Ulm pada tahun 1483 menganjurkan tiga rangkaian gambar, masing-masing memuat lima lukisan tersendiri, yaitu: Lima Sukacita Maria, Lima Penumpahan Darah Kristus, dan Lima Sukacita Maria sesudah bangkitnya Yesus. Inilah kelima belas peristiwa Rosario yang dikenal sekarang, kecuali dua yang terakhir, yaitu tertidurnya Maria dan Penghakiman Terakhir. Dalam buku kecil itu ada nasihat berikut: ""Daraskanlah doa Salam Maria sambil memandang lukisan-lukisan ini!" Daftar tetap dari 15 peristiwa Rosario disusun di Spanyol sekitar tahun 1488. Daftar itulah yang disahkan oleh Paus Pius V, seorang biarawan Dominikan, ketika beliau menetapkan Rosario sebagai doa Gereja yang sah. Setahun sebelumnya, Pius mengesahkan teks doa Salam Maria yang sampai sekarang tidak diubah.
Ada sekian banyak peristiwa ajaib yang mendorong pimpinan tertinggi Gereja menghimbau bahkan mendesak umat berdoa Rosario untuk memohon perlindungan Bunda Maria atas Gereja dari segala rong­rongan. Peristiwa terbesar yang melatarbelakangi penetapan tanggal 7 Oktober sebagai tanggal Pesta Santa Maria Ratu Rosario ialah peristiwa kemenangan pasukan Kristen dalam pertempuran melawan pasukan Islam Turki. Menghadapi pertempuran ini Paus Pius V menyerukan agar seluruh umat berdoa Rosario untuk memohon perlindungan Maria atas Gereja. Doa umat itu ternyata dikabulkan Tuhan. Pasukan Kristen dibawah pimpinan Don Johanes dari Austria berhasil memukul mundur pasukan Turki di Lepanto pada tanggal 7 Oktober 1571 (Minggu pertama bulan Oktober 1571). Sebagai tanda syukur Paus Pius V (1566-1572) menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari pesta Santa Maria Ratu Rosario. Kemudian Paus Klemens IX (1667-1669) mengukuhkan pesta ini bagi seluruh Gereja di dunia. Dan Paus Leo XIII (1878-1903) lebih meningkatkan nilai pesta ini dengan menetapkan seluruh bulan Oktober sebagai Bulan Rosario untuk menghormati Maria.
Kemudian doa Rosario itu langsung diminta Bunda Maria sendiri agar didoakan umat pada peristiwa-peristiwa penampakannya di Lourdes, Prancis (1858), Fatima, Portugal (1917), di Beauraing, Belgia (1932-1933) dan di berbagai tempat lainnya akhir-akhir ini.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-10-06 Minggu.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Minggu Biasa XXVII

Minggu, 6 Oktober 2024



Bacaan Pertama
Kej 2:18-24

"Keduanya akan menjadi satu daging."

Pembacaan dari Kitab Kejadian:

Beginilah firman Tuhan Allah,
"Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja!
Aku akan menjadikan penolong baginya,
yang sepadan dengan dia."
Maka Tuhan Allah membentuk dari tanah
segala binatang hutan dan segala burung di udara.
Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu,
untuk melihat, bagaimana ia menamainya;
dan seperti nama yang diberikan manusia itu
kepada tiap-tiap makhluk yang hidup,
demikianlah nanti nama makhluk itu.
Manusia itu memberi nama kepada segala ternak,
kepada burung-burung di udara
dan kepada segala binatang hutan.
Tetapi bagi dirinya sendiri
ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.

Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak;
ketika manusia itu tidur,
Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya,
lalu menutup tempat itu dengan daging.
Dan dari rusuk yang diambil-Nya dari manusia itu,
dibangunlah oleh Tuhan Allah seorang perempuan,
lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.

Lalu berkatalah manusia itu,
"Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.
Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya,
dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya menjadi satu daging."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 128:1-2.3.4-5.6,R:5

Refren: Kiranya Tuhan memberkati kita
seumur hidup kita.

*Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan,
yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!
Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu,
berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!

*Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur
di dalam rumahmu;
anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun
sekeliling mejamu!

*Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan
orang laki-laki yang takwa hidupnya.
Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion:
boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.

*Engkau boleh melihat keturunan anak-anakmu!
Damai sejahtera atas Israel!



Bacaan Kedua
Ibr 2:9-11

"Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan
semua berasal dari Yang Satu."

Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani:

Saudara-saudar,
untuk waktu yang singkat
Yesus telah direndhkan di bawah malaikat-malaikat,
tetapi oleh derita kematian-Nya
Ia telah dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat.
Dan berkata kasih karunia Allah
Yesus mengalami maut bagi semua orang.

Memang sesuai dengan keadaan Allah
Allah menjadikan segala sesuatu bagi diri-Nya,
dan mengantar banyak orang kepada kemuliaan.
Maka sudah sepatutnya Ia pun menyempurnakan Yesus,
yang memimpin mereka kepada keselamatan,
dengan penderitaan.
Sebab Dia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan,
semua berasal dari Yang Satu.
Itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
1Yoh 4:12

Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita,
dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.



Bacaan Injil
Mrk 10:2-16

"Apa yang telah dipersatukan Allah
janganlah diceraikan manusia."

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Sekali peristiwa,
datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus.
Mereka bertanya kepada-Nya,
"Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?"

Tetapi Yesus menjawab kepada mereka,
"Apa perintah Musa kepadamu?"
Jawab mereka,
"Musa memberi izin untuk menceraikan isterinya
dengan membuat surat cerai."

Lalu Yesus berkata kepada mereka,
"Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah ini untukmu.
Sebab pada awal dunia,
Allah menjadikan manusia laki-laki dan perempuan;
karena itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya,
dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah,
janganlah diceraikan manusia."

Setelah tiba di rumah,
para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus.
Lalu Yesus berkata kepada mereka,
"Barangsiapa menceraikan isterinya
lalu kawin dengan perempuan lain,
ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.
Dan jika si isteri menceraikan suaminya
lalu kawin dengan laki-laki lain,
ia berbuat zinah."

Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus,
supaya Ia menjamah mereka.
Tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
Melihat itu, Yesus marah dan berkata kepada mereka,
"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku!
Jangan menghalang-halangi mereka!
Sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
Aku berkata kepadamu:
Sungguh, barangsiapa tidak menerima Kerajaan Allah
seperti seorang anak kecil,
ia tidak akan masuk ke dalamnya."

Kemudian Yesus memeluk anak-anak itu,
meletakkan tangan-Nya ke atas mereka dan memberkati mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Pada suatu ketika, saya merenungkan perihal perkawinan, lalu saya menundukkan kepala memohon kepada Tuhan agar saya dibimbing untuk menjadi suami yang baik bagi Erna, istri saya.
Ketika menunduk, saya malah melihat sepatu yang sedang saya pakai saat itu.
Lalu saya memulai lamunan saya tentang sepatu.
Dari sejak awal sepatu dibuat dua buah, yang kiri dan yang kanan, untuk dijadikan sepasang.
Begitu pula pasangan suami-istri, sejak awal Tuhan menjadikan manusia laki-laki dan perempuan, untuk menjadi sepasang.
Yang namanya sepasang, terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan, bukan satu laki-laki dengan beberapa perempuan, atau satu perempuan dengan beberapa laki-laki.
Juga yang namanya sepasang, mana bisa laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan.
Sama seperti sepatu, mana mungkin kita menggunakan sepatu kiri dua-duanya atau sepatu kanan dua-duanya?
Mana bisa kita memakai satu sepatu kiri dengan beberapa sepatu kanan atau sebaliknya?

