Liturgia Verbi (C-I)
HR SP Maria Diangkat Ke Surga
Minggu, 10 Agustus 2025
Bacaan Pertama
Why 11:19a;12:1-6a.10ab
"Seorang perempuan berselubungkan matahari
dengan bulan di bawah kakinya."
Pembacaan dari Kitab Wahyu:
Aku, Yohanes, melihat Bait Suci Allah yang di surga,
dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu.
Lalu tampaklah suatu tanda besar di langit:
Seorang perempuan berselubungkan matahari,
dengan bulan di bawah kakinya,
dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.
Ia sedang mengandung.
Dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan,
ia berteriak kesakitan.
Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit:
Seekor naga merah padam yang besar,
berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh,
dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.
Ekornya menyapu sepertiga dari bintang-bintang di langit
dan melemparkannya ke atas bumi.
Naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu,
untuk menelan Anaknya,
segera sesudah perempuan itu melahirkannya.
Dan perempuan itu melahirkan seorang Anak laki-laki,
yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi.
Tetapi tiba-tiba Anak itu direngut dan dibawa lari
kepada Allah dan ke hadapan takhta-Nya.
Lalu perempuan itu lari ke padang gurun,
di mana Allah telah menyediakan suatu tempat baginya.
Kemudian aku mendengar suara yang nyaring di surga,
"Sekarang telah tiba keselamatan,
kuasa dan pemerintahan Allah kita!
Sekarang telah tiba kekuasaan Dia yang diurapi Allah!
Sebab para pendakwa
yang siang malam mendakwa saudara-saudara kita di hadapan Allah,
telah dilemparkan ke bawah!"
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 45:10c-12.16,R:10d
Refren: Di sebelah kananmu berdiri permaisuri
berpakaian emas dari Ofir.
*Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu,
lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu!
Biarlah raja menjadi bergairah karena keelokanmu,
sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!
*Dengan sukacita dan sorak-sorai mereka dibawa,
mereka masuk ke dalam istana raja.
Bacaan Kedua
1Kor 15:20-26
"Kristus sebagai buah sulung,
sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya"
Pembacaan dari Surat pertama Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudara,
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati,
sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia,
demikian juga
kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
Karena sama seperti semua orang mati
dalam persekutuan dengan Adam,
demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali
dalam persekutuan dengan Kristus.
Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya:
Kristus sebagai buah sulung;
sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya
pada waktu kedatangan-Nya.
Kemudian tibalah kesudahannya,
yaitu bilamana Kristus menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa,
sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan,
kekuasaan dan kekuatan.
Karena Kristus harus memegang pemerintahan sebagai Raja
sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
Musuh yang terakhir, yang Ia binasakan ialah maut.
Demikianlah sabda Tuhan.
Bait Pengantar Injil
Maria diangkat ke surga,
para malaikat bersukacita.
Bacaan Injil
Luk 1:39-56
"Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku
dan meninggikan orang-orang yang rendah."
Inilah Injil Suci menurut Lukas:
Beberapa waktu sesudah kedatangan malaikat Gabriel,
bergegaslah Maria ke pegunungan
menuju sebuah kota di Yehuda.
Ia masuk ke rumah Zakharia
dan memberi salam kepada Elisabet.
Ketika Elisabet mendengar salam Maria,
melonjaklah anak yang di dalam rahimnya,
dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus,
lalu berseru dengan suara nyaring,
"Diberkatilah engkau di antara semua wanita,
dan diberkatilah buah rahimmu.
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
Sebab sesungguhnya,
ketika salammu sampai kepada telingaku,
anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
Sungguh, berbahagialah dia yang telah percaya,
sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana."
Lalu kata Maria,
"Jiwaku memuliakan Tuhan,
dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.
Sesungguhnya,
mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku,
dan nama-Nya adalah kudus.
Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya,
dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya,
dan meninggikan orang-orang yang rendah;
Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar,
dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
Ia menolong Israel, hamba-Nya,
karena Ia mengingat rahmat-Nya,
seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita,
kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya."
Kira-kira tiga bulan lamanya
Maria tinggal bersama dengan Elisabet,
lalu pulang ke rumahnya.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan Injil
Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga sejatinya dirayakan setiap hari Minggu terdekat dari tanggal 15 Agustus dengan tujuan agar lebih banyak umat yang turut merayakannya. Namun, karena tahun ini hari Minggu terdekat, 17 Agustus, bertepatan dengan Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia, maka Gereja merayakannya pada hari ini, 10 Agustus 2025.
Bacaan pertama dari Kitab Wahyu menyatakan bahwa terbukalah Bait Suci Allah di surga, dan tampaklah tabut perjanjian-Nya. Lalu tampaklah tanda besar di langit: seorang perempuan berselubungkan matahari, bulan di bawah kakinya, dan mahkota dua belas bintang di kepalanya. Perempuan itu sedang mengandung dan berteriak kesakitan hendak melahirkan. Gambaran ini dikenakan pada Bunda Maria, yang mengandung dan melahirkan Yesus, Sang Penyelamat dunia, dan yang kini dimuliakan di surga.
