Liturgia Verbi (C-I)
Hari Biasa, Pekan Biasa XXII
Senin, 1 September 2025
Ujud Gereja Universal: Hubungan kita dengan semua ciptaan.
Semoga kita, terinspirasi oleh Santo Fransiskus Asisi, menyadari keterkaitan kita dengan semua ciptaan yang dikasihi Allah, dan mengalami cinta serta penghargaan.
Ujud Gereja Indonesia: Para narapidana Kristiani.
Semoga para narapidana Kristiani memperoleh layanan yang dapat membantu mereka untuk menemukan gambaran Allah Yang Maha Rahim dan penuh cinta, sehingga mereka tergerak memperbaiki dan mengembangkan diri terus- menerus.
Bacaan Pertama
1Tes 4:13-17a
"Mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan oleh Allah bersama dengan Yesus."
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:
Saudara-saudara,
Kami ingin agar kalian mengetahui
tentang orang-orang yang sudah meninggal dunia,
supaya kalian jangan berdukacita
seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
Karena kalau kita percaya bahwa Yesus telah wafat dan bangkit,
maka kita percaya juga
bahwa semua orang yang telah meninggal dunia dalam Yesus
akan dikumpulkan oleh Allah bersama dengan Yesus.
Hal ini kami katakan kepadamu seturut sabda Allah ini.
Kita yang hidup dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan,
sekali-kali takkan mendahului mereka yang sudah meninggal.
Sebab pada waktu tanda diberikan,
yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru
dan sangkakala Allah berbunyi,
Tuhan sendiri akan turun dari surga.
Dan mereka yang telah meninggal dalam Kristus Yesus
akan lebih dahulu bangkit.
sesudah itu kita yang hidup dan masih tinggal,
akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan
menyongsong Kristus di angkasa.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 96:1.3.4-5.11-12.13,R:13
Refren: Tuhan akan datang menghakimi dunia dengan adil.
*Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan,
menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi!
Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa
Kisahkanlah karya-karya-Nya yang ajaib di antara segala suku.
*Sebab mahabesarlah Tuhan dan sangat terpuji,
Ia lebih dahsyat daripada segala dewata.
Sebab segala allah para bangsa adalah hampa,
tetapi Tuhan, Dialah yang menjadikan langit.
*Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai,
biar gemuruhlah laut serta segala isinya;
biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya
dan segala pohon di hutan bersorak-sorai,
*Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang,
sebab Ia datang untuk menghakimi bumi.
Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan,
dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.
Bait Pengantar Injil
Luk 4:18
Roh Tuhan menyertai aku;
Aku diutus Tuhan mewartakan kabar baik
kepada orang-orang miskin.
Bacaan Injil
Luk 4:16-30
"Aku diutus menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.
Tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya."
Inilah Injil Suci menurut Lukas:
Sekali peristiwa datanglah Yesus di Nazaret, tempat Ia dibesarkan.
Seperti biasa, pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat.
Yesus berdiri hendak membacakan Kitab Suci.
Maka diberikan kepada-Nya kitab nabi Yesaya.
Yesus membuka kitab itu dan menemukan ayat-ayat berikut,
"Roh Tuhan ada pada-Ku.
Sebab Aku diurapi-Nya
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.
Dan Aku diutus-Nya
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
penglihatan kepada orang-orang buta,
serta membebaskan orang-orang yang tertindas;
Aku diutus-Nya memberitakan
bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang."
Kemudian Yesus menutup kitab itu
dan mengembalikannya kepada pejabat, lalu duduk;
lalu Ia duduk
dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
Kemudian Yesus mulai mengajar mereka, kata-Nya,
"Pada hari ini genaplah ayat-ayat Kitab Suci itu
pada saat kalian mendengarnya."
Semua orang membenarkan Yesus.
Mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya.
Lalu kata mereka, "Bukankah Dia anak Yusuf?"
Yesus berkata,
"Tentu kalian akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku,
'Hai Tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri.
Perbuatlah di sini, di tempat asal-Mu ini,
segala yang kami dengar telah terjadi di Kapernaum!"
Yesus berkata lagi, "Aku berkata kepadamu:
Sungguh, tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar,
'Pada zaman Elia terdapat banyak wanita janda di Israel
ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan
dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka,
melainkan kepada seorang wanita janda di Sarfat, di tanah Sidon.
Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel
tetapi tiada seorang pun dari mereka yang ditahirkan,
selain Naaman, orang Siria itu."
Mendengar itu sangat marahlah semua orang di rumah ibadat itu.