Yang dimaksud dengan "dipersatukan oleh Allah" bukanlah dilebur menjadi satu, sehingga tidak ada lagi laki-laki dan perempuan, melainkan dipersatukan untuk menjadi "sepasang"; yang laki-laki tetap dengan maskulinnya dan yang perempuan tetap dengan femininnya.
Kedua bagian ini tetap menjadi satu pasang, tak bisa dipertukarkan.
Mana bisa sang istri berkata kepada suaminya, "Aku sudah dua kali mengandung dan melahirkan anak kita, yang berikutnya kamu yang hamil ya?"
Sama seperti sepatu, mana bisa sepatu kiri kita pakai di kaki kanan atau sepatu kanan dipakai di kaki kiri?
Tidaklah bisa laki-laki bersolek menggunakan lipstick agar nampak cantik.
Begitu pula perempuan, tidaklah bisa suaranya dibesar-besarkan agar menjadi suara bass milik laki-laki; ia tak bisa membesarkan jakun di lehernya (Adam's apple) seperti milik laki-laki, atau berlatih keras supaya badannya berotot.

Gender adalah kodrati, yang dari sejak awal memang diciptakan demikian, untuk saling melengkapi, saling mengisi kekurangan, bukan untuk saling mencari kekurangan pasangan.
Oleh sebab itu, janganlah laki-laki meninggalkan anugerah maskulin yang diterimanya.
Begitu pula perempuan, janganlah membuang anugerah feminin yang diterimanya.
Jika memang sulit untuk bersatu dalam pasangan, hendaklah selalu diingat, bahwa sepatu kanan tak dapat dipasangkan dengan sepatu kiri yang lain.
Kebayang tidak, perempuan menggunakan sepatu  kiri yang high hill dan sepatu kanan yang ceper?
Jika memang sulit untuk bersatu dalam pasangan, hendaklah selalu diingat bahwa sepatu kanan tak dapat berbuat apa-apa tanpa sepatu kiri, begitu sebaliknya. Jika salah satu dari sepatu itu rusak, maka kedua-duanya tak dapat dipakai.

Nah, kita telah memilih pasangan kita, telah memutuskan menikah dengannya melalui Sakramen Perkawinan yang monogami dan tak terceraikan, maka jauhkanlah dari hati dan pikiran kita akan perceraian karena kita mesti bertanggungjawab terhadap pilihan kita.
Camkan juga, bahwa belum tentu hidup kita akan lebih baik jika bercerai, dan memang umumnya malah tambah runyam.
Jadi, jika terjadi ketidakcocokan yang terakumulasi se iring berjalannya waktu, mulailah untuk mengurai kekusutan itu satu per satu sehingga dari hari ke hari akan semakin baik.



Peringatan Orang Kudus
Santo Bruno, Pengaku Iman
Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-cita menjadi imam. Oleh karena itu ia kemudian masuk Seminari di Rheims. Semasa sekolah ia benar-benar tekun belajar sehingga studinya dapat diselesaikan dalam waktu singkat dan ditahbiskan menjadi imam. Pada usia 26 tahun, ia ditugaskan kembali di Seminari Rheims sebagai pengajar Gramatika dan Teologi. Ia pandai mengajar, jujur dan suka membantu mahasiswa-mahasiswanya yang mengalami kesulitan belajar. Cara hidupnya sendiri menarik minat banyak mahasiswa akan kehidupan sebagai imam. Pada umur 45 tahun, ia ditunjuk sebagai penasehat Uskup Rheims. Inilah saat awal ia mengalami sesuatu hal baru yang kemudian membawanya ke dalam kehidupan sebagai pertapa. Sayang bahwa pada tahun itu juga Uskup Rheims meninggal dunia.
Manases dengan segala caranya yang licik berhasil menjadi uskup pengganti. Ia menyogok. Bruno yang menjadi penasehat uskup dan dosen teologi merasa tidak puas dengan taktik licik dan curang dari Manases. Oleh karena itu ia mengadakan perlawanan keras terhadap Manases. Kebetulan juga bahwa pada masa itu Bruno menjadi salah seorang pendukung Paus Gregorius VII dalam usahanya membaharui cara hidup para rohaniwan. Akibat dari perlawanannya itu ia dipecat Manases dari jabatan dan tugasnya sebagai pengajar Teologi di Seminari Rheims.
Tetapi ia tidak putus asa dengan semua perlakuan Manases. Bersama 6 orang temannya, ia menghadap Uskup Grenoble untuk meminta ditunjukkan suatu tempat pertapaan bagi mereka. Uskup itu yang sekarang dihormati sebagai Santo Hugo - menunjukkan suatu tempat yang cocok bagi hidup bertapa di deretan gunung dekat Grenoble, Prancis. Tempat itu disebut La Grande Chartreuse, yang kemudian dipakai sebagai nama bagi pertapaannya, yaitu pertapaan 'Kartusian'. Bruno dengan kawan-kawannya mendiami tempat itu pada tahun 1084. Sebagai tahap awal, mereka mendirikan sebuah gereja kecil dan beberapa pondok sederhana di sekelilingnya. Mulanya setiap pondok ditempati oleh dua orang tetapi kemudian setiap pondok hanya untuk satu orang. Dalam pondoknya masing-masing mereka bertekun dalam doa dan meditasi. Mereka baru berkumpul bersama untuk berdoa pada pagi dan sore hari.
Aturan hidup mereka tergolong keras: mereka bertekun dalam doa dan meditasi, dan hanya makan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, kecuali pada hari raya. Itu pun hanya makan roti kering. Mereka tidak makan daging. Pakaian mereka kasar dan pendek dan rambut bagian tengah kepala mereka dibotakkan. Tugas utama mereka ialah membaca dan menyalin buku-buku rohani, dan juga bertani.
Mendengar kesucian hidup Bruno di tengah rimba Chartreuse, Paus Urbanus II, bekas muridnya dahulu, memanggilnya ke Roma untuk membantu dia dalam tugas-tugas khusus, teristimewa dalam memperlancar usaha pembaharuan Gereja dan perjuangannya melawan Paus tandingan Klemens III (seorang calon Paus yang diajukan oleh Kaisar Henry IV dari Jerman). Dengan taat, Bruno pergi ke Roma untuk membantu Paus Urbanus II. Di sana sambil menjalankan tugas yang diserahkan kepadanya, ia sendiri tetap menjalankan cara hidup bertapanya. Tetapi tak lama kemudian, ia mulai merasa bahwa kota Roma yang bising itu dan pekerjaan-pekerjaan yang begitu banyak tidak cukup membantu dia berdoa dan bermeditasi dengan tenang sebagaimana dialaminya di pertapaan. Oleh karena itu ia mengajukan permohonan undur diri kepada paus agar boleh kembali menjalani hidup sebagai pertapa di pertapaannya. Pada kesempatan itu paus memberikan kepadanya jabatan Uskup Agung dioses Reggio, Italia, tetapi Bruno menolak jabatan itu karena lebih menyukal hidup di dalam kesunyian pertapaan. Dengan sepenuh hati paus mengizinkan dia pergi ke La Torre, Calabria, untuk mendirikan sebuah pertapaan baru. Pertapaan ini didirikan dengan dukungan keuangan dari Roger, saudara Robert Guiscard.
Di pertapaan La Torre ini, Bruno meninggal dunia pada tahun 1101. Ia tidak pernah secara resmi dinyatakan sebagai 'santo' karena aturan biaranya tidak mengijinkan semua usaha publisitas. Namun pada tahun 1514 Paus Leo X memberi izin khusus kepada para Kartusian untuk merayakan tanggal 6 Oktober sebagai tanggal pestanya.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-10-05 Sabtu.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVI

Sabtu, 5 Oktober 2024

PF S. Faustina Kowalska, Perawan

Hari Sabtu Imam.
Marilah berdoa bagi para imam, agar Bapa Di Surga memberkati segala pelayanan mereka, serta dikuatkan dalam menghadapi godaan, cobaan dan marabahaya.