Sementara itu, bacaan kedua dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus mengingatkan kita bahwa Kristuslah yang pertama-tama dibangkitkan dari antara orang mati, dan sesudah itu, semua orang yang menjadi milik-Nya akan dibangkitkan pada saat kedatangan-Nya kembali. Kristus telah mengalahkan semua musuh-Nya, dan musuh terakhir yang dibinasakan ialah maut. Bunda Maria adalah yang pertama-tama mengalami janji kemenangan ini secara penuh, karena sejak awal ia sudah bersih dari dosa asal dan tetap setia sampai akhir.
Minggu ini kita diajak belajar tentang kesempurnaan iman, terutama dari teladan Bunda Maria. Karena kesempurnaan sebagai seorang wanita dan ibu, kita meyakini bahwa Bunda Maria diangkat ke Surga dengan jiwa dan raganya. Tidak ada singgah di api penyucian, sebab tak ada secuil pun noda dosa yang perlu dimurnikan. Ia adalah Bunda bagi segala bangsa, teladan kesucian dan kepasrahan yang tak tertandingi.
Bagi kita, mencapai kesempurnaan iman seperti itu terasa nyaris mustahil. Sejak lahir, kita membawa dosa asal, dan dalam perjalanan hidup sering jatuh dalam dosa. Namun, jangan patah semangat. Kesempurnaan yang sulit itu menjadi mungkin jika kita membuka diri pada pertolongan Tuhan. Allah yang Mahakuasa mampu melakukan perbuatan besar dalam hidup orang yang beriman kepada-Nya, termasuk kita.
Yesus sendiri menguatkan kita bahwa iman sebesar biji sesawi saja sudah cukup untuk melakukan hal-hal besar, bahkan memindahkan gunung. Bunda Maria tidak pernah menoleh ke belakang, sekalipun hidupnya penuh kedukaan. Kepasrahannya yang luar biasa menjaga imannya tetap murni dari awal sampai akhir.
Maka, jangan mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk meninggikan iman. Peluang untuk menerima pertolongan Tuhan sangatlah besar, dan dengan itu iman kita akan bertumbuh seperti biji sesawi yang menjadi pohon besar, memberi naungan dan buah bagi banyak orang.
Peringatan Orang Kudus
Santo Laurensius, Martir
Laurensius termasuk salah satu dari ketujuh diakon agung yang bekerja membantu Sri Paus di Roma. Oleh Paus Sixtus II (257-258), Laurensius ditugaskan mengurus harta kekayaan Gereja dan membagibagikan derma kepada para fakir miskin di seluruh kota Roma. la juga melayani Sri Paus dalam setiap upacara keagamaan.
Ketika Paus Sixtus II ditangkap oleh serdadu-serdadu Romawi, Laurensius bertekad menemani dia sampai kematiannya. Kepada Paus, ia berkata: "Aku akan menyertaimu ke mana saja engkau pergi. Tidaklah pantas seorang imam agung Kristus pergi tanpa didampingi diakonnya". Sixtus terharu mendengar kata-kata Laurensius itu. Lalu ia berkata: "Janganlah sedih dan menangis, anakku! Aku tidak sendirian. Kristus menyertai aku. Dan engkau, tiga hari lagi, engkau akan mengikuti aku ke dalam kemuliaan surgawi".
Ramalan Sixtus itu ternyata benar-benar terjadi. Prefek kota Roma, yang tahu bahwa Gereja mempunyai sejumlah besar kekayaan, mendapat laporan bahwa Laurensiuslah yang mengurus semua kekayaan itu. Karena itu, Laurensius segera dihadapkan kepada penguasa Roma itu. Laurensius dibujuk agar secepatnya menyerahkan semua kekayaan Gereja itu kepada penguasa Roma. Dengan tenang Laurensius menjawab: "Baiklah, tuan! Dalam waktu tiga hari akan kuserahkan semua kekayaan ini kepadamu". Laurensius dibiarkan kembali ke kediamannya.
Ia segera mengumpulkan orang-orang miskin dan membagi-bagikan kekayaan Gereja kepada mereka. Di bawah pimpinannya, orang-orang miskin itu berarak menuju kediaman Prefek Roma. Kepada penguasa Roma itu, Laurensius berkata: "Tuanku, inilah harta kekayaan Gereja yang saya jaga. Terimalah dan peliharalah mereka dengan sebaik-baiknya! ".
Tindakan dan kata-kata Laurensius ini dianggap sebagai suatu olokan dan penghinaan terhadap penguasa Roma. Karena itu, ia ditangkap dan dipanggang hidup-hidup di atas terali besi yang panas membara. Laurensius tidak gentar sedikitpun menghadapi hukuman ini. Setelah separuh badannya bagian bawah hangus terbakar, ia meminta supaya badannya dibalik sehingga seluruhnya bisa hangus terbakar. "Sebelah bawah sudah hangus, baliklah badanku agar seluruhnya hangus!" katanya dengan sinis kepada para algojo yang menyiksanya. Laurensius akhirnya menghembuskan nafasnya di atas pemanggangan itu sebagai seorang ksatria Kristus.
Kisah kemartirannya kita ketahui dari tulisan-tulisan Santo Agustinus. Di sana dikatakan bahwa orang-orang yang berdoa dengan perantaraan Laurensius, terkabulkan doanya. "Karunia-karunia kecil diberikan kepada orang-orang yang berdoa dengan perantaraan Laurensius supaya mereka terdorong untuk memohon karunia yang lebih besar, yaitu cinta kasih kepada sesama dan kesetiaan kepada Kristus" demikian kata Santo Agustinus dalam salah satu tulisannya.