Mereka bangkit lalu menghalau Yesus ke luar kota,
dan membawa Dia ke tebing gunung tempat kota itu terletak,
untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
Tetapi Yesus berjalan lewat tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Yesus datang ke rumah ibadat di Nazaret, kampung halamannya sendiri. Di sana Ia membacakan Kitab Nabi Yesaya dan menegaskan bahwa nubuat itu telah tergenapi pada diri-Nya. Pada awalnya, semua yang hadir takjub akan perkataan-Nya. Namun, kekaguman itu tidak bertahan lama. Begitu mereka menyadari bahwa yang berbicara adalah Yesus, anak Yusuf yang mereka kenal sejak kecil, hati mereka berbalik menjadi ragu, bahkan marah. Mereka sulit menerima bahwa seorang yang berasal dari tengah-tengah mereka bisa menjadi utusan Allah. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya."
Pengalaman Yesus ini mengingatkan kita akan kecenderungan manusia yang menilai bukan pada kebenaran isi pesan, melainkan pada siapa yang menyampaikannya. Kita mungkin lebih mudah percaya kalau sesuatu disampaikan oleh seorang tokoh besar, seorang pemimpin terkenal, atau orang yang kita anggap berwibawa. Sebaliknya, kita gampang meremehkan kalau pesan yang sama datang dari orang sederhana, apalagi dari orang yang kita kenal baik kesehariannya. Padahal, kebenaran tetaplah kebenaran, siapa pun yang menyampaikannya.
Hal ini juga berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam keluarga, seringkali orangtua tidak mudah percaya pada anaknya, sekalipun anak itu jujur. Atau sebaliknya, anak tidak menaruh percaya pada orangtuanya, sehingga mudah terjadi konflik. Demikian pula dalam relasi suami-istri, tanpa dasar saling percaya, hubungan akan mudah retak.
Iman kita kepada Tuhan juga bertumpu pada kepercayaan. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika meneguhkan, agar kita tidak berdukacita seperti orang yang tidak mempunyai pengharapan. Sebab, dasar iman kita adalah percaya bahwa Yesus telah wafat dan bangkit, dan karena itu, kita pun akan dibangkitkan bersama Dia [1Tes 4:13-17a]. Dengan percaya kepada Injil, kita dimampukan menerima kebenaran yang mungkin sulit dimengerti akal sehat kita, tetapi justru itulah yang membawa keselamatan.
Maka, marilah kita belajar untuk percaya. Percaya kepada sesama, sehingga relasi kita dibangun dalam kasih yang sehat. Percaya kepada Injil, sehingga kita tidak mengubah-ubah isinya agar sesuai dengan selera kita, tetapi justru membiarkan diri kita diubah oleh kebenaran Injil. Dan yang terpenting, percaya penuh kepada Kristus, sebab hanya dalam Dialah hidup kita mendapat pengharapan dan keselamatan.
Peringatan Orang Kudus
Santo Pedro Armengol (1238-1304)
Pedro dikenal sebagai perampok ulung. Namun tiba-tiba ia bertobat dan masuk biara. Pedro menawarkan diri sebagai sandera untuk ditukar dengan 18 anak Kristen yang ditahan orang Muslim di Aljazair. Karena giat merasul di kawasan Islam ini, ia dihukum mati; akan tetapi secara ajaib, Pedro terbebas dari maut.
Santa Verena (350)
Wanita Mesir ini mengikuti legiun Thebais ke suatu garnisun baru di Swiss. Hingga akhir hidupnya ia berbuat amal dan bermatiraga. Ia dihormati sebagai santa pelindung para pelayan perempuan di pastoran.
Ruth (abad 11 seb. M.)
Wanita Moab ini dikenal dalam kaitannya dengan keluarga Elimelekh, sebuah keluarga Israel dari Betlehem, daerah Yehuda. Konon pada zaman pemerintahan hakim-hakim terjadilah kelaparan hebat di tanah Israel. Elimelekh bersama Naomi, isterinya dan kedua anaknya Mahlon dan Kilyon mengungsi ke Moab sebagai orang asing.
Sepeninggal Elimelekh, Mahlon dan Kilyon menikah dengan perempuan-perempuan Moab. Mahlon dengan Orpa, sedang Kilyon dengan Ruth. Sayang sekali bahwa Mahlon dan Kilyon kemudian meninggal dunia. Dengan demikian tinggallah Naomi bersama kedua menantunya Orpa dan Ruth.
Ketika didengar bahwa Tuhan telah membebaskan umatNya Israel dari kelaparan, pulanglah Naomi ke Betlehem, Yehuda bersama kedua menantunya. Di sana Ruth bertemu dan menikah dengan Boaz, saudara Elimelekh. Perkawinan Levirat ini adalah sah menurut hukum Israel demi melanjutkan keturunan Naomi. Ruth dan Boaz memperanakkan Obed, ayah dari Yesse, yang menjadi ayah dari Daud, Raja terbesar Israel. Dengan demikian Ruth dikenal sebagai leluhur Raja Daud dan Yesus Kristus yang lahir dari keturunan Daud (Mat 1: 5).