Bacaan Pertama
Ayb 42:1-3.5-6.12-17

"Sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Maka aku mencabut perkataanku."

Pembacaan dari Kitab Ayub:

Ayub berkata kepada Tuhan,
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu,
dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
Sabda-Mu:
Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan?
Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah berceritera
tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau,
tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku
dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

Maka Tuhan memberkati Ayub dalam kelanjutan hidupnya
lebih daripada dalam hidup yang dahulu.
Ayub mendapat empat belas ribu ekor kambing domba,
dan enam ribu unta, seribu pasang lembu,
dan seribu ekor keledai betina.
Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki
dan tiga orang anak perempuan.
Anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima,
yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.
Di seluruh negeri
tidak terdapat wanita yang secantik anak-anak Ayub.
Ayub mewariskan kepada mereka bagian milik pusaka
seperti kepada anak-anaknya laki-laki.
Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya.
ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya
sampai keturunan yang keempat.
Maka Ayub meninggal dunia pada usia yang tua dan lanjut.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 119:66.71.75.91.125.130,R:135a

Refren: Sinarilah hamba-Mu, ya Tuhan, dengan wajah-Mu.

*Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik,
sebab aku percaya pada perintah-perintah-Mu.

*Memang baik bahwa aku tertindas,
supaya aku belajar memahami ketetapan-ketetapan-Mu.

*Aku tahu, ya Tuhan, bahwa hukum-hukum-Mu adil;
dan memang tepat bahwa Engkau telah menyiksa aku.

*Menurut hukum-hukum-Mu sekarang semuanya itu ada,
sebab segala sesuatu melayani Engkau.

*Hamba-Mulah aku ini, buatlah aku mengerti,
supaya aku paham akan peringatan-peringatan-Mu.

*Bila tersingkap, firman-Mu memberi terang,
memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.



Bait Pengantar Injil
Mat 11:25

Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada orang kecil.



Bacaan Injil
Luk 10:17-24

"Bersukacitalah karena nama-Mu terdaftar di surga."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu
ketujuh puluh dua murid Yesus kembali dari perutusannya dengan gembira
dan berkata,
"Tuhan, setan-setan pun takluk kepada kami demi nama-Mu."
Lalu kata Yesus kepada mereka,
"Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.
Sesungguhnya Aku telah memberikan kalian
kuasa untuk menginjak-injak ular dan kalajengking
dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh,
sehingga tiada yang dapat membahayakan kalian.
Namun demikian janganlah bersukacita
karena roh-roh itu takluk kepadamu,
tetapi bersukacitalah karena namamu terdaftar di surga."

Pada waktu itu juga
bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata,
"Aku bersyukur kepada-Mu, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi,
karena semuanya itu Kausembunyikan bagi orang bijak dan pandai,
tetapi Kaunyatakan kepada orang kecil.
Ya Bapa, itulah yang berkenan di hati-Mu.
Segala sesuatu telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku
dan tiada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa,
dan siapakah Bapa selain Anak
dan orang yang kepadanya Anak berkenan menyatakannya."

Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada para murid dan berkata,
"Berbahagialah mata yang melihat apa yang kalian lihat.
Karena Aku berkata kepada kamu:
Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kalian lihat,
tetapi tidak melihatnya
dan ingin mendengar apa yang kalian dengar,
tetapi tidak mendengarnya."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Para murid yang diutus Yesus kembali dengan penuh sukacita.
Mereka berhasil mengalahkan setan-setan, padahal sebelumnya, kedua-belas murid yang diutus-Nya gagal mengusir setan.
Yesus pun lalu mengingatkan mereka, "Janganlah bersukacita
karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu terdaftar di surga."
Para murid itu diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah, membuat orang bertobat dan dibaptis untuk menjadi pengikut Kristus.
Itulah tugas utama perutusan Yesus.
Kuasa atas setan diberikan bukan untuk menang-menangan, melainkan untuk mendukung tujuan perutusan itu.

Semenjak kecil kita sudah dilatih untuk menang-menangan melalui permainan anak-anak, main layang-layang, kelereng atau bola bekel.
Tujuan permainan untuk memperoleh sukacita, namun tidak jarang mesti berakhir dengan pertikaian.
Biasanya permainan berhenti setelah ada anak yang menangis atau bertengkar.

Anak-anak sekarang sudah tidak banyak lagi yang bermain seperti waktu saya kecil.
Sekarang mereka bermain video-game yang jauh lebih menantang, tetapi tetap saja mengandung menang-menangan itu.
Dan untuk itu, anak-anak itu mesti membeli ini dan itu agar tetap berpeluang menang.

Dalam berolahraga pun seringkali kemenangan adalah tujuan.
Untuk mendapatkannya, seringkali pula segala cara dibenarkan.
Padahal motto olah raga adalah "Mens sana in corpore sano", "a sound mind in a healthy body".
Tujuan olahraga adalah untuk memperoleh badan yang sehat, namun seringkali dilakukan tonjok-tonjokan di lapangan bola demi kemenangan.
Maksudnya agar badan menjadi sehat, ini malah jadi babak belur kena bogem mentah.

Dalam dunia bisnis juga terjadi hal yang serupa, menang-menangan, lebih tepatnya kita sebut sebagai kompetisi, tujuannya sama yakni mencapai kemenangan, dan tak jarang dilakukan cara-cara curang untuk memenangkan persaingan di kompetisi itu.

Terhadap menang-menangan tadi, rupanya Yesus telah memberi kita dua macam kuasa, yakni kuasa untuk mengalahkan setan-setan yang diibaratkan sebagai "menginjak-injak ular dan kalajengking".
Ya, setan-setan itu memang musuh Kristus.
Kuasa yang kedua adalah untuk menahan kekuatan musuh yang hendak mencelakai kita.
Tetapi perhatikanlah, Yesus tidak memberi kita kuasa untuk memusnahkan musuh melainkan kuasa untuk menahan musuh saja.
Dan Yesus juga mengingatkan kita agar jangan terjadi eforia, bersukacita secara berlebihan karena kemenangan yang dicapai.
Sukacita karena memenangkan pertandingan adalah dukacita bagi yang dikalahkan.
Tetapi sukacita yang sejati, yaitu ketika nama kita terdaftar di Surga, menjadi warga Kerjaan Surga, memperoleh KTP Surga.



Peringatan Orang Kudus
Santa Anna Maria Gallo, Pengaku Iman
Anna Maria Gallo lahir pada tahun 1715. Semasa remajanya ia banyak mengalami penderitaan batin karena dipaksa kawin oleh orang­tuanya dengan pemuda pilihan mereka. Anna menolak kemauan orang­tuanya. Ia baik sekali kepada orang-orang miskin dan sakit. Ia mengalami stigmata, yaitu 5 luka suci seperti yang dialami oleh Yesus di kayu salib. Ia meninggal dunia pada tahun 1791.

Santa Maria Faustina Kowalska
Maria Faustina Kowalska (25 Agustus 1905 – 5 Oktober 1938) adalah seorang Santa dengan nama asli Helena Kowalska.
Ia adalah anak ketiga dari 10 orang bersaudara dalam sebuah keluarga yang miskin, sehingga ia hanya dapat mengemban pendidikan formal selama tiga tahun saja.
Ia menyatakan bahwa ia mendapat panggilan menjadi seorang pelayan Tuhan pada umur 7 tahun.
Ia diangkat menjadi seorang biarawati pada tanggal 30 April 1926.
Dalam kehidupan membiara, ia mendapat berbagai penglihatan spiritual, termasuk stigmata.
Ketika ia memberitahukan hal itu kepada pengawas spiritualnya, ia diminta untuk membuat sebuah diari.
Namun, karena kemampuan berbahasa yang rendah, tulisannya sulit dimengerti dan dibutuhkan penerjemahan terlebih dahulu agar dapat dimengerti oleh orang-orang.
Devosi utama Faustina adalah mengenai "Kerahiman Ilahi", sebagaimana ia melihat Tuhan dalam sebuah penglihatan di mana cahaya pengampunan memancar dan mengalir dari hati Tuhan.
Faustina meninggal karena penyakit tuberkulosis pada 5 Oktober 1938.
Ia dimasukkan ke dalam daftar santa oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 30 April tahun 2000.
[Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Maria_Faustina_Kowalska ]



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-10-04 Jumat.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVI

Jumat, 4 Oktober 2024

PW S. Fransiskus dari Assisi



Bacaan Pertama
Ayb 38:1.12-21;39:36-38

"Pernahkah engkau menyuruh dinihari datang?
Pernahkah engkau turun sampai ke sumber laut?"

Pembacaan dari Kitab Ayub:

Tuhan berbicara kepada Ayub dari dalam badai,
"Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh dinihari datang
atau pernahkah fajar kautunjukkan tempatnya
untuk memegang bumi pada ujung-ujungnya,
sehingga orang-orang fasik dikebaskan daripadanya,
yakni tatkala fajar mengubah bumi
menjadi seperti tanah liat yang dimeteraikan,
dan mewarnainya seperti orang mewarnai kain,
tatkala orang-orang fasik dirampas terangnya,
dan dipatahkan lengannya yang teracung?

Pernahkah engkau turun sampai ke sumber laut,
atau berjalan-jalan menyusuri dasar samudera raya?
Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu,
atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat?
Tahukah engkau luasnya bumi?
Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu!

Di manakah jalan ke tempat kediaman terang,
dan di manakah tempat tinggal kegelapan,
sehingga engkau dapat mengantarnya pulang
dan mengetahui jalan menuju rumahnya?
Tentulah engkau mengenalnya,
karena ketika itu engkau sudah lahir,
dan jumlah harimu telah banyak!"

Lalu Ayub menjawab kepada Tuhan,
"Sesungguhnya, aku ini terlalu hina.
Jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu?
Mulutku kututup dengan tangan.
Satu kali aku berbicara, tidak akan kuulangi;
dua kali aku berkata, tidak akan kulanjutkan."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 139:1-3.7-10.13-14b,R:24

Refren: Ya Tuhan, tuntunlah aku di jalan yang kekal.

*Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
Engkau mengetahui apakah aku duduk atau berdiri,
Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan dan berbaring,
segala jalanku Kaumaklumi.

*Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu,
ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati,
Engkau pun ada di situ.

*Jika aku terbang dengan sayap fajar,
dan membuat kediaman di ujung laut,
di sana pun tangan-Mu akan menuntun aku,
dan tangan kanan-Mu memegang aku.

*Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,
Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena misteri kejadianku;
ajaiblah apa yang Kaubuat.



Bait Pengantar Injil
Mzm 95:8ab

Hari ini dengarkanlah suara Tuhan,
dan janganlah bertegar hati.



Bacaan Injil
Luk 10:13-16

"Barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa
Yesus bersabda, "Celakalah engkau Khorazim!
Celakalah engkau Betsaida!
Sebab seandainya di Tirus dan Sidon
terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu,
sudah lama mereka bertobat dan berkabung.
Maka pada waktu penghakiman,
tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan
daripada tanggunganmu.

Dan engkau, Kapernaum,
apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit?
Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati.

Barangsiapa mendengarkan kalian, ia mendengarkan Daku;
dan barangsiapa menolak kalian, ia menolak Aku;
dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini menunjukkan tentang apa yang terjadi jika kita menolak anugerah Tuhan, seperti yang terjadi di Khorazim, Betsaida dan juga di Kapernaum.
Orang-orang di ketiga kota itu telah menerima anugerah Tuhan, berkesempatan untuk menyaksikan mujizat-mujizat yang dibuat oleh Yesus.
Dengan mujizat itu semestinya mereka lebih mudah untuk bertobat dan menyediakan diri untuk diselamatkan.

Jika panggilan keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus ini ditolak, artinya menolak Yesus, maka akan diturunkan sampai ke dunia orang mati.
Masih mendingan Tirus dan Sidon, dua kota yang tidak memperoleh kesempatan untuk pertobatan, padahal kalau kesempatan itu ada maka akan banyak terjadi pertobatan di sana.
Itulah yang dimaksud oleh Yesus, kedua kota itu akan menanggung yang lebih ringan dibandingkan Kapernaum, Betsaida atau Khorazim.

Kita semua telah menerima "tawaran" dari Yesus untuk diselamatkan.
Lalu mau kita apakan?
Apakah kita akan menolaknya, menerima dengan setengah hati ataukah menerimanya secara bulat?
Jika kita menolaknya, maka celakalah kita karena kelak akan diturunkan sampai ke dunia orang mati.
Jika kita menerima dengan setengah hati, mendengarkan sabda Tuhan tetapi tidak menjalankannya, maka ini artinya kita telah mempermainkan Tuhan atau membohongi Tuhan, mengatakan ya tetapi tidak melakukannya.

Maka dari itu, marilah kita luruskan hal-hal yang masih keliru dalam hidup kita, selagi masih ada kesempatan untuk itu.
Jangan biarkan kelak kita akan bernasib sama seperti orang-orang di Kapernaum atua Betsaida.



Peringatan Orang Kudus
Santo Fransiskus Asisi, Pengaku Iman
Giovanni Francesco Bernardone lahir di Asisi, daerah pegunungan Umbria, Italia Tengah pada tahun 1182. Ayahnya, Pietro Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya raya; sedang ibunya Yohana Dona Pica, seorang puteri bangsawan picardia, Prancis. Ia dipermandikan dengan nama 'Giovanni Francesco Bernardone' tetapi kemudian lebih dikenal dengan nama 'Francesco' karena kemahirannya berbahasa Prancis yang diajarkan ibunya.
la sangat dimanjakan ayahnya sehingga berkembang menjadi seorang pemuda yang suka berfoya-foya dan pemboros. Pada umur 20 tahun ia bersama teman-temannya terlibat sebagai prajurit dalam perang saudara antara Asisi dan Perugia. Dalam pertempuran itu ia ditangkap dan dipenjarakan selama 1 tahun hingga jatuh sakit setelah dibebaskan. Pengalaman pahit itu menandai awal hidupnya yang baru. Ia tidak tertarik lagi dengan usaha dagang ayahnya dan corak hidup mewahnya dahulu. Sebaliknya ia lebih tertarik pada corak hidup sederhana dan miskin sambil lebih banyak meluangkan waktunya untuk berdoa di gereja, mengunjungi orang-orang di penjara dan melayani orang-orang miskin dan sakit. Sungguh suatu keputusan pribadi yang datang di luar bayangan orang sedaerahnya dan orangtuanya.
Tak lama kemudian ketika sedang berdoa di gereja San Damian di luar kota Asisi, ia mendengar suatu suara keluar dari Salib Yesus: "Fransiskus, perbaikilah rumahku yang hampir rubuh ini!" Fransiskus tertegun sebentar lalu dengan yakin mengatakan bahwa suara itu adalah suara Yesus sendiri. Segera ia lari ke rumah. Tanpa banyak pikir dia mengambil setumpuk kain mahal dari gudang ayahnya lalu menjual kain-kain itu. Uang basil penjualan kain itu diberikan kepada pastor paroki San Damian untuk membiayai perbaikan gereja itu. Tetapi pastor menolak pemberiannya itu.
Ayahnya marah besar lalu memukul dan menguncinya di dalam sebuah kamar. Ibunya jatuh kasihan lalu membebaskan dia dari kurungan itu. Setelah dibebaskan ibunya, ia kembali ke gereja San Damian. Ayahnya mengikuti dia ke sana, memukulnya sambil memaksanya mengembalikan uang hasil penjualan kain itu. Dengan tenang ia mengatakan bahwa uang itu sudah diberikan kepada orang-orang miskin. Ia juga tidak mau kembali lagi ke rumah meskipun ayahnya menyeret pulang. Ayahnya tidak berdaya lalu meminta bantuan Uskup Asisi untuk membujuk Fransiskus agar mengembalikan uang itu. Fransiskus patuh pada Uskup. Di hadapan Uskup Asisi, ia melucuti pakaian yang dikenakannya sambil mengatakan bahwa pakaian-pakaian itu pun milik ayahnya. Dan semenjak itu hanya Tuhanlah yang menjadi ayahnya. Sang Uskup memberikan kepadanya sehelai mantel dan sebuah ikat pinggang. Inilah pakaian para gembala domba dari Umbria, yang kemudian menjadi pakaian para biarawan Fransiskus.
Fransiskus tidak kecut apalagi sedih hati dengan semua yang terjadi atas dirinya. Ia bahkan dengan bangga berkata: "Nah, sekarang barulah aku dapat berdoa sungguh-sungguh "Bapa kami yang ada di surga." Dan semenjak itu Sabda Yesus "Barangsiapa yang mau mengikuti Aku, ia harus menjual segala harta kekayaannya dan membagikannya kepada orang miskin" menjadi dasar hidupnya yang baru. Sehari-harian ia mengemis sambil berkotbah kepada orang-orang yang ada di sekitar gereja San Damiano. Ia menolong orang-orang miskin dan penderita lepra dengan uang yang diperolehnya setiap hari. Ia sendiri hidup miskin. Kalau ia berbicara tentang nasehat-nasehat Injil, ia menggunakan bahasa lagu-lagu cinta yang populer dan bahasa-bahasa puitis. Ia sendiri rajin menyusun puisi-puisi dan selalu membacakannya keras­keras kalau ia berjalan jalan.
la disebut orang sekitar dengan nama "Poverello" (=Lelaki miskin). Cara hidupnya, yang miskin tetapi selalu gembira dan penuh cinta kepada orang-orang miskin dan sakit, menarik minat banyak pemuda. Pada tahun 1209, ada tiga orang bergabung bersamanya: Bernardus Guantevale, seorang pedagang kaya; Petrus Katana, seorang pegawai, dan Giles, seorang yang sederhana dan bijak. Harta benda mereka dipakai untuk melayani kaum miskin dan orang-orang sakit. Bersama denigan tiga orang itu, Fransiskus membentuk sebuah komunitas persaudaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah ordo yaitu "Ordo Saudara-saudara Dina", atau "Ordo Fransiskan." Tak ketinggalan wanita-wanita. Klara, seorang gadis Asisi meninggalkan rumahnya dan bergabung juga bersamanya. Bagi Klara dan kawan-kawannya, Fransiskus mendirikan sebuah perkumpulan khusus. Itulah awal dari Kongregasi Suster-suster Fransiskan atau Ordo Kedua Fransiskan.
Fransiskus ditahbiskan menjadi diakon dan mau tetap menjadi seorang diakon sampai mati. Ia tidak mau ditahbiskan menjadi imam. Lebih dari orang-orang lain, Fransiskus berusaha hidup menyerupai Kristus. Ia. menekankan kemiskinan absolut bagi para pengikutnya waktu itu. Sebagai tambahan pada kaul kemiskinan, kemurnian dan ketaat­an, ia menekankan juga penghayatan semangat cinta persaudaraan, dan kesederhanaan hidup. Ordo Benediktin yang sudah lama berdiri memberi mereka sebidang tanah.
Demi sahnya komunitas yang dibentuknya, dan aturan hidup yang disusunnya, ia berangkat ke Roma pada tahun 1210 untuk meminta restu dari Sri Paus Innosensius III (1198-1216). Mulanya Sri Paus menolak. Tetapi pada suatu malam dalam mimpinya, Paus melihat tembuk-tembok Basilik Santo Yohanes Lateran berguncang dan Fransiskus sendiri menopangnya dengan bahunya. Pada waktu pagi, Paus langsung memberikan restu kepada Fransiskus tanpa banyak bicara.
Lagi-lagi Ordo Benediktin menunjukkan perhatiannya kepada Fransiskus dan kawan-kawannya. Kapela Maria Ratu para Malaekat di Portiuncula, milik para rahib Benediktin, kira-kira dua mil jauhnya dari kota Asisi, diserahkan kepada Fransiskus oleh Abbas Ordo Benediktin. Fransiskus gembira sekali. Ia mulai mendirikan pondok-pondok kecil dari kayu di sekitar kapela itu sebagai tempat tinggal mereka yang pertama. Kemudian Chiusi, seorang tuan tanah di daerah itu, memberikan kepadanya sebidang tanah di atas bukit La Verna, di bilangan bukit-bukit Tuscan. La Verna kemudian dijadikannya sebagai tempat berdoa dan bermeditasi.  Semangat kerasulannya mulai membara dari hari ke hari. Dalam hatinya mulai tumbuh keinginan besar untuk mempertobatkan orang­orang Muslim di belahan dunia Timur. Ia mulai menyusun rencana perjalanan ke Timur. Pada musim gugur tahun 1212, ia bersama seorang kawannya berangkat ke Syria. Tetapi nasib sial menghadang mereka di pertengahan jalan. Kapal yang mereka tumpangi karam dan mereka terpaksa kembali lagi ke Italia. Tetapi ia tidak putus asa. Ia mencoba lagi dan kali ini ia mau pergi ke Maroko melalui Spanyol. Tetapi sekali lagi niatnya tidak bisa terlaksana karena ia jatuh sakit. Pada bulan Juni 1219, ia sekali lagi berangkat ke belahan dunia Timur bersama 12 orang temannya. Mereka mendarat di Damaieta, delta sungai Nil, Mesir. Di sana mereka menggabungkan diri dengan pasukan Perang Salib yang berkemah di sana. Nasib sial menimpa dirinya lagi. Ia ditawan oleh Sultan Mesir. Saat itu menjadi suatu peluang baik baginya untuk berbicara dengan Sultan Islam itu. Sebagai tawanan ia minta izin untuk berbicara dengan Sultan Mesir. Ia. berharap dengan pertemuan dan pembicaraan dengan Sultan, ia dapat mempertobatkannya. Sultan menerima dia dengan baik sesuai adat sopan santun ketimuran. Namun pertemuan itu sia-sia saja. Sultan tidak bertobat dan menyuruhnya pulang kepada teman-temannya di perkemahan setelah mendengarkan kotbahnya.
Setelah beberapa lama berada di Tanah Suci, Fransiskus dipanggil pulang oleh komunitasnya. Selama beberapa tahun, ia berusaha menyempurnakan aturan hidup komunitasnya. Selain itu ia mendirikan lagi Ordo Ketiga Fransiskan. Ordo ini dikhususkan bagi umat awam yang ingin mengikuti cara hidup dan ajarannya sambil tetap mengemban tugas sebagai bapa-ibu keluarga atau tugas-tugas lain di dalam masyarakat. Para anggotanya diwajibkan juga untuk mengikrarkan kaul kemiskinan dan kesucian hidup. Kelompok ini lazim disebut kelompok "Tertier". Tugas pokok mereka ialah melakukan perbuatan-perbuatan baik di dalam keluarga dan masyarakat dan mengikuti cara hidup Fransiskan tanpa menarik diri dari dunia.
Ordo Fransiskan ini berkembang dengan pesat dan menakjubkan. Dalam waktu relatif singkat komunitas Fransiskan bertambah banyak jumlahnya di Italia, Spanyol, Jerman dan Hungaria. Pada tahun 1219 anggotanya sudah 5000 orang. Melihat perkembangan yang menggembirakan ini maka pada tahun 1222, Paus Honorius III (1216-1227) secara resmi mengakui komunitas religius Fransiskan beserta aturan hidupnya.
Pada tahun 1223, Fransiskus merayakan Natal di daerah Greccio. Upacara malam Natal diselenggarakan di luar gereja. Dia rnenghidupkan kembali gua Betlehem dengan gambar-gambar sebesar badan. Penghormatan kepada Kanak-kanak Yesus yang sudah menjadi suatu kebiasaan Gereja dipopulerkan oleh Fransiskus bersama para pengikutnya.
Pada umur 43 tahun ketika sedang berdoa di bukit La Verna sekonyong-konyong terasa sakit di badannya dan muncul di kaki dan tangan serta lambungnya luka-luka yang sama seperti luka-luka Yesus. Itulah 'stigmata' Fransiskus. Luka-luka itu tidak pernah hilang sehingga menjadi sumber rasa sakit dan kelemahan tubuhnya. Semenjak peristiwa ajaib itu, Fransiskus mulai mengenakan sepatu dan mulai menyembunyikan tangan-tangannya di balik jubahnya.
Fransiskus dikagumi orang-orang sezamannya bahkan hingga kini karena berbagai karunia luar biasa yang dimilikinya. Ia dijuluki "Sahabat alam semesta" karena cintanya yang besar dan dalam terhadap alam ciptaan Tuhan. Semua ciptaan menggerakkan jiwanya untuk bersyukur kepada Tuhan dan memuliakan keagunganNya. Seluruh alam raya beserta isinya benar-benar berdamai dengan Fransiskus. Ia dapat berbincang-bincang dengan semua ciptaan seperti layaknya dengan manusia. Semua disapanya sebagai 'saudara': saudara matahari, saudari bulan, saudara burung-burung, dll.  Ia benar-benar menjadi sahabat alam dan binatang.
Lama kelamaan kesehatannya semakin menurun dan pandangan matanya mulai kabur. Dalam kondisi itu, ia menyusun karyanya yang besar "Gita Sang Surya." Salah satu kidung di dalamnya, yang melukiskan tentang 'keindahan saling mengampuni' dipakainya untuk mendamaikan Uskup dengan Penguasa Asisi yang sedang bertikai. Ia diminta untuk mendamaikan keduanya. Untuk itu ia menganjurkan agar perdamaian itu dilakukan di halaman istana uskup bersama beberapa imam dan pegawai kota. Ia sendiri tidak ikut serta dalam pertemuan perdamaian itu. Namun ia mengutus dua orang rekannya ke sana dengan instruksi untuk menyanyikan lagu "Gita Sang Surya", yang telah ia tambahi dengan satu bagian tentang 'keindahan saling mengampuni'. Ketika mendengar nyanyian yang dibawakan dengan begitu indah oleh dua orang biarawan Fransiskan itu, Uskup dan Penguasa Asisi itu langsung berdamai tanpa banyak bicara.
Menjelang tahun-tahun terakhir hidupnya, ia mengundurkan diri. Sebab, di antara saudara-saudarariya seordo terjadilah selisihpaham mengenai penghayatan hidup miskin seperti yang dicintai dan dihayatinya sendiri. Pada tanggal 3 Oktober 1226 dalam umur 44 tahun, Fransiskus meninggal dunia di kapela Portiuncula. Dua tahun berikutnya, ia langsung dinyatakan 'kudus' oleh Gereja.
Fransiskus adalah orang kudus besar yang dikagumi Gereja dan seluruh umat hingga kini. Kebesarannya terletak pada dua hal berikut: kegembiraannya dalam hidup yang sederhana, menderita lapar dan sakit, dan pada cintanya yang merangkul seluruh ciptaan. Ketika Gereja menjadi lemah dan sakit karena lebih tergiur dengan kekayaan dan kekuasaan duniawi, Fransiskus menunjukkan kembali kekayaan iman Kristen dengan menghayati sungguh-sungguh nasehat-nasehat dan cita-cita Injil yang asli: kerendahan hati, kemiskinan dan cinta.!

Santo Kuintinus, Martir
Tak ada banyak cerita tentang kehidupan masa muda Kuintinus. Yang diketahui hanyalah bahwa Kuintinus, yang disebut juga Kuentin, adalah seorang martir abad ketiga yang dibunuh karena giat mewartakan Injil kepada orang-orang kafir.
Menurut legenda, ia bersama Santo Lusianus dari Beauvais berangkat dari Roma ke Prancis untuk mewartakan Injil di sana. Sesampai di Prancis mereka berpisah di kota Amiens. Kuintinus tetap tinggal di Amiens dan giat mewartakan Injil kepada penduduk kota itu. Kotbah dan caranya mengajar sangat menarik sehingga ia berhasil mentobatkan banyak orang, dan mempermandikan mereka. Tetapi keberhasilannya itu menyebabkan ketidakpuasan penguasa setempat. Ia ditangkap lalu dipenjarakan. Konon ia dibebaskan secara ajaib oleh seorang malaekat Tuhan dan kembali giat mengajar para pengikutnya. Beberapa hari kemudian ia ditangkap lagi dan dibawa ke kota yang sekarang dinamakan kota Sint Kuentin, Prancis. Di sana ia dipenggal kepalanya pada tahun 570.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-10-03 Kamis.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVI

Kamis, 3 Oktober 2024



Bacaan Pertama
Ayb 19:21-27

"Aku tahu bahwa penebusku hidup."

Pembacaan dari Kitab Ayub:

Ayub berkata,
"Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku,
karena tangan Allah telah menimpa aku.
Mengapa kalian mengejar aku, seakan-akan Allah,
dan tidak kenyang-kenyang makan dagingku?
Ah, kiranya perkataanku ditulis dan dicatat dalam kitab;
sekiranya perkataanku dipahat dengan besi pengukir dan timah
pada gunung batu untuk selama-lamanya!
Tetapi aku tahu bahwa Penebusku hidup,
dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.
Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak,
tanpa daging pun aku akan melihat Allah,
Aku sendiri akan melihat Dia memihak kepadaku;
mataku sendiri yang akan menyaksikan-Nya dan bukan orang lain.
Hati sanubariku merana karena rindu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 27:7-9c.13-14,R:13

Refren: Aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan
di negeri orang-orang yang hidup.

*Dengarlah, ya Tuhan, seruan yang kusampaikan,
kasihanilah aku dan jawablah aku!
Wajah-Mu kucari, ya Tuhan,
seturut firman-Mu, "Carilah wajah-Ku!"

*Janganlah menyembunyikan wajah-Mu dari padaku,
janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka.
Engkaulah pertolonganku, ya Allah penyelamatku,
janganlah membuang aku, dan janganlah meninggalkan daku.

*Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan
di negeri orang-orang yang hidup!
Nantikanlah Tuhan!
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!
Ya, nantikanlah Tuhan!



Bait Pengantar Injil
Mrk 1:15

Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.



Bacaan Injil
Luk 10:1-12

"Semoga damaimu menyertai dia."

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu,
Tuhan menunjuk tujuh puluh dua murid.
Ia mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya
ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.
Berkatalah Ia kepada mereka,
"Tuaian banyak, tetapi pekerjanya sedikit!
Sebab itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian,
supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja ke tuaian itu.
Pergilah!  Camkanlah, Aku mengutus kalian seperti anak domba
ke tengah-tengah serigala.
Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut,
dan janganlah memberi salam kepada siapa pun
selama dalam perjalanan.
Kalau memasuki suatu rumah,
katakanlah lebih dahulu, 'Damai sejahtera bagi rumah ini.'
Dan jika di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera,
maka salammu itu akan tinggal padanya.
Tetapi jika tidak, maka salammu kembali kepadamu.
Tinggallah dalam rumah itu,
makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu,
sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.

Janganlah berpindah-pindah rumah.
Jika kalian masuk ke dalam sebuah kota dan diterima di situ,
makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,
dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ.
Dan katakanlah kepada mereka, 'Kerajaan Allah sudah dekat padamu.'

Tetapi jika kalian masuk ke dalam sebuah kota
dan tidak diterima di situ,
pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah,
'Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami,
kami kebaskan di depanmu.
Tetapi ketahuilah ini: 'Kerajaan Allah sudah dekat.'

Aku berkata kepadamu,
pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya
dari pada kota itu."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Yesus mengutus 70 murid-Nya mendahului Yesus ke setiap kota yang hendak dikunjungi-Nya.
Tentu saja Yesus membekali para murid-Nya itu dengan kuasa untuk mengusir setan, menyembuhkan yang sakit dan sebagainya.
Kuasa Ilahi itu diperlukan karena tugas perutusan itu ibarat mengutus anak domba ke tengah-tengah kawanan serigala.
Tanpa kuasa itu, tugas perutusan tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil.

Kuasa Ilahi yang diberikan melalui perantaraan Yesus itu tentulah tidak dapat digunakan secara semena-mena, tidak dapat digunakan untuk memaksa-maksa orang apalagi sampai menganiaya orang.
Tujuan utamanya adalah agar orang-orang menyadari kalau Kerajaan Allah sudah dekat lalu mereka mau bertobat, maka Damai Sejahtera Kristus pun akan memenuhi hidup mereka.

Kita juga dipanggil untuk diutus.
Tuaian banyak tetapi pekerjanya sedikit.
Maka marilah kita jawab panggilan Tuhan, menjadi saksi Kristus dan mewartakan Kerajaan Surga.
Marilah kita terima kuasa yang berasal dari Allah Bapa kita yang di Surga, dan marilah kita pergunakan kuasa tersebut dengan sebaik-baiknya demi memuliakan Allah Bapa.
Lupakan kepentingan diri sendiri, minimal menomer-duakannya.



Peringatan Orang Kudus
Santo Fransiskus Borgia, Pengaku Iman
Fransiskus lahir di Spanyol pada tanggal 28 Oktober 1510, Putera bangsawan tinggi Italia ini masih mempunyai hubungan darah dengan keluarga Kerajaan Spanyol. Ayah neneknya adalah Paus Alexander VI (1492-1503), yang sebelum dipilih menjadi Paus sudah mempunyai beberapa anak. Ia adalah putera sulung dari pasangan Juan Borgia, pangeran dari Gandia dan Yohanna dari Aragon. Setelah dididik di dalam istana Kaisar Karel V, ia dinobatkan menjadi Raja Muda Katalonia. Se­bagai penguasa yang beragama Kristen, ia tampil bijaksana dan saleh. Ia menunjukkan teladan hidup yang baik kepada rakyatnya sesuai keutamaan Kristiani. Ia bersikap tegas terhadap semua bangsawan yang korup. Oleh karena itu banyak orang tidak menyukai dia.
Ketika Ratu Isabela meninggal dunia, jenazahnya harus dibawa ke Granada. Raja Muda Fransiskus Borgia ditugaskan untuk mengawal jenazah itu. Sebelum dimasukkan ke liang lahat peti jenazah harus dibuka untuk membuktikan bahwa jenazah ratulah yang akan dimakamkan. Ketika peti jenazah dibuka, Fransiskus hampir pingsan oleh bau busuk yang sangat menusuk hidung. Ia menyaksikan kehancuran mayat ratu yang dulu begitu cantik, bahkan dipujanya. Sejak itu ia berjanji untuk tidak lagi mengabdi seorang raja duniawi, yang dapat mati dan hancur tubuhnya. Ia bertekad menyerahkan dirinya kepada Tuhan sambil berjanji akan merobah cara hidupnya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Tatkala isterinya meninggal dunia pada tahun 1546, ia memutuskan masuk Serikat Yesus. Segala hartanya diwariskan kepada anaknya yang sulung. Di dalam Serikat Yesus, Fransiskus ditahbiskan menjadi imam pada usia 41 tahun. Cara hidupnya sederhana dan lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang dianggap hina oleh banyak orang. Imam Fransiskus dikenal saleh. Kotbah-kotbahnya sangat menyentuh hati umat sehingga dapat membawa kembali banyak orang kepada pertobatan.
Keberhasilannya menarik hati Ignasius Loyola, pendiri Serikat Yesus. Oleh karena itu ia ditunjuk menjadi pembesar Yesuit di Spanyol. Empat tahun kemudian ia menggantikan Ignasius Loyola sebagai pemimpin tertinggi Serikat Yesus. Ia sangat berjasa pada Universitas Gregoriana. Cita-citanya sebagai pemimpin Serikat Yesus ialah menjiwai ordonya dengan semangat hidup Ignasius serta memperluas wilayah apostolatnya ke seluruh dunia. Banyak imam Yesuit dikirimnya ke luar negeri seperti ke Polandia, Mexico, Peru dan Brasilia. Jumlah kolese diperbanyak untuk mendidik kader-kader yang dapat melanjut­kan karya Gereja. Ketika berusia 61 tahun, ia mendapat tugas dari Paus Pius V (1566-1572) untuk mempersatukan para raja Kristen guna menghadapi ancaman bangsa Turki yang Islam atas wilayah-wilayah Kristen. Fransiskus Borgia akhirnya wafat karena sakit pada tanggal 30 September 1572. Jenazahnya dimakamkan di Madrid, Spanyol. Pada tahun 1931 makam itu dirusak dan dibakar oleh kaum atheis.

Santo Ewaldus Bersaudara, Martir
Kedua bersaudara ini dikenal sebagai bangsawan Inggris. Mereka mempunyai ciri khas masing-masing. Ewaldus pertama berambut hitam, emosional tetapi ahli Kitab Suci; sedangkan Ewaldus kedua berambut pirang, berperangai tenang dan pragmatis.
Mereka masuk Ordo Benediktin dan ditahbiskan menjadi imam. Bersama Santo Willibrodus, keduanya berkarya sebagai misionaris. Mula-mula mereka berkarya di Antwerpen, Belgia. Dari sana mereka melancarkan pewartaan Injil kepada suku-suku bangsa yang masih kafir di wilayah-wilayah sekitar. Semangat mereka untuk mempertobatkan bangsa-bangsa kafir mendesak keduanya mewartakan Injil diantara orang-orang Sakson yang masih kafir tulen. Di tepi sungai Lippe, mereka diterima baik oleh kepala suku itu dengan penuh tanda tanya.
Kedatangan mereka diketahui oleh seluruh penduduk dengan penuh kecemasan dan kecurigaan. Mereka dicurigai sebagai orang-orang jahat yang membahayakan kemerdekaan bangsa Sakson. Oleh karena itu, keduanya diserang dan dipukuli dengan pentung. Ewaldus kedua yang tenang itu menemui ajalnya ketika itu juga; sedangkan Ewaldus pertama yang emosional itu tidak mau menyerah begitu saja. Ia masih berbicara untuk menerangkan maksud utama kedatangan mereka. Namun usahanya ini sia-sia. Ia bahkan disiksa lebih ngeri lagi hingga mati. Peristiwa ini terjadi pada tahun 692.
Gereja menghormati kedua bersaudara ini sebagai misionaris martir yang mati terbunuh dalam karya pewartaannya di kalangan orang-orang kafir.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/


Liturgia Verbi 2024-10-02 Rabu.

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVI

Rabu, 2 Oktober 2024

PW Para Malaikat Pelindung



Bacaan Pertama
Kel 23:20-23a

"Malaikat-Ku akan berjalan di depanmu."

Pembacaan dari Kitab Keluaran:

Inilah firman Tuhan,
"Sungguh, Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu,
untuk melindungi engkau di jalan
dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan.
Jagalah dirimu di hadapannya
dan dengarkanlah perkataannya,
janganlah engkau mendurhaka kepadanya,
sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya,
sebab nama-Ku ada di dalam dia.
Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya,
dan melakukan segala yang Kufirmankan,
maka Aku akan menggempur musuhmu, dan menang atas lawanmu.
Sebab malaikat-Ku akan berjalan di depanmu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 91:1-2.3-4.5-6.10-11,R:11

Refren: Semoga doaku sampai ke hadirat-Mu, ya Tuhan.

*Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi
dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa
akan berkata kepada Tuhan,
"Tuhanlah tempat perlindungan dan kubu pertahananku,
Allahku, yang kupercayai."

*Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau
dari jerat penangkap burung,
dari penyakit sampar yang busuk.
Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau,
di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung,
kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.

*Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam,
terhadap panah yang terbang di waktu siang,
terhadap penyakit sampar yang menjalar di dalam gelap,
terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.

*Malapetaka tidak akan menimpa kamu,
dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu;
sebab malaikat-malaikat akan diperintahkan-Nya
untuk menjaga engkau di segala jalanmu.



Bait Pengantar Injil
Mzm 103:21

Pujilah Tuhan, hai segala tentara-Nya,
muliakanlah Dia,
hai para hamba yang melakukan kehendak-Nya.



Bacaan Injil
Mat 18:1-5.10

"Malaikat mereka di surga selalu memandang
wajah Bapa-Ku di surga."

Inilah Injil Suci menurut Matius:

Sekali peristiwa,
datanglah murid-murid kepada Yesus dan bertanya,
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?"
Maka Yesus memanggil seorang anak kecil
dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata,
"Aku berkata kepadamu:
Sungguh, jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini,
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri
dan menjadi seperti anak kecil ini,
dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.
Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku,
ia menyambut Aku.
Ingatlah,
jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini.
Karena Aku berkata kepadamu:
Malaikat mereka ada di surga,
dan selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga."

Demikianlah sabda Tuhan.




Renungan Injil
Janganlah orang dewasa menganggap remeh anak kecil.
Anak kecil itu lebih mudah menjadi percaya ketimbang orang dewasa.
Iman mereka mudah tumbuh dan berkembang.
Itulah alasannya penanaman iman sebaiknya dilakukan sejak masih kanak-kanak.
Anak-anak itu tidak bisa berbohong; orang dewasalah yang telah membuat mereka menjadi pandai berbohong; orang dewasalah yang telah mengajari mereka bagaimana caranya berbohong.

Yesus tentu tidak meminta kita untuk kembali ke masa kanak-kanak, menjadi cengeng dan kekanak-kanakan.
Yesus mau kita menjadi mudah percaya kepada Yesus,  membangun iman, harapan dan kasih di dalam Kristus Yesus, serta menjadi bodoh dalam hal berbuat dosa.

Semua anak-anak akan menjadi dewasa, tak satu pun yang tidak.
Anak-anak tumbuh menjadi dewasa secara jasmani, bertambah tinggi dan muncul tanda-tanda fisik dewasa.
Apakah iman yang telah dibangun sejak kanak-kanak juga bertumbuh seiring dengan pertumbuhan jasmani?
Jangan-jangan imannya malah semakin mengkeret dan akhirnya sirna, dan malaikat yang tadinya mendampingi sambil memandang wajah Bapa di Surga pun mungkin sudah pergi entah kemana.
Bukankah sudah sepantasnya orang dewasa memiliki iman yang lebih dewasa ketimbang iman anak-anak?



Peringatan Orang Kudus
Pesta Para Malaekat Pelindung
Gereja percaya bahwa Tuhan Allah memberikan kepada setiap orang beriman seorang malaekat pelindung. Kepercayaan akan perlindungan malaekat sebagai utusan Allah sudah ada semenjak Perjanjian lama.
Bacaan pertama dalam Misa Kudus hari ini menunjukkan bahwa Tuhan memberikan malaekatNya sebagai pelindung dan penasehat bangsa Yahudi: "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaekat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. . . "(Kel 23:22 dst). Bangsa Yahudi harus selalu mendengarkan dia agar bisa selamat. Dalam Injil, Yesus mengatakan: "Ingatlah, janganlah menganggap rendah seorang dari anak­anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaekat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapakKu yang di sorga" (Mat 18: 10).
Setiap kita mempunyai seorang malaekat pelindung. Ia bertugas melindungi, membimbing dan mempersembahkan doa dan karya-karya kita kepada Allah. Kita harus selalu menghormati malaekat pelindung kita, karena dialah sahabat kita yang ditugaskan Tuhan untuk mendampingi kita dalam hidup ini.

Santo Leger atau Lutgar, Martir
Leger lahir pada tahun 616. Imam saleh ini kemudian ditahbiskan menjadi Uskup kota Autun, Prancis. Sebagai Uskup ia giat membaharui cara hidup umatnya mengikuti nasehat-nasehat Kristus. Keberhasilan karyanya dan pengaruhnya yang besar di kalangan umat sangat mengkuatirkan penguasa kerajaan. Oleh karena itu ia ditangkap dan disiksa secara keji. Akhirnya matanya dibutakan, lidahnya dipotong. Beberapa tahun kemudian kepalanya dipenggal oleh wakil raja. Leger dihormati sebagai santo pelindung orang sakit mata. Peristiwa keji atas dirinya terjadi pada tahun 680.



https://liturgia-verbi.blogspot.com/